JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan perombakan kabinet kerja beberapa hari lalu. Untuk melengkapi kabinetnya, Jokowi pun mengembalikan putra-putri Indonesia yang sempat merantau di negeri orang.
Salah satu nama yang berhasil ditarik pulang ke Indonesia adalah Archandra Tahar, yang kini menjabat sebagai Menteri Energi Sumberdaya dan Mineral (ESDM). Nama
Archandra sendiri cukup asing di Indonesia, namun tidak di Amerika Serikat (AS). Pria kelahiran 10 Oktober 1970 ini adalah President Direktur Petroneering di Houston, AS sebelum diboyong kembali ke tanah air. Perusahaannya tersebut fokus pada pengembangan teknologi dan enginering yang fokus dalam desain dan pengembangan kilang offshore.
Dia memiliki pengalaman lebih dari 14 tahun di bidang hidrodinamika dan offshore. Dia mengembangkan keahlian khususnya di sekolah dan menjadi praktisi di industri. Dia telah bekerja di perusahaan migas baik di pengeboran maupun di sisi produksi.
Beberepa perusahaan yang telah memakai jasanya antara lain, Spar, TLP, Compliant Tower, Buoyant Tower and Multi Colum Floater selama 13 tahun terakhir. Archandra mengawali pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Padang. Setelah lulus, dia masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Mesin pada 1989.
Lima tahun mendalami pendidikan studi strata I, pada 1994 dia pun lulus. Setelah wisuda, Archandra bekerja di salah satu perusahaan konsultan finance di Jakarta. Pada 1996, dia mendapat beasiswa kuliah di A&M University of America dari PT Timah mengambil Jurusan Ocean Engineering.
Setelah lulus, Archandra sebenarnya ingin bekerja di PT Timah, hanya saja saat itu penerimaan di PT Timah cukup sulit. Dia pun memutuskan untuk melanjutkan studinya pada strata III pada perguruan tinggi dan jurusan yang sama pada 1998.
“Dari 1998 sampai 2001 saya tamat PhD di bidang ocean enginering, susah diterjemahkan, katanya jurusan kelautan belajar tentang biota laut, tapi ternyata berkaitan dengan belajar tentang anjungan lepas pantai baik laut dangkal dan laut dalam enggak ada hubungan sama sekali dengan ikan,” tutur dia.
Selama mencari ilmu di negeri orang, ada dua orang yang dianggap mentor berpengalaman terkait pencarian minyak dan gas bumi di lepas pantai. Yang pertama adalah Ed Horton, yang sudah tutup usia 87 tahun.
Dari Horton, Archandra belajar menciptakan anjungan lepas pantai (platform) yang saat ini digunakan dalam pencarian migas di tengah laut. “Dia guru dari guru untuk bidang ocean platform,” ungkap dia.
Sementara yang kedua, adalah Lyli Finn, yang juga ahli pada bidang yang sama. ”Dua bapak ini jadi guru saya selama berkarier di Houston. Mungkin karena keenakan belajar, setahun dua tahun. Sampai tahun 2016 nggak pulang-pulang,” terang dia.
Selama belajar dengan kedua mentor sekaligus menambah pengalamannya di bidang perminyakan, dia telah mengembangkan berbagai product development, mulai dari Wave Basin
Model Testing, Offshore Field Measurement, Deepwater Platform Design and Analysis (Spar, TLP and Semisubmersible), FPSO Analysis. Selain itu, dia juga membuat Shallow Water Platform Design and Analysis (Buoyant Tower), Mooring Design and Analysis, Riser Design and Analysis, Naval Architecture, Hydrodynamics, Software Development, Asset Integrity Management, Wave Energy dan Offshore Drilling, yang sudah dipatenkan di luar negeri.
Setelah 20 tahun keenakan tinggal di Texas, dia pun bertemu dengan Presiden Jokowi. Kala itu, Jokowi berdiskusi dengan Archandra terkait kedaulatan energi di Indonesia.
“Ketemu Bapak Presiden itu ada jalanya. Ketika itu Pak Presiden membutuhkan diskusi tentang perminyakan di Indonesia, termasuk bagaimana membuat kedaulatan energi, untuk bisa dilakukan secepat mungkin,” jelasnya.
Dari pertemuan tersebut, dia pun bertekan untuk membuat Indonesia bisa menjaga kebutuhan energi meskipun dalam kondisi krisis. Namun, untuk menciptakan kedaulatan energi tentu dibutuhkan juga soal suplai energi.
“Nah diskusi itu saya interaksi dengan Presiden dan akhirnya jadilah saya dalam posisi ini (Menteri ESDM). Alhamdulillah ini jalannya. Tentu yang namanya takdir ada yang mengatur,” tuturnya.
Archandra pun percaya jabatan saat ini hanya titipan dan bisa hilang sewaktu-waktu tanpa diketahui kapan waktunya. Oleh karena itu, selagi dia masih dipercayakan untuk mengemban jabatan tersebut, maka dia harus melakukan banyak kebaikan dalam dengan tujuan yang baik.
“Jabatan itu amanah mungkin sebentar lagi hilang. Tapi sebagai manusia kita punya rasa kebaikan dan persahabatan,” tukas dia.
(wdi)