in

Imelda Sari Terinspirasi Falsafah Bundo Kanduang dan Pahlawan Perempuan

PADEK.CO–Imelda Sari adalah Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat periode 2020-2025. Saat ini, Imelda Sari tengah mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI Partai Demokrat untuk Daerah Pemilihan Sumbar I.

Dapil Sumbar I meliputi 7 kabupaten yakni, Kabupaten Dharmasraya, Kepulauan Mentawai, Pesisir Selatan, Sijunjung, Solok, Solok Selatan,Tanahdatar. Juga, meliputi empat kota yakni, Kota Padang, Padangpanjang, Sawahlunto, dan Solok.

Imelda Sari dilahirkan di Jakarta, 1 September 1968. Ia memiliki darah Minang Bugis dari orangtuanya. Neneknya berasal dari Kecamatan Padangganting, Kabupaten Tanahdatar, Sumbar. Kakeknya berasal dari Parakgadang, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang.

Imelda memutuskan maju sebagai Calon Anggota DPR RI untuk mewakili kaum perempuan. Ia terinspirasi falsafah bundo kanduang yang bermakna ibu dan pemimpin perempuan bijaksana pelestari adat di Minangkabau. Imelda juga terinspirasi para pahlawan perempuan Minang.

Menurut Imelda, banyak sekali wanita Minangkabau yang menginspirasi dan membuatnya optimistis bisa menjadi wakil bundo kanduang di parlemen.

Imelda terinspirasi pada Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah (Rahmah El Yunusiyah), reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Rasuna Said, pahlawan nasional Sumatera Barat yang juga orator andal, politisi, dan tokoh pendidikan.

Rohana Kudus, guru dan pendiri sekolah khusus perempuan. Juga, multitalenta yang berperan sebagai seorang penulis, wirausaha, dan juga pemimpin redaksi di berbagai surat kabar.

“Tentu banyak tokoh perempuan Minang lainnya yang saya jadikan panutan,” Imelda menyampaikan.

Terkait falsafah bundo kanduang, Imelda mengatakan, majunya suatu daerah bisa dilihat dari peran perempuan yang terlibat dalam berbagai aspek. Seperti halnya seorang guru, maka perempuan adalah guru terbaik sepanjang perjalanan kehidupan insan manusia.

“Sosok bundo kanduang merupakan figur sentral dalam kemajuan suatu daerah. Perempuan bisa menjadi guru bahkan ibu untuk semua. Begitulah sejatinya peran bundo kanduang untuk masyarakat umum,” ujar Imelda.

Rasa cinta Imelda pada Sumatera Barat, tanah leluhurnya, memang teramat dalam. Meski dilahirkan di Jakarta dan besar di Bogor, Imelda memilih untuk berkuliah di universitas tertua di luar Pulau Jawa, yakni Universitas Andalas (Unand), di Kota Padang, Sumatera Barat.

Aktif sebagai mahasiswa di Fakultas Sastra Unand Imelda sempat menjadi Sekretaris HIMA dan Sekretaris Sema Fakultas Sastra. Tahun 1991 Imelda mewakili Unand menjadi mahasiswa teladan yang diundang Presiden Soeharto untuk menghadiri acara Peringatan Detik-detik Proklamasi.

Istimewanya karya tulisnya menjadi Juara I untuk bidang IPS mengalahkan mahasiswa teladan dari UI dan UGM kala itu.

Kecintaannya pada almamater dibuktikan ketika, saat ini, Imelda dipercaya menjadi Ketum IKA Sejarah Unand 2017-2024 dan Waketum IKA Unand 2021-2026.

Usai menyelesaikan pendidikan di negeri pencetak tokoh besar nasional, Imelda kembali menginjakkan kaki di Pulau Jawa dan mengadu peruntungan hidup.

Imelda pernah bekerja di Majalah Tiras, Tajuk dan produser berita Liputan 6 SCTV. Pendiri National Press Club of Indonesia pada tahun 2008 hingga kini. Imelda juga sempat  mengikuti pendidikan singkat di bidang komunikasi politik di Jerman dan pendidikan singkat tentang geopolitik di  kawasan Asia Pasifik di Hawaii America Serikat.

