MEDAN ( Berita ) : Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk menahan diri, bersikap objektif, berfikir rasional dan tidak mudah terprovokasi atas segala infomasi beredar di tengah masyarat yang dapat memecah belah persatuan, menimbulkan permusuhan dan mengikis nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Imbauan itu disampaikan Pengurus PWNU Sumut yang ditandatangani Drs. H. Afifuddin Lubis, M,Si (Ketua) dan Drs. H. Misran Sihaloho, M,Si (Sekretaris) menyusul pertemuan internal Selasa (17/1) di Kantornya Jl.Sei Batang Hari Medan. Pertemuan itu dipimpin Ketua PWNU Sumut Drs. H. Afifuddin Lubis, M.Si yang dihadiri antara lain para Wakil Ketua yakni H. Ashari Tambunan, H. Upar Pulungan, SH, Drs. H. Mohd. Hatta Siregar, SH, M.Si, Drs. H. Takbir Siregar, Sekretaris PWNU Sumut Drs. H. Misran Sihaloho, M,Si, dan beberapa Wakil Sek-retaris Drs. H. Khairuddin Hutasuhut, Emir El Zuhdi Batuba-ra, SH, Bendahara H. Syahrial Tambunan, MBA, Ir. Baharuddin Berutu dan Abrar M, Dawud Faza, MA,.
Rapat yang digelar pengurus PWNU Sumut dalam menyikapi kondisi bangsa saat ini dengan munculannya kelompok masyarakat yang mengedepankan cara-cara intoleran dan kekerasan dalam menanggapi berbagai persoalan. PWNU merasa berkewajiban untuk memberikan imbauan kepada masyarakat Sumatera Utara.
Afifuddin Lubis dalam penjelasannya menyebutkan, sikap NU tersebut penting demi keutuhan NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Dia juga meminta agar masyarakat dapat menghormati perbedaan yang ada, tidak mengedepankan kekerasan, saling menghargai antara pemeluk agama dan menjaga keutuhan NKRI untuk dapat diwariskan kepada anak cucu kemudian hari.
“Negara ini didirikan para ulama dan para pahlawan di atas landasan yang kokoh yakni Pancasila. Titik kesepakatan yang paling demokratis menjadi jalan tengah dari dua pilihan ekstrim antara negara sekuler dan negara agama,” katanya.
Sekretaris PWNU Sumut H. Misran Sihaloho, M.Si menambahkan, bahwa NU menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah atau disebut Aswaja, di mana terkandung di dalamnya nilai-nilai tawassuth atau jalan tengah, ta’adul atau keadilan, tasamuh atau toleransi dan tawazun artinya penuh pertimbangan. (WSP/m22/J)