Palembang, BP
Polisi mematahkan poros OKUS-Solo dalam pengadaan senjata api untuk teroris. Pertaruhan Sumsel meningkatkan keamanan wilayah jelang Asian Games 2018.
Pasca penangkapan dua tersangka pemasok senjata api rakitan (senpira) untuk teroris jaringan Abu Faisal di Kabupaten OKU Selatan, jajaran kepolisian dan pemerintah daerah menyatakan sikap lebih waspada.
Kepala Kepolisian Daerah Sumsel Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan, pihaknya akan melakukan langkah antisipasi terhadap aksi terorisme yang ada di Sumsel.
Diakuinya, berdasarkan informasi dari intelijen, aksi terorisme secara global masih akan terjadi dan kewaspadaan akan terus ditingkatkan terutama menjelang pelaksanaan Asian Games 2018.
“Terorisme diprediksi masih terus ada, karenanya kepolisian melakukan langkah antisipasi sejak dini. Kita melibatkan kepolisian masing-masing daerah dan berkoordinasi lintas instansi dan lembaga,” katanya.
Gubernur Sumsel H Alex Noerdin menuturkan, aksi terorisme itu bersifat global, sehingga di daerah mana pun terorisme bisa saja terjadi, termasuk di Sumsel.
Apalagi, Alex menambahkan, ada sejumlah wilayah di provinsi ini yang masyarakatnya memiliki keterampilan membuat senjata api rakitan.
“Teroris bisa ada di mana dan kapan saja. Berdasarkan informasi dari kepolisian, memang pemasok senpira itu ditangkap di OKU Selatan. Di daerah itu masih banyak ditemukan masyarakat yang membuat senpira,” tuturnya.
Diakuinya, bukan hanya di OKU Selatan, di beberapa daerah lain seperti OKI, OKU Timur, Banyuasin juga masih ditemukan perajin-perajin senpira.
Hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi, baik di rumah, perkebunan, maupun di tempat lainnya. Karena itu, untuk menghentikan kebiasaan masyarakat membuat senpira, kepolisian dan pemerintah perlu bersinergis.
Upaya yang dilakukan pemerintah daerah bisa melalui imbauan dan menerapkan program memberdayakan perajin senpira menjadi perajin yang lebih bernilai positif.
“Jadi ini bukan hanya tugas kepolisian. Bupati, walikota dan jajaran pemerintahan lain juga perlu berperan aktif,” tandasnya.
Dengan masih banyaknya perajin senpira itu, lanjut Alex, maka potensi terorisme masuk ke Sumsel akan semakin besar. Sebab Sumsel dinilai menjadi daerah penyuplai senpira bagi para pelaku teroris.
“Harus cepat dalam melakukan aksi antisipasi dan penanggulangan terorisme. Jika tidak dimulai dari sekarang maka keamanan di Sumsel juga akan berpengaruh. Menjelang Asian Games, semua kondisi di Sumsel harus aman,” paparnya.
Sementara itu Kapolres OKU Timur AKBP Audie S Latuheru mengatakan, setelah dilakukan penyelidikan, lokasi maupun yang dikatakan pelaku diduga teroris itu sekarang sudah tidak ada lagi.
“Namun Tim Rimau dari Polda dan kita masih terus melakukan kegiatan di lapangan untuk mengungkap siapa dan di mana tempat pelaku diduga teroris membeli senpira,” ujarnya.
Menurutnya, kemungkinan pelaku diduga teroris itu beli senpira sudah lama sehingga saat dilakukan penyelidikan di lokasi yang disebutkan saat ini sudah tidak ada lagi.
“Razia senpira terus dilakukan, karena disinyalir masih ada masyarakat yang memiliki maupun menyimpan senpira. Kita juga terus melakukan sosialisasi ke masyarakat,” imbuhnya.
Dua orang berinisal C (39) dan T (41) ditangkap di Ogan Komering Ulu (OKU) terkait kepemilikan senjata api rakitan. Kedua orang ini diduga memiliki kaitan dengan jaringan teroris dan bom bunuh diri di Solo.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengakui, di daerah Sumsel memang banyak industri rumahan (home industry) yang membuat senjata api.
“Ada (dugaan penggunaan senjata). Karena itu senjata, di daerah Sumsel itu kan banyak memproduksi, home industry senjata api. ‘Kecepek’ istilahnya senjata rakitan,” kata Tito di Masjid Al-Husna di Jalan Enggano Raya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat.
Dia mengatakan, kondisi itu dimanfaatkan oleh jaringan teroris sebagai lokasi potensial untuk mendapatkan senjata api. Namun Tito menyebut senjata belum banyak yang dipasok ke Jawa.
“Rupanya kelompok teroris ini tahu potensi itu. Mereka membeli di sana. Tapi alhamdulillah sudah ditangkap oleh Polda Sumsel dan Densus,” tutur Tito.
Dia menegaskan, polisi terus mewaspadai kelompok-kelompok dengan pemikiran radikal yang pro-kekerasan. Menurutnya, perbedaan pemahaman tidak menjadi masalah selama tidak membawa paham kekerasan.
Terkait penangkapan di OKU Sumsel, C dan T ditangkap pada Rabu (15/3) dengan barang bukti dua buah senpi rakitan jenis revolver. Selain itu juga ada 25 butir amunisi berukuran 5 mm hingga 9 mm.
Polisi menduga amunisi tersebut rencananya akan digunakan oleh jaringan Abu Faisal. Kedua orang ini terkait dengan rencana bom di Solo. # idz/yto