Stok Lokal Melimpah, Beras Impor Beredar di Pasaran
Boleh-boleh saja pemerintah mengklaim tak lagi mengimpor beras. Namun, kondisi riil di pasaran bertolak belakang. Beras impor asal Thailand dan Vietnam masih diperjualbelikan secara bebas di pasaran, termasuk di Sumbar.
Berdasarkan penelusuran Padang Ekspres di Pasar Raya Padang sejak akhir Maret hingga awal April lalu, terungkap bahwa peredaran beras impor asal Thailand dan Vietnam sudah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir. Kendati supplay-nya berbeda, namun beras ini dijual dengan harga sama.
Anehnya, beras impor yang dijual di pasaran itu menggunakan karung berlogo Bulog. Beberapa pedagang yang ditemui Padang Ekspres di Pasar Raya Padang, juga mengakui bahwa beras itu didapatkan dari Bulog.
“Biasanya, kita mendapatkan dua jenis beras dari Bulog. Kedua beras ini memiliki kualitas berbeda, namun harganya sama Rp 8.000 per gantangnya. Beras Thailand memiliki kualitas bagus dan berwarna putih bersih. Satunya lagi, kualitasnya tidak terlalu bagus, berwarna agak kehitaman dan tidak bersih,” jelas Januar, 45, salah seorang penjual beras.
Dibanding beras lokal, diakui Januar, beras Bulog ini paling banyak pembelinya. Selain dinilai berkualitas, harganya pun cukup terjangkau bagi masyarakat. Makanya, para pedagang berlomba menambah stok beras Thailand ini sebanyak mungkin di kiosnya jika tidak ingin kehilangan pelanggan.
Buyung, 50, pedagang beras lainnya mengatakan, biasanya Bulog melakukan operasi pasar sekali dua hari untuk mencegah terjadinya lonjakan harga beras mendekati bulan puasa.
Selebihnya Bulog menyuplai beras ke gudang-gudang, sehingga pedagang harus membeli ke gudang dengan harga lebih dari Rp 9.000 per gantang. “Itulah sebabnya, beras yang didapat dari Bulog tersebut dijual berkisar Rp 13.000 sampai Rp 16.000 per gantangnya,” bebernya.
Dia menyebut, kondisi ini sudah berlangsung sejak 4-5 bulan terakhir. Pedagang mau tak mau harus rela antre untuk mendapatkan suplai stok beras dari Bulog. Jika terlambat, pedagang bisa tidak kebagian jatah.
Upik, 40, salah seorang pembeli mengatakan, biasanya dia selalu membeli beras Bulog karena enak dan tidak bau kalau dimasak. “Rasanya pun sama dengan beras yang lain dan harganya lebih murah,” ujarnya sambil menunjukkan beras yang dibelinya.
Salah seorang pemilik gudang yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Padang Ekspres ketika ditemui di salah satu gudang di Bandar Olo, mengungkapkan, “beras ini dipesan dari agen yang di Medan, ini beras Vietnam yang didatangkan langsung dari Medan.
Sebelumnya, diakuinya, gudangnya itu memang menampung beras Bulog. Namun, karena Bulog tak lagi memasok beras ke mitra kerjanya, dia pun memesan beras langsung dari agen di Medan. Kendati begitu, karung yang digunakan tetap berlogo Bulog.
Di gudang itu, terlihat puluhan ton beras dalam karung berlogokan Bulog tersimpan rapi. Kondisi serupa terlihat di beberapa gudang beras lainnya. Sayangnya, pemilik gudang menolak dimintai keterangan terkait “gunungan” beras berlogo perusahaan milik pemerintah itu.
Namun berdasarkan pantauan Padang Ekspres akhir pekan kemarin, beras impor Vietnam dan Thailand itu sudah tidak disuplai lagi. Informasinya, beras tersebut akan diganti dengan beras dari Parepare, Sulawesi.
“Berasnya sudah tidak masuk lagi ke gudang, katanya sih bakalan diganti sama beras Sulawesi,” ujar Jamaris, 48, pedagang beras di Pasar Inpres II.
Stok Beras Aman
Beredarnya beras impor di pasaran, mendapat perhatian Kepala Dinas Pertanian Candra ketika dihubungi Padang Ekspres, Senin (3/4) lalu. Menurut dia, stok beras aman dan Sumbar sudah menjadi daerah yang surplus beras. Makanya, sejak tahun 2016 lalu, Sumbar tidak membutuhkan lagi beras impor.
“Otomatis beras impor itu tidak dijual bebas di pasaran,” sebut Candra.
Nah, jika ada impor beras, menurut Candra, pastilah pihaknya bakal tahu. Pasalnya, permintaan impor dikirimkan dari pemerintah provinsi dan diteruskan ke Kementerian Pertanian yang nantinya dikelola Kementerian Perdagangan.
Saking melimpahnya beras di Sumbar, menurut Candra, sejak lima tahun terakhir Sumbar mengekspor beras ke negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Dalam setahun, ekspor beras ke negara tersebut rata-rata 500 ribu ton.
“Tidak hanya diekspor, beras Sumbar juga turut andil dalam memenuhi kebutuhan provinsi lain, seperti Papua, Riau, Kepulauan Riau, Batam, Kalimantan dan daerah lainnya,” terang dia.
Dari data yang disebutkan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dalam rapat bersama Perwakilan Sekretaris Militer Presiden di ruang rapat Istana Gubernuran, Kamis (30/3) lalu, lima tahun terakhir Sumbar surplus beras. Tahun 2013 ketersedian pangan Sumbar tersebut surplus sebesar 863.044 ton. Lalu, tahun 2014 surplus 831.864 ton dan 2015 surplus 874.333 ton.
Makanya, menurut Gubernur waktu itu, saat ini Pemprov Sumbar fokus melakukan program terobosan dalam mendukung percepatan pembangunan pertanian Sumbar. Bahkan, pihaknya optimistis produksi gabah tahun ini mencapai 3 juta ton.
Sementara Kepala Dinas Pangan Sumbar Effendi membenarkan bahwa saat ini Sumbar masih surplus beras. Cuma saja, konsumsi pangan masyarakat Sumbar masih tergolong belum berimbang.
Pasalnya, masih didominasi konsumsi beras dengan persentase melebihi angka ideal. Jika konsumsi masyarakat terhadap beras tidak dikurangi, dikhawatirkan tidak hanya mengganggu program swasembada beras, melainkan juga mengancam kualitas kesehatan masyarakat. (*)
LOGIN untuk mengomentari.