NIAS – Kejuaraan internasional Nias Selatan Open Surfing Contest (OSC) 2017 di Pantai Sorake, 25-28 Juli 2017 diprediksi bakal sangat ketat. Puluhan peselancar top mancanegara memastikan hadir. Mereka menebarkan ancaman menantang peselancar tuan rumah.
“Jason Bishop peselancar dan Kris Thompson (Australia), Ignacio Gundesen (Argentina), Julian Ituirqide (Argentina), Aaron James (USA) sudah hadir. Beberapa yang lain juga sudah mengkonfirmasi keikutsertaan dan kedatangannya,” kata Firdolin Wau, salah seorang Koordinator Event NSOSC 2017, Minggu (23/7).
Pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Asosiasi Peselancar Nias Selatan ini menambahkan total ada 57 peserta dari dalam maupun luar negeri sudah mendaftar pada kompetisi selancar air bertaraf internasional ini. NSOSC 2017 sendiri akan dibagi dalam 3 kategori lomba, yaitu Man Division (pria, 16 tahun keatas), Woman Division, dan Grommet (pria dan wanita).
“Atlet kawakan Rahel Wau, Antoni Dachi dan Justin Bu’ulolo juga sudah menginfirmasi akan ikut serta. Mereka ini dikenal sebagai Big Wave Charger. Ini akan menjadi kejuaraan yang seru karena kehadiran peselancar top dalam dan luar negeri,” ujar Dollin Inn, panggilan akrab Firdollin Wau ini.
Rahel Wau sendiri merupakan surfer profesional dari Nias Selatan yang sudah malang melintang di kejuaraan surfing tingkat nasional dan internasional. Terakhir, dalam final Kejuaraan Surfing Ya’ahowu Open Surfing Championship 2016 menjadi yang terbaik kedua setelah Justin Bu’ulölö.
“Sedangkan di bagian putri nggak akan kalah serunya, ada Yasnyiar Gea yang sering menjuarai kejuaraan tingkat Asia (ASC) dan juga ada Salini Rengganis, Surfer Terbaik Wanita Indonesia tahun 2012 itu,” tuturnya.
Yasnyiar Bonne Gea, peselancar proffesional asal Pulau Nias yang lebih dikenal dengan nama panggilan Bonne ini telah menekuni dunia surfing hampir lebih dari 15 tahun. Prestasi dari peselancar kelahiran 16 Juni 1982 tidak hanya di kancah nasional tetap juga mendunia. Lima tahun berturut turut juara Indonesia Women Champion, juga Asian Beach Games dan meraih penghargaan seperti kompetisi Asian Championpada tahun 2011 dan 2014.
“Nanti juga akan digelar lomba untuk kelas Grommet, ajang kejuaraan untuk surfer di bawah usia 16 tahun. Ini akan menjadi tantangan baru dan pengalaman tak akan terlupakan bagi mereka saat mencobai ombak di Pantai Sorake. Pasti seru,” ungkapnya
Lantas mengapa surfer nasional dan luar negeri mau ikut kejuaraan ini? Apa istimewanya Nias?
Yang pertama, ombak di pantai Sorake sedang tinggi-tingginya. Alasan berikutnya, kegiatan ini menjanjikan total hadiah Rp 87 juta. Ditambah lagi, Pantai sorake juba merupakan surganya bagi pecinta surfing (bermain selancar). Pantai ini masuk dalam 10 besar tempat surfing terbaik di dunia bahkan disebut-sebut nomor 2 di dunia setelah Hawai.
Untuk periode Juli, Pantai Sorake sangat ramai dikunjungi turis asing yang ingin berselancar karena ketinggian ombaknya bisa mencapai 10-12 meter.
Keunggulan lain, gelombang ombak yang tinggi dan ombaknya bisa bergulung dengan utuh sampai ke bibir pantai serta memiliki 11 kali gelombang sebelum pecah dengan ketinggian gelombang antara 3 meter sampai dengan 5 meter.
Ombaknya pun punya 5 tingkatan sehingga peselancar dapat melakukan atraksi dengan berbagai gaya di setiap tingkatan. Bahkan peselancar bisa menaiki ombak hingga mencapai jarak sejauh 200 meter karena memiliki karakter ombak yang panjang yang jarang ditemui di belahan dunia manapun.
Pantai ini juga unik karena tidak ada pasir yang melandai. Yang ada justru batu karang yang bertebaran . Pinggiran batu-batu karang yang terluar adalah langsung berhadapan dengan laut dalam yang mempunyai kedalaman 2 sampai 3 meter.
“Ini akan menjadi ajang kompetisj terbaik nantinya. Ombak di pantai Sorake sangat ideal sehingga membuat peserta merasa tertantang. Pantai, dan rumah-rumah masyarakat menjadi obstacles dan pemandangan para peserta,” ujar Esthy Reko Astuty, Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar.
Wanita berhijab itu juga memaparkan, terpilihnya Pantai Sorake berkat kerja sama dengan pemerintah daerah melalui Disbudpora Kabupaten Nias Selatan dengan Asosiasi Peselancar Nias Selatan (APNS) dan dukungan dari Kemenpar. Kerja sama itu diyakini semakin memperkuat posisi Nias Selatan sebagai destinasi ‘sport tourism’ kelas dunia nantinya.
Sport tourism ini cukup potensial. Trennya terus meningkat, semakin banyak acara sport tourism yang diselenggarakan di banyak destinasi wisata di Tanah Air,” lanjutnya
Menpar Arief Yahya sendiri menambahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki daya pikat masing-masing dan semuanya bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata.
Jika respons surfing ini bagus, secara otomatis, pebisnis akan mengembangkan destinasi Nias Selatan. Nah, rumus 3A, Atraksi, Akses dan Amenitas akan menentukan untuk mengembangkan destinasi di sana.
Atraksi yang istimewa bisa men-drive Akses dan Amenitas di sana. Pemerintah daerah setempat bisa memiliki keramahan serta bisa menjadi gaet yang baik bagi para turis mancanegara yang datang.
“Jadi, ketika para surfer datang, bisa mendapatkan penjelasan yang jelas. Di mana lokasinya, tempat menginap dan lain sebagainya. Kita harapkan ini dapat mendorong ekonomi daerah bisa berkembang,” tandasnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.