Pelestarian Lingkungan – Pemerintah Akan Berikan Insentif ke Produsen Plastik dari Singkong
Untuk mengurangi pencemaran lingkungan maka sudah menjadi keharusan digunakan plastik yang ramah lingkungan.
SALATIGA – Tugas pemerintah mendorong semua inovasi tentang pengelolaan sampah, termasuk pemanfaatan bioplastik di wilayah Jawa Tengah (Jateng) untuk mencegah pencemaran lingkungan. Untuk itu, Jateng berusaha menjadikan wilayah ini sebagai provinsi bioplastik.
“Saya bertekad mendorong Jateng jadi provinsi bioplastik. Kalau misal kami buat kebijakan, tahun depan, 50 persen plastik harus menggunakan bioplastik maka ini akan menjadi gerakan mengurangi sampah plastik. Pada 2–5 tahun kemudian bisa 100 persen,” kata Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, di Taman Kota Salatiga, Jateng, Rabu (17/7).
Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini dipamerkan berbagai produk inovasi dan kreasi lingkungan hidup. Salah satu produk yang menjadi perhatian publik dalam acara itu adalah plastik berbahan dasar singkong.
Ganjar penasaran dengan plastik unik itu. Dia pun langsung mengorek informasi dari perusahaan yang membuat plastik bernama bioplastik tersebut. “Siapa ini yang buat, ayo sini maju ke depan,” tanya Ganjar.
Direktur Sinar Jaya Plastindo, Whelly Sujono, kemudian berlari mendekati Ganjar. Di tangannya sudah menenteng plastik hasil olahan dari perusahaannya. “Ini namanya bioplastik Pak. Ini bahannya dari singkong. Plastik ini ramah lingkungan, hanya dalam waktu seminggu saja, bisa langsung terurai,” jelasnya.
Penebus Dosa
Menurut Whelly, perusahaan yang terletak di Kabupaten Sukoharjo itu telah memproduksi plastik sejak 14 tahun lalu. Dia mengaku selama ini perusahannya menjadi salah satu penyumbang sampah plastik di Indonesia. Nah, produk bioplastik ini dibuat untuk penebus dosa karena telah ikut mengotori bumi Indonesia.
Selama ini, tambah Whelly, produk bioplastik sudah digunakan di sejumlah rumah sakit di Indonesia. Pihaknya juga sedang berjuang untuk memasarkan produknya ke mal, swalayan, dan pusat-pusat perbelanjaan.
Atas penjelasan tersebut, Ganjar mengapresiasi langkah Whelly membuat plastik yang ramah lingkungan. Apalagi, produk itu muncul atas kesadaran perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan. “Ini menarik. Saya bangga ada plastik ramah lingkungan dan diproduksi di Jateng,” kata dia.
Persoalan sampah plastik, menjadi perhatian serius pemerintah. Belum lama ini, Ganjar mengatakan Presiden mengumpulkan seluruh gubernur, bupati/wali kota terkait penanganan persoalan sampah itu.
“Saya senang hari ini, ditampilkan banyak karya dari masyarakat, termasuk dunia usaha, tentang pengelolaan sampah plastik. Ternyata, kita sudah punya bioplastik yang ramah lingkungan, tapi sayang kurang populer,” ujar Ganjar.
Ganjar akan mendorong semua perusahaan plastik membuat bioplastik. Jika mau maka pemerintah akan memberikan insentif. Hari ini sudah ada contohnya. Publik bisa melihat, ada barangnya, bisa digunakan. Kalau ini semua dijalankan maka pemerintah dan masyarakat bisa mengelola lingkungan dengan baik.
Sebelumnya, peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hanif Dawam Abdullah, mengungkapkan pihaknya telah mengembangkan bioplastik sebagai alternatif untuk menggantikan plastik biasa.
“Bioplastik tersebut berbasis pati yang mudah diurai mikroba alami dengan cepat. Berpeluang menjadi solusi limbah plastik saat ini,” kata Hanif.
Bioplastik ini bisa menjadi alternatif pengganti plastik konvensional karena sifatnya yang mudah terurai secara sempurna oleh mikroba yang ada di dalam tanah atau air. “Kalau plastik biasa kan hanya sekali pakai padahal tidak bisa dimakan mikroba sehingga menumpuk jadi limbah. Sedangkan bioplastik berbahan singkong ini diambil dari patinya karena memiliki kemiripan struktur polimer pada bahan plastik biasa, sehingga permasalahan lingkungan bisa teratasi,” ujar Hanif.
SM/N-3