Ponpes Hamka Ekspansi ke Padang
Kebiasaan membaca sejak muda membuka jendela hati dan pikiran Hamka untuk menemukan dirinya hingga menjadi orang yang keilmuannya diakui tingkat dunia, padahal Hamka tidak pernah lulus dari pendidikan formal. Dia bahkan melahirkan karya dari berbagai bidang.
Hal di atas disampaikan sejarawan asal UNP, Prof Mestika Zed saat menjadi pemakalah dalam Seminar bertajuk “Refleksi Pemikiran Hamka” yang diselenggarakan bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan Ponpes Hamka di Aiepacah, Padang, Sabtu (25/3).
Selain Mestika Zed, seminar yang dimoderatori oleh Siti Fatimah itu juga menghadirkan Prof Taufik Abdullah dan Buya Syafii Maarif. Mestika Zed memaparkan, selain dikenal sebagai seorang ulama, Hamka juga dikenal sebagai sastrawan, sejarawan, aktivis, politikus, jurnalis, kolumnis dan berbagai julukan lainnya. Semua itu tak lepas dari begitu luasnya spectrum khazanah pemikiran Hamka.
Hamka meski bukan tercatat sebagai pendiri bangsa, namun dia adalah permata nusantara yang mendedikasikan ilmu dan kegiatannya sebagai intelektual, yaitu terus belajar, bekerja memperbincangkan, menyoalkan, dan menawarkan jawaban terhadap berbagai persoalan kehidupan di tengah masyarakat.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suardi Alius dan Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah juga memberikan pandangannya tentang Buya Hamka.
Mereka sama-sama terkesan dengan idealisme yang dibawa Hamka sampai mati. Hamka disebut rela menanggalkan jabatannya untuk mempertahankan idealismenya. Karya-karya Hamka juga berkesan bagi Suardi Alius dan Mahyeldi.
Buya Syafii Maarif menyampaikan, masyarakat Minang harus menggali pemikiran-pemikiran Buya Hamka. Sebab, menurutnya, Hamka adalah tokoh peradaban dunia.
Karena ketokohannya sudah kaliber dunia, seorang guru besar dari luar negeri meneliti sosok Hamka lebih dari 20 tahun. Dia menggali pemikiran Hamka sejak usia belasan tahun hingga meninggal dan membukukannya.
Menurut Buya Syafii, Hamka adalah seorang yang multi talenta. Dia merupakan anak nakal yang tidak tamat pendidikan dasar setingkat SD ketika itu, namun bisa menjadi seorang tokoh dunia yang karya-karyanya diakui dunia.
Sebagai seorang sastrawan, Hamka menghasilkan novel-novel yang melegenda hingga saat ini. Di sisi lain, juga menjadi seorang ulama yang menghasilkan Tafsir Al Azhar. “Beliau adalah sastrawan yang mengerti agama. Itu bedanya dengan yang lain,” ujar Buya Syafii.
Kampus Baru Ponpes Hamka
Pesantren Modern Terpadu Prof Dr Hamka yang selama ini memiliki kampus di Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai, Padangpariaman resmi ekspansi ke Kota Padang. Ini dipastikan setelah dilaksanakannya peletakan batu pertama pembangunan kampus baru di Aiepacah, Kototangah, Padang.
Peletakan batu pertama dilaksanakan oleh Buya Syafii Maarif selaku Pembina Ponpes Prof Hamka, didampingi Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Kepala BNPT Komjen Suardi Alius, Ketua Baznas Prof Bambang Sudibyo.
Pada acara tersebut dilaksanakan peletakan batu pertama untuk asrama yang merupakan bantuan dari Kementerian PUPR, Masjid yang merupakan bantuan dari salah seorang pengusaha sukses asal Sumbar, serta kampus II Ponpes Prof Hamka.
Ketua Yayasan Ponpes Prof Dr Hamka, Jasrial mengatakan, di kawasan ini nantinya Ponpes Hamka dilengkapi rumah susun sewa (Rusunawa) yang dibangun oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, ada masjid dan Lembaga Kajian Buya Hamka. (*)
LOGIN untuk mengomentari.