in

G20 Didesak Perpanjang Penangguhan Utang

Pemulihan Ekonomi Global I Pandemi Picu Resesi Global Terdalam dalam Beberapa Dekade

» Dukungan negara-negara kaya G20 terhadap negara-negara termiskin di dunia mengecewakan.

» Sebanyak 42 dari 73 negara termiskin di dunia minta pembekuan pembayaran utang bilateral.

WASHINGTON – Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak Ke­lompok 20 ekonomi utama dunia atau G20 untuk memperpanjang waktu dari Prakarsa Penangguhan Layanan Utang (Debt Service Suspension Initiative/DSSI) sampai akhir 2021. Desakan itu dinilai sebagai salah satu faktor kunci dalam memperkuat pemulihan global.

Kepala Grup Bank Dunia, David Malpass, pada pertemuan dengan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 secara virtual di Washington, Sabtu (18/7), menya­takan selain mendesak perpanjangan penangguhan utang, dia juga menya­takan komitmennya untuk memberi­kan inisiatif seluas mungkin.

“Kita telah membuat banyak kema­juan dengan DSSI dalam waktu sing­kat, tetapi masih banyak yang harus dilakukan,” katanya.

Pandemi Covid-19, jelas Malpass, te­lah memicu resesi global terdalam da­lam beberapa dekade, dan banyak yang mungkin berubah, namun tidak setara dengan dampak yang ditimbulkannya.

“Untuk negara-negara termiskin, kemiskinan meningkat dengan ce­pat, pendapatan rata-rata turun, dan pertumbuhan sangat negatif. Beban utang sudah tidak berkelanjutan, un­tuk banyak negara-meningkat ke ting­kat krisis,” kata Malpass.

“Dampak ekonomi dari pandemi ini diperkirakan akan membekas pada per­tumbuhan ekonomi karena investasi le­bih rendah, erosi modal manusia, dan mundurnya hubungan perdagangan dan pasokan global,” kata Malpass.

Dia mendesak negara G20 untuk memberi ruang konsultasi tentang utang yang menumpuk dan cara-cara efektif untuk mengurangi nilai bersih utang resmi bilateral dan komersial untuk negara-negara termiskin. Dia mencatat bahwa proses resolusi utang harus ditingkatkan.

“Melihat jangka panjang hak kredi­tor sering didahulukan dari masyarakat di negara-negara pengutang, sehingga menambah kesulitan penyelesaian utang. Komunitas internasional perlu menyadari ketidakseimbangan ini jika kita akan mencapai resolusi utang yang efektif atau menyesuaikan proses un­tuk mencapai hasil yang baik,” katanya.

Ia pun menekankan pentingnya transparansi utang dan mengingatkan bahwa kreditor perlu menilai sepenuh­nya keberlanjutan utang dari calon pe­minjam mereka. Demikian juga, warga negara harus dapat mengevaluasi pe­mimpin mereka untuk utang yang me­reka ambil, dan peminjam perlu meran­cang strategi berdasarkan pemahaman yang jelas tentang utang mereka.

Instrumen Tambahan

Sementara itu, Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengata­kan pihaknya sedang menjajaki ins­trumen tambahan untuk menyedia­kan pembiayaan bagi negara-negara termiskin di dunia yang sangat tre­dampak pandemi Covid-19.

Georgieva pun kepada para men­teri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara G20 untuk mem­pertimbangkan perpanjangan pem­bekuan pembayaran cicilan pokok dan bunga utang bilateral kepada ne­gara-negara termiskin melampaui ak­hir tahun, dan bekerja untuk mening­katkan partisipasi sektor swasta yang lebih luas.

Selain itu, dia mengatakan perlu­nya memikirkan keringanan utang yang lebih komprehensif untuk ba­nyak negara, karena tingkat keparah­an krisis dan tingkat utang yang sudah tinggi sebelum krisis ini.

Para pejabat keuangan dari nega­ra G20 pada pertemuan akhir pekan lalu berkomitmen terus mengguna­kan semua instrumen kebijakan yang tersedia guna memerangi pandemi Covid-19 dan berupaya meningkat­kan ekonomi global, serta memper­ingatkan bahwa prospek tetap sangat tidak pasti.

Para menteri keuangan dan guber­nur bank sentral G20, dalam sebuah komunike yang dikeluarkan setelah pertemuan virtual pada Sabtu (18/7), mengatakan ekonomi global akan pu­lih ketika ekonomi secara bertahap di­buka kembali, tetapi mengatakan tin­dakan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan pertumbuhan.

“Kami bertekad untuk terus meng­gunakan semua alat kebijakan yang tersedia untuk melindungi kehidup­an, pekerjaan, dan pendapatan ma­syarakat, mendukung pemulihan ekonomi global, dan meningkatkan ketahanan sistem keuangan, sambil menjaga terhadap risiko penurunan,” sebut pernyataan bersama mereka se­telah pertemuan berakhir.

Para pejabat G20 juga mengatakan 42 dari 73 negara termiskin di dunia telah meminta pembekuan pemba­yaran utang bilateral resmi hingga ak­hir tahun ini, dengan jumlah sekitar 5,3 miliar dollar AS.

Dukungan negara-negara kaya G20 terhadap negara-negara termiskin di dunia mengecewakan, setelah upaya penangguhan utang bilateral yang di­ajukan hanya disetujui 5,3 miliar dollar AS dari 11,5 miliar dollar AS yang diaju­kan pada awal merebaknya Covid-19.

Selain itu, tak ada satu pun negara G20 yang meminta kreditor swasta un­tuk memberi penangguhan, padahal negara-negara kaya itulah yang meng­kampanyekan penangguhan utang. SB/AFP/ers/E-9

What do you think?

Written by Julliana Elora

Pemberian Insentif Pajak Diperpanjang hingga Akhir Tahun

Presiden Ajak Para Gubernur Kerja Keras Tangani Pandemi Covid-19