Berbicara tentang karakter memang tidak pernah akan ada habisnya. Apalagi di kalangan pendidik. Sebab salah satu tugas guru adalah mengarahkan sikap dan perilaku siswanya ke arah yang lebih baik, disamping transfer ilmu pengetahuan dan pengenalan teknologi serta menjalankan tupoksi lainnya.
Hal tersebut dapat kita pelajari dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1 yang menyatakan, bahwa guru harus dapat melaksanakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didiknya secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sejak diberlakukannya kurikulum 2013, mengenai pembentukan dan penguatan karakter siswa telah diatur dalam Permendikbudristek Nomor 62 Tahun 2014. Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat menemukan dan mengembangkan potensi siswa, serta memberikan manfaat sosial yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain.
Selain itu kegiatan ekstrakurikuler yang digiatkan oleh sekolah juga dapat memfasilitasi penyaluran bakat dan minat siswa. Sekolah diharapkan dapat menciptakan iklim dan lingkungan yang lebih kondusif, agar semua warganya turut berbudi pekerti dan memiliki karakter yang baik.
Guru harus mau dan peduli dalam upaya pembentukan sikap atau karakter yang telah menjadi hal yang meresahkan dunia pendidikan saat ini. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya pembentukan karakter siswa saat ini. Pertama, melalui pembiasaan-pembiasaan baik di sekolah.
Banyak sekali kebiasaan baik yang dapat diterapkan di sekolah, seperti membuang sampah pada tempatnya untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan. Melaksanakan piket kelas untuk menumbuhkan kerjasama dan tanggungjawab. melaksanakan shalat dhuha dan zuhur berjamaah, menumbuhkan sikap spritual.
Membiasakan siswa berinfak/bersedekah untuk menumbuhkan sikap peduli sosial, serta kebiasaan baik lainnya. Membudayakan kebiasaan yang baik di sekolah dapat dianggap sebagai cara yang ampuh dalam mewujudkan dan menyokong pembentukan dan penguatan karakter siswa.
Kedua, melalui kegiatan intrakurikuler. Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, sebenarnya guru tetap masih bisa menuntun sikap dan karakter siswa. Guru tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran (transfer of knowledge) semata.
Penerapan KI. 1 (sikap spiritual) dan KI. 2 (sikap sosial) tetap menjadi hal yang harus diinternalisasikan oleh setiap guru mata pelajaran pada saat pembelajaran berlangsung. Sebab tentang sikap merupakan nuturant effect dari sebuah pembelajaran. Ketiga, melalui kegiatan yang terprogram dan terencana. Kegiatan ini berupa ekstrakurikuler yang saat ini telah dapat dilaksanakan kembali.
Berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam rangka pembentukan karakter siswa seperti tahfiz, forum annisa, forum arrijal dan lain-lain, dalam meningkatkan sikap spiritual siswa. Sekolah dapat meggiatkan kembali ekstrakurikuler pramuka, seni dan berbagai ekstrakurikuler dalam bidang olahraga.
Pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler dengan berbagai jenis kegiatan. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka dapat menjadi wadah untuk penanaman nilai-nilai karakter bagi siswa di sekolah. Melalui kegiatan pramuka dapat melatih sikap kemadirian, disiplin, kebersamaan dan tanggungjawab, serta karakter lainnya.
Pada sekolah penggerak, pembentukan karakter siswa lebih dikenal dengan upaya mewujudkan sikap Profil Pelajar Pancasila. Melalui projek Profil Pelajar Pancasila, maka berbagai nilai karakter dapat ditanamkan pada diri siswa sesuai dengan tema yang dilaksanakan.
Selain berbagai bentuk kegiatan di atas, pembentukan karakter siswa juga tidak lepas dari teladan yang diberikan oleh guru di sekolah. Guru adalah sosok yang sangat berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dalam berbagai aspek, baik intelektual, emosional maupun spiritual.
Untuk itu dalam pembelajaranpun guru dituntut mampu menyeimbangkan ketiga aspek tersebut. Artinya guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyebabkan terjadinya keseimbangan antara hardskill dan softskill bagi siswanya.
Sehubungan pembentukan sikap dan karakter peserta didik, maka terlebih dahulu harus dicontohkan oleh guru, agar dapat ditiru oleh siswanya. Keteladanan yang dicontohkan guru akan memudahkan penerapan nilai-nilai karakter.
Guru adalah orang yang patut digugu dan ditiru. Digugu artinya, segala sesuatu yang disampaikan oleh seorang guru, baik lisan maupun tulisan dapat dipercaya dan dan diyakini kebenaran oleh semua siswanya.(***)