in

Haji Joben S.Ag, MA: Empat Tahun PPK Asrama Haji, Berharap Masjid Tidak Dikunci

Haji Joben, S.Ag, MA,(IST)

Kepala Kantor Kementerian Agama Payakumbuh, Haji Joben SAg MA, ternyata pernah menjadi garin masjid. Mantan Kepala KUA di Solok dan Padang ini, juga pernah menjadi PPK proyek pembangunan asrama haji selama empat tahun tanpa masalah hukum. Lalu, apa program kerja Katib Nadhalatul Ulama Sumbar ini untuk Kantor Kemenag Payakumbuh yang baru dipimpinnya?

Pernah mengecap pendidikan di Fakultas Dakwah, IAIN Imam Bonjol Padang, membuat Haji Joben, S.Ag, MA, tidak asing lagi dengan dunia pers. “Saya pernah belajar dunia jurnalistik waktu kuliah. Teman seangkatan saya waktu kuliah adalah Hadi Wijaya (mantan wartawan Padang Ekspres),” kata Haji Joben saat kami berdiskusi ringan di ruang kerjanya, Senin pagi (10/4).

Haji Joben yang didampingi Humas Kantor Kemenag Payakumbuh, Busra Algeri banyak bercerita tentang pengalaman dakwahnya. Ternyata, sejak duduk di bangku kuliah, Joben sudah mengenal dunia dakwah. “Saya pernah menjadi garin di Masjid Jamiatul Huda, Ketapiang, Limaumanih, Padang, selama empat tahun,” ujarnya.

Haji Joben menyebut, dia mengambil pilihan sebagai garin waktu kuliah, selain karena faktor ekonomi, juga karena ingin mengembangkan diri atas ilmu yang didapat di kampus. “Dengan menjadi garin, kita bisa mengajar di TPA/TPSA dan bisa pula sebagai penceramah. Kemudian, kalau Khatib Jumat tidak datang, kita yang naik ke podium,” ulasnya.

Nasib mujur, setamat kuliah, Joben langsung diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementerian Agama Republik Indonesia. Putra Nagari Bawan, Kabupaten Agam ini, mula-mula ditempatkan sebagai staf Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sungaipagu, Kabupaten Solok Selatan. “Saya dinas di Sungaipagu selama 7 tahun, dari 1997 sampai 2004,” ujarnya.

Setelah menjadi staf, Haji Joben akhirnya diangkat sebagai Kepala KUA Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok Selatan. Hanya setahun bertugas di kecamatan yang melahirkan pemimpin sekaliber Gamawan Fauzi itu, Haji Joben dipromosikan sebagai Kepala KUA Kecamatan Nanggalo, Kota Padang.

Setelah itu, karirnya terus meroket naik. Dari Kepala KUA Padang Selatan, sampai menjadi Kepala KUA Padang Barat. Setelah itu, dipromosi menjadi Kasubag Kepagawaian Kanwil Kemenag Sumbar, Kasi Pengelolaan Keuangan Haji, serta Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sumbar.

Meski menjadi pejabat, tapi Haji Joben tidak meninggalkan dunia dakwah. Bedanya, Haji Joben bukan sekadar memberi ceramah saja, tapi juga ikut terlibat dalam pembangunan infastruktur penunjang keagamaan. Termasuk pembangunan asrama haji atau embarkasi haji Padang selama empat tahun.

“Selama bekerja, ini yang paling berkesan bagi saya. Di mana, saya dipercaya menjadi PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) pembangunan asrama haji Padang dari tahun 2018, 2019, 2020, sampai 2021. Ini pekerjaan berat. Penuh dengan tantangan. Alhamdulillah, proyek besar bernilai Rp 117 miliar ini, bisa dilaksanakan tanpa ada masalah hukum,” kata Haji Joben.

Saat ditanya Padang Ekspres apa kiatnya sehingga bisa melaksanakan proyek belasan miliar rupiah tanpa persoalan hukum? Haji Joben menyebut, dua hal. Pertama, niatkan dalam hati, jika pembangunan yang dilaksanakan, merupakan bagian dari dakwah. Kemudian, setelah berniat. Laksanakan komitmen bekerja penuh integritas. Tidak main-main dari sisi keuangan.

“Sedangkan kita kedua adalah sungguh-sungguh melaksanakan kegiatan. Karena yang akan dibangun adalah asrama haji yang akan ditempati oleh tamu-tamu Allah. Sehingga ada semacam kekuatan untuk membangun dengan baik dan benar. Karena yang dibangun adalah tempat persinggahan tamu Allah sebelum naik haji dan setelah kembali ke tanah air,” kata Haji Joben.

Sejak Agustus 2012 lalu, Haji Joben dipercaya sebagai Kepala Kantor Kemenag Payakumbuh? Pengurus Nadhalatul Ulama (NU) Wilayah Sumbar ini melihat, kehidupan beragama di Payakumbuh yang merupakan bagian dari Luak Limopuluah, berlangsung cukup elegan.

“Tokoh-tokoh agama di Sumbar, sejak dulu sampai sekarang, banyak yang berasal dari Luak Limopuluah. Kalau sekarang itu, diantaranya adalah Profesor Ganefri, Ketua NU Sumbar. Ada Pak Ahmad Wira. Kemudian, ada Ustad Irsyad Syafar. Ada pula Ustad Zulkifli. Dan banyak yang lainnya,” kata Haji Joben.

