Festival Cepak Cepoang yang bertujuan mengenalkan makanan tradisional kepada generasi muda agar terjadi penguatan identitas budaya lokal sebagaimana digelar Penggiat Budaya Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di Nagari Limau Gadang, Kecamatan IV Jurai, berjalan sukses.
Kegiatan yang digelar selama sepekan yang dimulai sejak 27 November hingga 4 Desember 2022 lalu itu, mendapat sambutan antusias dari masyarakat Pessel. Sebab melalui festival itu, masyarakat kembali dikenalkan dengan sajian makanan-makanan tradisional yang sudah mulai sulit untuk ditemukan saat ini.
Wali Nagari Limau Gadang, Nasrul, mengatakan kepada Padang Ekspres Rabu (7/12) bahwa melalui Festival Cepak Cepoang yang dibuka Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumbar, yang diwakili Pamong Budaya Ahli Muda, Hariadi itu, masyarakatnya sudah kembali mengenal berbagai jenis kuliner yang sudah mulai sulit ditemui saat ini.
“Makanya dengan digelarnya festival ini saya sangat berterima kasih dan berharap apa yang menjadi tujuan pemerintah kegiatan ini digelar benar-benar bisa tercapai,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa Nagari Limau Gadang Lumpo sekarang telah ditetapkan sebagai Desa Pemajuan Kebudayaan oleh Dirjen Kebudayaan RI, dan juga merupakan satu-satunya di Pessel.
“Hal itu memang didasari oleh berbagai keunggulan yang dimiliki nagari ini dalam mempertahankan budaya dan keasrian yang dimiliki sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Saya berharap ini juga bisa menjadi maknik bagi nagari ini dalam menarik wisatawan untuk berkunjung,” katanya.
Penggiat Budaya Pessel, Aldeswitri Mutri, menjelaskan kepada Padang Ekspres Kamis (7/12) bahwa Festival Cepak Cepoang yang diselenggarakan selama sepekan itu tercapai berkat kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pessel.
“Melalui kerjasama ini, sehingga kita bisa kembali mengajak masyarakat untuk kembali mengenal kuliner lokal dan tradisional. Kegiatan ini juga dalam rangka pemanfaatan potensi budaya desa Nagari Limau Gadang Lumpo. Sebab nagari ini telah ditetapkan sebagai salah satu Desa Pemajuan Kebudayaan oleh Dirjen Kebudayaan RI di Pessel,” katanya.
Lebih jauh dijelaskan bahwa melalui kegiatan itu, pihaknya bersama 15 peserta festival bisa kembali mempromosikan kuliner-kuliner tradisional yang berasal dari masyarakat Desa atau Nagari Limau Gadang Lumpo.
“Yang tentunya juga memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dalam pemanfaatan bahan makanan tersebut. Sebab nagari ini juga berbatasan langsung dengan hutan lindung yang memiliki banyak sumber bahan baku untuk dijadikan sebagai kuliner lokal,” ujarnya.
Ditambahkan lagi bahwa beberapa jenis kuliner tradisional yang ditampilkan melalui festival sepak cepoang itu diantaranya, kue sangko, kue kareh-kareh, kue sagun bakar, kue arai pinang, kue wajik, lamang, dan lainnya.
“Sajian berbagai kuliner itu ditampilkan melalui workshop makanan tradisional oleh 15 peserta tersebut. Harapan kita ini bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak sekolah, ibu-ibu PKK, guru, kader Posyandu, bahkan juga UMKM sendiri,” harapnya.
Sebagaimana diketahui, cepak cepoang diartikan makanan enak beramai-ramai yang mana saat ini sudah jarang digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk berkomunikasi.
“Istilah ini muncul biasanya ketika masyarakat makan bersama-sama atau ‘balanjuang’ dalam sebuah kegiatan sosial dan budaya. Makanya kegiatan yang ditutup oleh Bapak Sekdakab Pessel, Mawardi Roska pada MInggu (4/12) ini, kita beri nama Festival Cepak Cepoang,” jelasnya.
Pada pembukaan lalu itu, pihaknya bersama peserta festival juga mempromosikan buah barangan yang banyak tumbuh di hutan yang terdapat di nagari itu.
“Buah barangan ini diolah menjadi kue sangko. Jenis buah yang banyak tumbuh di hutan ini ternyata bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pendukung ketahanan pangan. Kuliner ini rasanya juga sangat enak,” kata Mutri lagi.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pessel, Suhendri, melalui Kabid Kebudayaan, Zainal Abidin, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan Workshop dan festival makanan tradisional cepak cepoang yang diinisiasi oleh Penggiat Desa Budaya Pesisir Selatan itu.
“Ini merupakan salah satu upaya dalam memperkenalkan kuliner tradisional melalui kekayaan alam yang dimiliki oleh Nagari Limau Gadang Lumpo, Ini patut diapresiasi,” katanya.
Dia juga berharap melalui kegiatan itu para generasi muda di Pessel, khususnya Nagari Limau Gadang Lumpo, dapat semakin mengenal dan mencintai makanan dan kuliner khas tradisional.
“Berbagai kuliner yang disajikan melalui Festival Cepak Cepong yang dibuka tanggal 27 November hingga 4 Desember 2022 itu, berbagai jenis makanan tradisional kembali bermunculan. Selain unik dan enak, bahan bakunya juga bisa didapatkan dari lingkungan alam sekitar. Saya berharap ini bisa terus dikembangkan kedepannya oleh pelaku usaha kuliner di daerah ini, khususnya Nagari Limau Gadang Lumpo,” timpalnya. (yon)