in

HGN 2022 : Wujudkan Sekolah Bebas Perundungan

Rezi Rahmat, .Pd.
(Pengurus Wilayah IGI umbar)

Guru merupakan sosok penting dalam dunia pendidikan. Kehadirannya sangat dibutuhkan demi terlaksananya pendidikan bagi setiap siswa. Karena pentingnya keberadaan dan jasa guru, maka presiden Soeharto menetapkan tanggal 25 November 1994 sebagai Hari Guru Nasional sebagai wujud apresiasi dan perhargaan terhadap guru.

Penetapan HGN tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Peringatan HGN tahun 2022 adalah peringatan hari guru pertama pasca pandemi covid-19.  HGN kali ini mengusung tema: “Serentak Berinovasi, Serentak Wujudkan Merdeka Belajar.”

Dengan tema ini diharapkan setiap guru berinovasi dalam mewujudkan merdeka belajar bagi para siswa. Berinovasi memulihkan pendidikan yang selama pandemi berjalan berada dalam keterbatasan dan ketidakmaksimalan.

Disamping memulihkan pendidikan, permasalahan yang perlu perhatian khusus dan mesti  diselesaikan adalah masalah perundungan di dunia pendidikan Indonesia. Akhir-akhir ini marak terjadi kasus perundungan yang terjadi di dunia pendidikan.

Berdasarkan data Simfoni 2022, terdapat 541 kasus kekerasan yang terjadi di sekolah. Kasus-kasus tersebut diantaranya: Kasus kekerasan yang menimpa seorang siswa di MTS Negeri 1 Kotamobagu.

Kekerasan atau perundungan tersebut dilakukan oleh temannya pada hari Rabu, tanggal 8 Juni 2022. Perundungan tersebut menyebabkan siswa yang mejadi korban meninggal dunia. Selanjutnya, kasus yang menimpa seorang siswa sekolah dasar (SD) di Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Minggu, 18 Juli 2022 lalu. Siswa tersebut meninggal.

Disamping itu, ada juga kasus yang baru-baru ini terjadi, yaitu aksi perundungan pelajar SMP di Bandung seperti yang dilansir dari Kompas.com. Aksi perundungan tersebut diketahui setelah video rekamannya menjadi viral di media sosial Twitter pada Jumat, 18 November 2022.

Video perundungan berdurasi 21 detik itu merekam sekelompok siswa SMP tengah merundung temannya. Sekelompok siswa tersebut memasangkan helm kemudian secara bergantian mereka menendang dan memukul korban di bagian kepala.

Upaya Mengatasi Perundungan di Sekolah

Sekolah yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu yang menyenangkan, berubah menjadi tempat yang mengerikan dan menyeramkan karena tindakan perundungan. Sekolah yang seharusnya tempat mencari kawan, berubah menjadi tempat permusuhan dan bahkan sampai menyebabkan nyawa melayang.

Oleh sebab itu, perlu adanya upaya yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah termasuk pemangku kepentingan untuk mencegah terjadinya perundungan dan mengembalikan fungsi sekolah sebagai tempat menimba ilmu yang nyaman bagi setiap siswa.

Dalam rangka melakukan upaya preventif terhadap perilaku perundungan di sekolah, setidaknya ada 3 hal yang bisa dilakukan oleh guru-guru dan seluruh warga sekolah. Tiga hal tersebut yaitu, pertama, memberikan sosialisasi tentang bahaya perundungan atau bullying kepada siswa.

Dari sekian banyak kasus perundungan yang terjadi di lingkungan pendidikan selama ini, salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman terhadap perundungan dan bahaya yang ditimbulkannya.

Oleh sebab itu, perlu adanya sosialisasi terkait dengan perundungan, apa pengertiannya, apa saja bentuk perilaku perundungan, akibat negatif yang ditimbulkan terhadap korban dan bagaimana cara melaporkan perilaku perundungan yang terjadi.

Setelah diberikan sosialisasi, siswa akan mendapatkan pemahaman terkait dengan perudungan. Pada akhirnya siswa secara bertahap akan menghindari perilaku perundungan dan sekolah bisa bebas dari tindakan dan bahaya perundungan tersebut.

Kedua, tanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa melalui projek penguatan profil pelajar pancasila (P5). Projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) adalah projek dalam kurikulum merdeka yang bertujuan untuk menanamkan karakter kepada siswa berdasarkan nilai-nilai pancasila.

Ada enam karakter yang mesti ada pada siswa berdasarkan nilai-nilai pancasila dalam kurikulum merdeka. Enam karakter tersebut, yaitu pertama beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Kedua mandiri. Ketiga, bernalar kritis. Keempat, berkebinekaan global. Kelima, bergotong royong dan keenam kreatif.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menjadikan siswa Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki komptensi yang mumpuni serta nilai-nilai karakter pancasila. Dengan adanya penanaman karakter melalui P5 diharapkan tidak ada lagi kasus perundungan yang melibatkan siswa dalam dunia pendidikan.

Ketiga, berikan keteladanan kepada siswa. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian yang mencakup keteladanan seorang guru.

Dalam upaya mencegah terjadinya perundungan, sebagai seorang guru yang digugu dan ditiru mesti menampilkan keteladan yang baik kepada siswa. Keteladanan dalam berperilaku, berbicara dan lain sebagainya.

Dengan adanya keteladanan dari guru, dilanjutkan dengan pemberian sosialisasi bahayanya perundungan dan P5, semoga tidak ada lagi kasus-kasus perundungan di sekolah-sekolah. Pada akhirnya setiap sekolah merdeka dan bebas dari perundungan. Aamiin.(***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Monas Bela Negara Ditarget Tuntas sebelum 2024

Ketua Demokrat Sumbar Sebut Januari 2023 Momentum Tepat Deklarasikan Anies-AHY