Pengalamannya di dunia jurnalistik, terutama sebagai wartawati politik dan Militer inilah yang akhirnya membawa Imelda akhirnya mencintai dunia politik dan mengidolakan sosok Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara ke-6 (almarhumah) Kristiani Herawati atau lebih dikenal sebagai Ibu Ani Yudhoyono.

Pelajaran penting yang didapatkan Imelda dari sosok SBY adalah kemampuan menahan diri, fokus pada tujuan, tetap mampu membangun komunikasi yang efektif dengan semua partai politik (parpol).

Dari Ibu Ani, Imelda menemukan keyakinan untuk terjun secara langsung ke pangung politik. Menurut Imelda, Ibu Ani selalu meyakinkan dirinya kalau politik itu penting bagi kaum perempuan.

Di Partai Demokrat, Imelda Sari dipercaya  menjadi Wakil Sekretaris Jenderal (2020-2025) oleh Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Imelda memang dikenal sebagai pendukung AHY saat maju Pilkada DKI Jakarta dan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Dengan segudang pengalaman di dunia publikasi media dan pengabdian bersama Partai Demokrat di bawah kepemimpinan SBY, pada periode sebelumnya, Imelda kini menjadi satu dari tiga Srikandi Demokrat yang dipercaya menempati posisi Wasekjen oleh Ketum AHY.

Sosok Ketum AHY, di mata Imelda, tidak jauh dari kekagumannya kepada sosok SBY. Ibarat buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, AHY sama halnya dengan SBY. Selalu sistematis dan terukur.

Keunggulan lain yang dimiliki Ketum AHY, kemampuan komunikasi politiknya yang makin luas. Bukan hanya dengan kaum millenial tetapi juga para senior dan tokoh-tokoh bangsa.

Ketum AHY, ujar Imelda, juga memiliki sikap dan garis kebijakan yang secara terukur membuat implikasi positif. Hal itu dibuktikan dari hasil-hasil survei yang ditunjukkan dari bulan ke bulan mengalami tren peningkatan. Tidak hanya terhadap sosok Ketum AHY, tapi juga terhadap elektabilitas Partai Demokrat di Pemilu 2024.

Jika terpilih sebagai Anggota DPR RI, Imelda menitikberatkan perjuangannya agar masyarakat Indonesia, khususnya Minang, menjadi sehat dan cerdas.

Imelda memaparkan, Global Food And Security Index (Indeks Ketahanan Pangan Global) mencatat, Indonesia di posisi ke-63 dari 113 negara. Artinya, pencegahan stunting (gangguan pertumbuhan anak) masih sangat rendah.

Meski pemerintah telah membuat kebijakan makanan tambahan, tetapi belum mencukupi. Imelda berpendapat, anak sehat adalah pondasi negeri yang kuat. Kalau anak sehat maka barulah ranah Minang kembali memunculkan para tokoh seperti di zaman pergerakan, maupun awal Orde Baru.

Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan disingkat Kemenko PMK (sebelumnya disebut Kemenko Kesra) mencatat anak sekolah lapar di Indonesia mencapai 41 persen, 32 persen anemia, 58 persen pola makannya tidak sehat.

Melihat data di atas, Imelda mengatakan, harus ada perubahan kerangka berpikir (mindset). Misalnya jika selama ini sarapan anak-anak, yang mau berangkat ke sekolah, tidak diperhatikan, maka semuanya harus diperbaiki. Masa depan anak-anak adalah kunci Indonesia menjadi negara maju.

Penyuluhan tentang peran penting keluarga harus dilakukan sejak pra-nikah. Juga harus ada penyuluhan, termasuk di majelis taklim, mengenai pentingnya gizi untuk mencerdaskan anak-anak kita.

Jika hal itu dilakukan, Imelda meyakini, kecerdasan anak-anak Indonesia akan setara dengan anak-anak Singapura di ASEAN. (r)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Edriana: Penguatan UMKM, Solusi Tekan Pengangguran

Pantai Mapaddegat, Wisata Pilihan Keluarga Musim Libur di Tuapejat Mentawai