Setiap kita memang harus berpacu dengan waktu dalam melakukan suatu pekerjaan. Bahkan untuk memudahkan pekerjaan tersebut, tak sedikit juga sarana digital yang diluncurkan. Namun tetap saja, beban kerja mengajar zaman now tidak lagi menjadi hal yang mudah.
Ada banyak kesulitan yang dirasakan oleh guru, di antaranya menyesuaikan diri dengan pola pembelajaran berbasis digital. Tidak bisa dipungkiri bahwa peserta didik saat ini lebih menyenangi membaca media digital, elektronik, broadcast dan berita di media online.
Kepintaran mereka memanfaatkan teknologi terkadang melebihi guru-gurunya. Mereka masuk ke dalam kelas tidak lagi seperti gelas kosong yang tanpa ilmu, namun banyak peserta didik yang sudah terlebih dahulu mengetahui informasi kompetensi yang akan diajarkan.
Sebagai guru tentunya harus dapat menyesuaikan diri dengan para siswanya.
Guru harus lebih kreatif memanfaatkan teknologi untuk menciptakan suasana belajar yang seru dan menyenangkan. Guru perlu menggunakan model, metode, dan pendekatan yang menarik minat siswa untuk belajar.
Teknologi merupakan pilihan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran abad 21. Greenstein (2012) menjelaskan bahwa keterampilan abad 21 yang harus dikuasai siswa antara lain: thinking, acting, dan living in the word.
Thinking meliputi berpikir kritis dan memecahkan masalah. Acting meliputi komunikasi, kolaborasi, melek teknologi, fleksibilitas, dan adabtabilitas. Living in the word meliputi tanggung jawab dan kepemimpinan.
Di antara cara membekali peserta didik sesuai keterampilan abad 21 ini adalah dengan pendekatan pembelajaran berbasis Sains, Technology, Engeenering, dan Mathematic atau yang disingkat dengan STEM. STEM memadukan pembelajaran yang holistic antara Science, Technology, Engeenering, dan Mathematic.
Science merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi Fisika, Kimia dan biologi. Technology memberikan kemudahan dalam mengakses data dan membantu segala kebutuhan manusia. Engeenering merupakan penerapan dari teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia.
Dan Mathematic merupakan konsep perhitungan yang digunakan untuk mengonseptualisasi permasalahan kehidupan sehari-hari. Penerapan pendekatan STEM dalam proses pembelajaran dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran. Namun bukan berarti mata pelajaran yang ada misalnya Bahasa Indonesia mengajarkan Sains di dalamnya.
Akan tetapi prinsip-prinsip sainslah yang diterapkan. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip sains ini? Jawabannya adalah melaksanakan pembelajaran seperti runut dan sistematis, mengajak peserta didik berpikir kritis dalam menganalisa materi yang ada.
Pendekatan STEM penting diterapkan dalam proses belajar mengajar karena memiliki beberapa keunggulan antara lain dapat menyiapkan generasi penerus yang siap menghadapi perkembangan zaman, membantu mengembangkan inovasi dalam kehidupan, meningkatkan ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran, menjadikan pembelajaran makin sesuai dengan kehidupan, membantu peserta didik untuk membangun konsep diri secara aktif, serta meningkatkan literasi digital peserta didik.
Pembelajaran ISTEM dapat membantu guru dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan anak. Sebab ISTEM digunakan untuk mendekatkan pembelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik. Selain itu mereka dihadapkan pada penggunaan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan, sehingga dengan ini peserta didik akan termotivasi untuk belajar dengan baik.
Fenny Roshayanti (2022), menambahkan istilah STEM dengan STEAM, mengaitkan sains teknologi, seni, dan matematika. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran kontekstual, di mana peserta didik diajak memahami fenomena-fenomena yang terjadi yang dekat dengan dirinya. Pendekatan STEAM mendorong peserta didik untuk belajar mengekplorasi semua kemampuan yang dimilikinya.
STEAM juga akan memunculkan karya yang berbeda dan bahkan tidak terduga dari setiap individu dan kelompoknya. Selain itu kolaborasi, kerjasama dan komunikasi akan muncul dalam proses pembelajaran, karena STEAM dilakukan secara berkelompok.
Keberhasilan penggunaan STEAM inilah yang mendorong penulis menerapkannya di Pondok Pesantren Kauman Padangpanjang. Selain itu, penulis juga telah mengikuti pelatihan 1 pekan melalui online dan 1 pekan langsung belajar di Nanyang Politeknik International (NYPi) Singapore. Banyak hal baik yang dapat dilihat secara langsung dan dapat diterapkan di Kauman.
Dalam penerapannya, dimasukkan kata Islamic, sehingga dikenal dengan ISTEM. Memasukkan kata Islamic ini ditujukan agar adanya integrasi pembelajaran berbasis STEM dengan nilai-nilai keIslaman. Dengan ini tentunya akan memperkuat pembentukan karakter peserta didik.
Dalam penerapan misalnya, kita menggunakan teknologi komputer, robotic, artificial intelligence dan sejenisnya untuk memberikan solusi terhadap masalah yang ada. Namun dasar-dasar keIslaman menjadi pondasi utama. Hal ini didasarkan pada bahwa semua ilmu bersumber dari Allah.
Tidak ada dikotomi antara ilmu agama dengan umum. Seyogianya semua guru harus mampu mengaitkan pembelajarannya dengan Allah SWT. Karena apapun yang dihasilkan harus mampu memberikan nilai positif bagi kehidupannya dan habitat di sekelilingnya.
Begitu pun dalam pengembangan iptek, umat Islam harus mengarahkan penggunaan sains dan teknologi kepada hal yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT. Telah berlangsung 4 bulan pelaksanaannya di pondok pesantren Kauman Muhammadiyah Padangpanjang, Alhamdulillah membawa perubahan positif dalam pembelajaran guru.
Guru merasa asyik mengajar, dan peserta didik semakin semangat belajar. Apalagi pada saat pekan proyek, menjadi waktu yang ditunggu. Melahirkan proyek berbasis ISTEM dalam pemecahan masalah yang dihadapi adalah sebuah kemestian bagi mereka.
Banyak projek yang sudah mereka hadirkan melalui pendekatan ISTEM dalam pembelajaran ini, dan projek ini pun telah dibawa peserta didik mengikuti lomba ke Penang Malaysia beberapa waktu yang lalu. Dan Alhamdulillah memperoleh Juara 3 Internasional.(***)