KH Mustofa Bisri meluangkan waktu khusus untuk menemui Dahlan Iskan di rumahnya, kemarin siang. Mantan raisam PB NU itu mengimami Shalat Zuhur berjamaah dilanjutkan doa bersama untuk Dahlan.
Kedatangan Gus Mus—sapaan akrab KH Mustofa Bisri—di rumah Dahlan cukup mendadak. Saat kiai karismatik itu sudah dalam perjalanan ke rumah Dahlan, mantan menteri BUMN tersebut sedang menjadi pembicara dalam launching buku yang ditulis Sekretaris PW NU Jatim Prof Muzakki bersama Ketua PW NU Jatim KH Hasan Mutawakkil ’Alallah di Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya.
Dahlan menyambut Gus Mus dengan sangat hangat. “Saya datang untuk silaturahmi sesama saudara,” ucap Gus Mus. Setelah saling menanyakan kabar, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, itu langsung berwudu dan memimpin Shalat Zuhur berjamaah. Setelah salat, Gus Mus mendoakan Dahlan agar tabah dan sabar dalam menghadapi segala yang sedang menimpanya.
Pertemuan Dahlan dengan kiai yang juga penyair itu berlangsung gayeng. Mereka berdiskusi tentang banyak hal sembari menikmati makan siang. Mulai persoalan agama, negara, hingga perkembangan NU saat ini. Gus Mus juga bercerita tentang masa kecilnya diselingi humor yang membuat terpingkal-pingkal yang mendengarnya.
Gus Mus bercerita bagaimana dirinya pindah-pindah sekolah dari Ponpes Lirboyo, Kediri, hingga ke Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Sampai akhirnya dia putus sekolah. Meski begitu, dia berhasil kuliah di Al Azhar, Kairo, Mesir.
Di sela-sela diskusi itu, Dahlan sempat menunjukkan kitab tafsir Al Ibriz yang disimpannya di salah satu sudut ruang rumahnya. Kitab tafsir monumental tersebut merupakan karya KH Bisri Mustofa yang merupakan ayah kandung Gus Mus.
Bagi Gus Mus, Dahlan bukanlah orang lain. Menurut dia, Dahlan sering mengunjunginya di Rembang. “Kalau cari saya di desa kan gampang. Kalau saya main ke sini (rumah Dahlan, red), harus ada yang menunjukkan jalan,” ucapnya. Karena itulah, saat mencari rumah Dahlan kemarin (18/5), dia sempat nyasar ke bekas kantor Jawa Pos di Karah Agung.
Gus Mus juga beberapa kali datang dalam acara keluarga Dahlan. Salah satunya ketika Dahlan menikahkan anak keduanya, Isna Fitriana. Saat itu Gus Mus menjadi saksi sekaligus menyampaikan mauidloh hasanah.
Karena kedekatan tersebut, Gus Mus kemarin menyempatkan diri mampir ke rumah Dahlan di tengah-tengah kesibukannya menghadiri beberapa acara di Jatim.
Putra KH Bisri Mustofa itu menyatakan, Dahlan sedang menghadapi cobaan. Menurut dia, jika ingin menaikkan derajat seseorang, Tuhan memberikan cobaan. Sama halnya dengan orang yang hendak naik kelas, maka harus diuji terlebih dahulu. Gus Mus kemudian membacakan dalil tentang ucapannya itu.
“Saya yakin, ini selesai, beliau (Dahlan, red) akan lebih meningkat lagi derajatnya,” ucapnya. Dahlan yang mendengarkan doa Gus Mus langsung mengamininya.
Gus Mus memberikan petuah untuk Dahlan agar terus berikhtiar. Baik secara fisik maupun batin. “Ikhtiar bathin dengan menyerahkan sepenuhnya urusan ini kepada Allah. Biasanya, karena secara fisik merasa mampu, kita melupakan ikhtiar batin ini,” tuturnya.
Menjelang pulang, Gus Mus sempat menjajal mobil listrik Tesla. Dahlan yang masih mengenakan sarung mengantarkan Gus Mus bersama cucunya menggunakan mobil buatan Amerika itu hingga ke Graha Pena.
Dahlan mengungkapkan, sebenarnya dirinya tidak ingin memiliki mobil listrik tersebut. Dia hanya ingin menunjukkan bahwa mobil listrik sudah diproduksi masal di negara-negara maju dan dikomersialkan. “Indonesia sudah ketinggalan empat tahun,” kata Dahlan.
Saat menjadi menteri BUMN empat tahun lalu, Dahlan sempat merintis pengembangan prototipe mobil listrik dengan mengader anak bangsa yang ahli di bidangnya.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Tuban, Gus Mus sempat melihat dan berfoto di depan mobil listrik Selo yang diparkir di halaman Graha Pena. Mobil listrik itu merupakan generasi kedua karya anak bangsa.
Sementara itu, pengurus Rumah Dahlan Iskan (RDI) menggelar istighotsah dan silaturahmi di Surabaya tadi malam. Acara yang digelar di rumah Dahlan itu diikuti perwakilan pengurus RDI dari seluruh kabupaten dan kota di Jatim.
Istighotsah bertema Doa Sahabat untuk Bangsa itu diawali Shalat Isya berjamaah dilanjutkan dengan berzikir yang dipimpin imam dari Pondok Pesantren Sabilul Mutaqin Magetan. Peserta dari berbagai daerah terus berdatangan hingga acara menjelang usai.
“Kami ke sini naik bus,” ucap pengurus RDI asal Pacitan. Acara tersebut menjadi ajang temu kangen pengurus RDI dengan Dahlan. Sampai-sampai, mereka harus antre untuk berfoto bareng.
Ketua RDI Jatim Prof Gempur Santoso menyatakan, acara tersebut antara lain, diadakan untuk mendoakan Dahlan agar terlepas dari segala aral dan hambatan. “Semoga Pak Dahlan diberi kekuatan atas segala yang menimpa beliau,” ucapnya.
Seusai doa bersama, pengurus RDI berebut mengajukan pertanyaan dan usulan untuk Dahlan. Salah satunya, usulan agar RDI dikembangkan hingga seluruh Indonesia. Ada juga yang meminta RDI diubah menjadi partai politik.
Kepada para relawan RDI, Dahlan menyatakan bahwa dirinya tidak stres selama menghadapi masalah itu. “Itu ujian kesabaran yang luar biasa karena dibegitukan,” katanya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.