Pemerintah harus memperbaiki kinerjanya, terutama terkait pengendalian pasokan dan harga beras, karena tingginya inflasi pangan cukup berisiko terhadap perningkatan angka kemiskinan.
JAKARTA – Inflasi bahan makanan pada Januari lalu tercatat tertinggi dalam dua tahun terakhir. Kondisi tersebut mengindikasikan upaya pemerintah mengendalikan pasokan dan harga beras di awal tahun ini gagal.
Peneliti Ekonomi dari Institute of Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudisthira, mengatakan inflasi bahan makanan tercatat sebesar 2,34 persen. Menurut dia, faktor penyebabnya adalah kenaikan harga pada 9 dari 11 subkelompok bahan makanan, yakni beras, umbi-umbian sekitar 5,51 persen.
Selain faktor cuaca hujan, Bima menilai lonjakan ini juga bukti dari kegagalan pemerintah mengendalikan pasokan dan harga beras di pasaran. “Pemerintah terlambat mengantisipasi kekurangan pasokan serta tidak validnya data pangan berkontribusi terhadap melambungnya harga beras,” ujarnya kepada Koran Jakarta, Kamis (1/1).
Bima berharap pemerintah segera melakukan verifikasi data faktual pasokan dan permintaan beras, serta meningkatkan kinerja satgas pangan agar tidak terjadi aksi spekulasi yang merugikan konsumen. Sebab, antisipasi dini terhadap lonjakan inflasi bisa menekan angka kemiskinan. “Pemerintah harus memperbaiki kinerjanya.
Pasalnya, tingginya inflasi pangan cukup berisiko terhadap naiknya angka kemiskinan. Menurut data BPS, bahan makanan menyumbang 70 persen dari garis kemiskinan dengan beras menyumbang 18 persen,” ujarnya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melaporkan inflasi pada Januari 2018 tercatat sebesar 0,62 persen dari bulan sebelumnya (mtm), dengan penyumbang utamanya lonjakan harga barang bergejolak atau volatile food sebesar 0,47 persen. Untuk inflasi tahun kalender berjalan 2018 sebesar 0,62 persen, sementara inflasi dari tahun ke tahun (yoy) tercatat 3,25 persen.
Kontributor Terbesar
Kepala BPS, Suhariyanto, menyebutkan lonjakan inflasi sebagian besar disumbangkan kenaikan harga kelompok bahan makanan, seperti beras, daging ayam, hingga ikan segar.
Inflasi untuk bahan makanan pada Januari 2018 sebesar 2,34 persen dengan andil terbesar, yakni 0,48 persen. Khusus untuk beras, pangan jenis ini sebagai penyumbang terbesar inflasi Januari dengan andil 0,24 persen. “Kenaikan harga beras berpengaruh besar ke inflasi Januari,” ungkapnya, di Jakarta, kemarin.
Selain beras, inflasi juga digerakkan kenaikan harga beberapa kelompok bahan makanan lainnya, meliputi daging ayam ras dengan andil 0,07 persen terhadap inflasi, kemudian ikan segar 0,05 persen, cabai rawit 0,04 persen serta cabai merah 0,03 persen dan beberapa sayuran 0,01 persen.
Adapun sektor lainnya yang menyumbang inflasi juga ialah makanan jadi dan minuman dan rokok yang berkontribusi sebesar 0,43 persen dengan andil 0,08 persen. Kemudian di sektor perumahan, air, listrik, dan gas, serta bahan bakar menyumbang sebesar 0,23 persen dengan andil 0,06 persen. Selain itu, untuk sandang dan pakaian mengalami inflasi 0,5 persen dengan andil 0,03 persen.
ers/E-10