Oleh Aidil Ridhwan*
(Sebuah catatan rindu untuk kampung halaman)
Empat kali berhari raya Idul Fitri di negara orang sejatinya bukanlah waktu yang lama. Namun, setidaknya saya bisa memecahkan rekor “Bang Thoyib” yang katanya tak pulang-pulang itu. Saat ini, saya merayakan uroe raya fitrah ini di kota Tarim, Provinsi Hadhramaut, Republik Yaman.
Tak bisa dipungkiri, gelora berlebaran di kampung halaman saya, Desa Pante Garot, Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie selalu membuncah di kalbu. Konon lagi saat-saat berselancar di dunia maya, rasa kangen terus memuncak ketika melihat foto teman-teman yang sedang bersilaturrahim dengan keluarga, guree-guree dan syedara-syedara lingka.
Pante Garot adalah sebuah gampong di Mukim Garot, Pidie. Banyak kenangan yang tak bisa saya lupakan saat-saat meuuroe raya di kampung itu. Mulai akhir Ramadhan, aktivitas warga –terutama kaum ibu-ibu, disibukkan dengan persiapan menyambut Idul Fitri. Mulai dari bersih-bersih rumah hingga persiapan bikin-bikin kue. Ada rasa gembira saat berkeliling di pagi dan sore hari ketika melihat tingginya antusias warga dalam menyambut hari kemenangan itu.
Malam 1 Syawal, warga-warga –terutama orang-orang dewasa menghidupkan malam itu dengan bertakbiran di meunasah gampong. Lain halnya dengan anak-anak kecil, mereka menyemarakkan malam itu dengan bertakbiran mengelilingi kampung seraya membawa sebuah bruek (tempurung) berisi lilin-lilin yang dinyalakan. Sembari berjalan, mulut mereka tak henti-hentinya mengagungkan kalimah takbir. Sesekali, hembusan angin memadamkan lilin-lilin yang dibawanya itu.
Esoknya, shalat Idul Fitri digelar di meunasah setempat. Selama berada di kampung, saya belum pernah shalat uroe raya di tempat-tempat lain. Bagi saya, berjamaah Idul Fitri bersama warga kampung adalah moment tahunan yang tak bisa disia-siakan begitu saja.
Aktivitas di hari pertama lebaran yaitu berkumpul bersama keluarga, berziarah ke makam-makam keluarga yang telah meninggal, berkunjung ke rumah-rumah tetangga, dan yang tak pernah absen setiap tahunnya adalah berkunjung ke rumah-rumah teungku seumeubeut.
Salah satu teungku yang menjadi target utama kunjungan warga adalah Teungku M. Yunus –semoga Allah selalu menjaganya. Tgk Noh –panggilan akrabnya, selain sebagai Pimpinan Pesantren Riyadhul Ulum, beliau juga menjabat sebagai Teungku Imum gampong Pante Garot hingga saat ini.
Moment lain yang takkan terlupa juga yaitu berkumpul bersama kawan-kawan sekampung. Bagi kami kawula muda, tempat kongkow yang menjadi pos utama bersilaturrahim adalah di warkop Malvinas, miliknya Bang Tasri. Bang Gam, begitulah kami akrab memanggil pria yang berparas Arab itu.
Selain Bang Gam cepat akrab dan selalu care dengan pengunjung, yang menjadi daya tarik lain warung tersebut adalah letak geografisnya yang sangat pas. Sebelah kanan warung terdapat ruas jalan utama Sigli-Garot. Sedangkan di sebelah kirinya, air sungai Krueng Baro yang terdengar menderik membuat suasana nongkrong semakin mengesankan. Maka tak heran, warung tersebut selalu ramai dikunjungi.
Di sisi lain, tak kalah menariknya juga yaitu menikmati anak-anak kecil bermain tembak-tembakan di sepanjang jalan. Sekelompok aneuk-aneuk mit menunggu lawan-lawannya yang biasanya muncul dari atas atap bis labi-labi trayek Sigli-Garot. Ketika bis berada di depan mereka, serangan pun dilancarkan kedua pihak itu. Untuk menghindar dari serangan lawan, sesekali mereka bersembunyi di belakang pepohonan atau di belakang rumah-rumah warga. Acch, moment itu selalu mengingatkan saya saat-saat Aceh ‘dimejahijaukan’.
Hal lain juga yang bikin kangen adalah merasakan nikmatnya penganan lebaran semisal leumang dan timphan asoekaya racikan ibu saya yang tentunya tak akan pernah saya dapati di negeri Yaman ini. Wallahu ‘alam.
Akhir kalam, seulamat uroe raya fitrah bagi syedara-syedara lon di gampong khususnya, dan umumnya bagi ban sigom Aceh. Minal ‘aidin walfaizin, mohon maaf lahir batin.
*) Penulis adalah Alumnus Dayah Ummul Ayman Samalanga, Bireuen. Mahasiswa di Universitas Al Ahgaff, Yaman. Staff di Divisi Informasi dan Komunikasi Persatuan Pelajar Indonesia (Infokom PPI) wilayah Provinsi Hadhramaut, Republik Yaman.