in

Idul Adha Momentum untuk Introspeksi Diri

Puncak ibadah haji menjadi momentum bagi sesama manusia untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah, dan saling merampas harta sesama.

JAKARTA – Seluruh jemaah haji dari penjuru dunia telah melakukan proses wukuf di padang Arafah. Proses puncak ibadah haji ini sebuah peristiwa yang dimaknai sebagai momentum untuk meningkatkan introspeksi diri, mengenali kembali Tuhan, dan merawat persaudaran.

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan wukuf di Arafah tidak sekadar menjadi puncak dari serangkaian proses ibadah haji, namun juga puncak kesadaran setiap umat manusia untuk mengenali siapa dirinya. Karena itu, dia mengenali siapa Tuhannya.

“Haji adalah Arafah. Inilah tempat kita untuk berhenti sejenak dari seluruh aktivitas keduniawian untuk melakukan introspeksi diri untuk lebih mengenali diri,” ujar Menag, dalam sambutannya saat wukuf di Arafah, Jumat (1/9).

Lukman melanjutkan, seperti pesan yang disampaikan Rasulullah, bahwa manusia perlu untuk saling merawat persaudaraan. Karena itulah, puncak ibadah haji menjadi momentum bagi sesama manusia untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah, dan saling merampas harta sesama.

Ia berharap, sesama umat manusia dapat saling memberikan perdamaian. “Persaudaraan adalah sesuatu yang mendasar yang oleh Rasulullah dijadikan indikator kemabruran,” tutur Menag.

Kemabruran itu sendiri, kata Lukman, adalah memberi makan kepada sesama dan menebarkan salam. “Makan adalah kebutuhan mendasar, dan memberi makan kepada sesama adalah salah satu simbol kepedulian sosial,” ucapnya.

Menag menyampaikan bahwa menebarkan kedamain merupakan esensi dari ajaran Islam. Menjadi tugas muslim untuk senantiasa mewujudkannya di lingkungan masing-masing.

“Saya mengajak kita semua untuk mendoakan, selain untuk diri, juga unik seluruh jemaah haji agar mereka bisa melaksanakan seluruh manasik haji dan mencapai kemabruran,” ajaknya.

Lukman berharap, dengan haji mabrur, kepekaan sosial di antara umat manusia semakin meningkat. Begitu juga dengan kemabruran sekitar tiga juta jemaah akan mampu menjadi duta perdamaian dalam ikut membangun peradaban dunia.

Doa dari seluruh tamu Allah untuk mendoakan agar bangsa Indonesia meningkat kesejahteraan, kepedulian sosial, dan mampu menjaga persaudaraan sesama manusia.

Setajam apa pun perbedaan yang ada, jangan sampai mengoyak sisi kemanusiaan kita karena kita diikat persaudaraan sesama manusia.”Mudah-mudahan Arafah membawa kita semua pada kesadaran ini dan membawa kita untuk mampu mewujudkannya di lingkungan kita masing-masing,” ucap Lukman.

Keteladanan Ibrahim

Secara terpisah, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Faturrahman Kamal, saat menjadi khatib Salat Idul Adha di Alun-alun Utara, Yogyakarta, menegaskan, momentum Idul Adha menjadi kesempatan masyarakat meneladani sifat dan karakter Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim diberikan predikat oleh Allah SWT sebagai ummah. Secara sederhana, predikat atau keistimewaan itu dapat dimaknai sebagai sosok pemimpin ideal yang mencerahkan dan teladan manusia secara universal serta dapat mewujudkan ketentraman dan kemakmuran. Ibrahim memiliki karakter utama yang perlu diteladani masyarakat Indonesia saat ini yakni karakter pandai bersyukur.

Rasa syukur tidak hanya berdimensi teologis-transenden, namun juga diaktualisasikan dalam kehidupan manusia secara nyata dengan menebar kebaikan kepada siapapun tanpa memandang kelompok, suku, ras, bahkan agama sekalipun.

Rasa syukur juga dapat diwujudkan dengan menghindari sifat dan sikap koruptif yang hanya mementingkan kelompoknya serta menjauhi berbagai hal yang dapat memicu permusuhan sesama.

“Bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki nilai-nilai keutamaan untuk menjadi unggul dan berperadaban tinggi, di antara nilai-nilai itu adalah tahan menderita, daya juang, mengutamakan harmoni, dan gotong royong,” katanya. cit/Ant/E-3

What do you think?

Written by virgo

Kayamba Gumbs Jadi Gabung Kembali Dengan SFC

Pria Telanjang di Depan Pagar Istana