Mengintip Kegiatan Forum Komunitas Hijau
Semua pasti seiya-sekata jika dikatakan bahwa alam adalah sebuah dimensi tempat manusia berpaut hidup. Alam yang asri tentu memberikan dampak yang positif, begitu juga dengan sebaliknya. Namun tidak semua yang sudi untuk berbaik-baik dan merawat alam. Beruntung Tanjungpinang Pos diajak bersama si spesialis paru-paru kota mengintip ruang bedah Forum Komunitas Hijau di tempat terbuka.
Tanjungpinang – Namanya Indra Bratama. Sayangnya masyarakat lebih familiar dengan sebutan Indra Bolan. Ramai orang mengenalnya bukan dikarenakan kepalanya yang plontos itu mirip bohlam lampu pijar atau karena ijazah strata satunya yang berhasil tembus 2 fakultas yakni Sarjana Ekonomi dan Sarjana Seni, melainkan kecintaannya terhadap alamlah yang membuat dia dikenal.
Bahkan, namanya juga tidak asing jika dilafaskan di jantung Ibu Kota, tepatnya di tubuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Lewat Forum Komunitas Hijau (FKH) yang merupakan perpanjangan tangan kementerian dalam merawat alam, Indra yang menjabat sebagai ketua umum tampak lebih khusyuk merenovasi paru-paru Kota, khususnya Kota Tanjungpinang.
”Saat ini, FKH sedang fokus menebar virus positif agar satu rumah setidaknya menanam satu pohon,” ujar Indra di beranda kediamannya di Jalan Yudhowinangun, Tanjungpinang.
Tidak ada kriteria khusus untuk jenis dan spesies tanaman tertentu dalam hal tanam menanam, bagi maestro piano ini. Semua pohon sama saja dan dampak-nya pun sama juga.
”Apapun bisa ditanam, yang penting pohon, jangan biarkan paru-paru kota rusak,” jelasnya.
Dia juga sempat memberikan ilustrasi ekstrim kepada awak media tentang paru-paru, kata dia jika di Indonesia saja setiap tahun ada ratusan ribu manusia yang mati karena paru-paru, apa jadinya jika paru-paru raksasa yang mengalami kerusakan.
”Bisa-bisa kita satu kota ini mati bertahap kan,” ucap dia.
Bagi FKH, manusia sudah banyak berbuat salah dengan alam, selain dijadikan sapi peras keuntungan berupa lembar rupiah. Tidak sedikit juga yang dijadikan sebagai wadah eksploitasi bisnis lainnya.
”Padahal, kita hidup ini dari alam, dan pasti kembali juga dengan alam, harusnya sudah saatnya kita balas budi baik alam yang sudah memberikan kita banyak hal, termasuk ilmu, pengetahuan, pengalaman dan uang,” tegasnya.
Meski baru hitungan tahun FKH lahir (2011, red), namun di bawah payung FKH untuk di kawasan Kota Tanjungpinang saja sudah merangkup puluhan komunitas yang mempuyai misi yang sama, artinya secara tidak langsung, terdapat ratusan anggota FKH untuk di kawasan tanah Gurindam.
”Di dalam FKH itu ada komunitas-komunitas, misalnya Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) yang mewadahi 22 klub sepeda, ada juga Bintan Vespa Club, TPI berkebun, Komunitas Reptil, IPGR, Komunitas 88, SATU, Pusaka, FPTI. Banyaklah pokoknya, dan itu baru komunitasnya, belum lagi orangnya,” kata dia yang saban bulan dan saban minggu selalu aktif sebagai spesialis paru-paru kota yakni dengan menanam ragam pepohonan.
Bagi Indra, jika kita tidak melakukan penanaman pohon, sama halnya merampas hak anak cucu di masa yang akan datang.
”Masak kita mau jahat dengan anak sendiri. Coba ingat-ingat cerita orang tua-tua dulu, dia selalu berkisah bahwa di jamannya beberapa sudut dan daerah tampak teduh dan sejuk dengan pepohonan yang sekarang berganti dengan gedung-gedung dan ruko, apa kita mau melakukan hal sama kepada anak kita kelak,” bebernya yang juga mengaku menyimpan kesal kepada masyarakat yang belum sadar pentingnya menanam.
Entah berapa jenis pepohonan yang sudah ditanam FKH, entah berapa puluh ribu batang pohon-pohon itu sudah tumbuh dan kembali menjulang.
Yang jelas bagi FKH, menanam dan terus menanam adalah langkah terbaik dalam menginstal ulang fungsi paru-paru kota, hingga nanti tiba masanya, regenerasi manusia berikutnya yang menuai dengan imbalan kesegaran udara yang dihirup serta teduhnya rerimbunan. (Yoan S Nugraha)