Seiring dengan kehidupan beragama yang cukup elegan itu, menurut Haji Joben, di Payakumbuh juga bertumbuh lembaga-lembaga pendidikan Islam. Di bawah naungan Kantor Kemenag Payakumbuh saja, ada 1 MIN, 2 MTSN, dan 3 MAN. Kemudian, ada juga Pondok-Pondok Pesantren yang sedang berkibar, seperti ICBS Payakumbuh dan Al-Hufadz.

Disamping, juga ada madrasah-madrasah lainya, termasuk di bawah naungan tarbiyah. “Jadi boleh dibilang, kehidupan agama dan pendidikan keagamaan di Payakumbuh itu, memang sudah maju. Begitu pula masjid-masjid yag ada di Payakumbuh, kebanyakan sudah dikelola dengan bagus dan profesional. Cuma, memang ada beberapa masjid yang perlu ditingkatkan lagi pengelolaannya,” kata Haji Joben.

Dalam hal ini, Haji Joben mengutip pesan yang disampaikan Penjabat Wali Kota Payakumbuh, Rida Ananda kepada dirinya. “Pesan Pak Wali Kota, Masjid-Masjid yang berada di jalan-jalan utama di Payakumbuh, kalau bisa, jangan dikunci. Baik masjidnya ataupun toiletnya, biarkan saja terbuka siang dan malam. Karena Payakumbuh ini kan kota di perlintasan Sumbar dengan Riau,” kata Haji Joben.

Dia mengaku sepakat dengan pesan Pj Wali Kota tersebut. “Memang kalau bisa, masjid yang berada di jalan utama, ada pelayanan terhadap arus lalu-lintas. Pintu masjidnya jangan dikunci. Toiletnya biarkan terbuka. Biarkan orang berhenti di masjid dan mandi di toiletnya. Tidak apa-apa. Yang penting, tetap bersih dan nyaman,” kata Haji Joben.

Dia meyakini, jika masjid-masjid yang berada di jalan-jalan utama di Payakumbuh, tetap dibiarkan terbuka siang dan malam, akan memberikan dampak luar biasa. Tidak hanya dari sisi meningkatnya orang yang melaksanakan ibadah, tapi juga dari sisi ekonomi.

“Orang kalau sudah berhenti di masjid. Sempat pula singgah di toilet masjid dan mandi di sana. Pasti setelahnya akan cari makan. Nah, kalau sudah makan, tentu akan berbelanja. Terbantu akan terbantu pula ekonomi masyarakat,” kata Haji Joben.

Disamping melaksanakan fungsi sosial dan fungsi ekonomi itu, masjid-masjid yang ada di Payakumbuh, didorong Haji Joben, untuk mengelola zakat, infaq dan wakaf, dengan baik. Dalam hal ini, Kantor Kemenag Payakumbuh, sudah menfasilitasi kerjasa antara pengurus Masjid dengan Baznas Payakumbuh.

“Kita harapkan, ke depan itu, pengurus Masjid dapat melaporkan zakat, infaq, dan waqaf yang dikelola kepada Baznas Payakumbuh. Minimal dari sisi pelaporan. Agar zakat yang ada di Payakumbuh bisa tercatat dengan baik. Dan itu sudah kita lakukan. Baznas dan Kemenag sudah bekerjasama,” kata Haji Joben.

Terkait dengan tantangan kehidupan beragama di Payakumbuh, terutama munculnya perbedaan-perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok lain, menurut Haji Joben, tidak perlu dibesar-besarkan, sepanjang itu tidak menyangkut dengan persoalan ibadah yang mendasar. Karena perbedaan itu sesungguhnya adalah rahmat.

Kantor Kementerian Agama sendiri, menurut Haji Joben, punya satu program dari pusat sampai ke daerah, untuk meminimalisir terjadinya perbedaan-perbedaan dalam kehidupan beragama. Program itu namanya modernisasi beragama.

“Di Payakumbuh, dalam pelaksanaan program modernisasi beragama ini, kita baru-baru ini sudah mendatangkan Ketua FKUB Sumbar Profesor Dusky Samad, untuk berdiskusi dengan segenap stakholders. Dalam materi yang beliau sampaikan, Profesor Duski Samad mengibaratkan kehidupan moderat beragama itu seperti semangkuk salad,” kata Haji Joben.

Dia pun menjelaskan, dalam semangkuk salad, pasti terdapat beraneka sayur-sayuran dan buah-buahan. Kesemuanya, memberi kenikmatan yang berbeda. Dan walaupun berbeda-beda, tapi salad tidak pernah dikacau memakannya. Tapi tetap bisa dirasakan enaknya.

“Jadi, menurut Profesor Dusky Samad, moderasi beragama itu adalah seperti semangkuk salad. Bukan seperti seperti secangkir kopi. Kalau secangkir kopi itu, tentu kopi dan gula dikacau dalam air mendidih, baru diminum. Sehingga suli dibedakan mana air, mana kopi, dan mana gula,” kata Haji Joben. (Fajar Rillah Vesky)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Telkom Segera Integrasikan IndiHome ke Telkomsel

Stranas PK Ingin Pelabuhan Teluk Bayur Berbasis Digitalisasi. Ini Langkahnya