PM Boris Johnson terus berupaya untuk menggolkan kesepakatan Brexit yang baru. Hal itu dilakukan usai ia bertemu dengan PM Irlandia untuk progres Brexit yang pelaksanaannya tinggal beberapa hari lagi.
LONDON – Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pada Minggu (13/10) berunding dengan anggota kabinetnya untuk membahas perkembangan dan strategi untuk menggolkan kesepakatan Brexit (keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa) yang baru.
Langkah itu ditempuh PM Inggris itu setelah para negosiator di Uni Eropa (UE) melangsungkan perundingan tertutup di Brussels, Belgia, dan PM Johnson menjelaskan garis besar dari kesepakatan Brexit terbaru dengan Perdana Menteri Irlandia, Leo Varadkar, pada Kamis (10/10) pekan lalu.
Perundingan mengenai Brexit diintensifkan setelah batas waktu tinggal beberapa hari lagi dan banyak pihak meragukan bahwa kesepakatan Brexit terbaru bisa berhasil.
“Melaksanakan Brexit pada 31 Oktober sangat penting,” kata PM Johnson dalam pernyataannya pada Minggu.
Proposal dari kesepakatan yang baru dan seutuhnya ini rencananya akan diajukan saat pertemuan tingkat tinggi para pemimpin UE di Brussels pada Kamis (17/10) dan Jumat (18/10) mendatang yang membahas pelaksanaan Brexit yang batas waktunya jatuh pada 31 Oktober atau dua pekan lagi.
Masalah kesepakatan Brexit yang baru juga akan dirundingkan antara Kanselir Jerman, Angela Merkel, dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berbarengan waktunya dengan negosiator Brexit dari UE, Michel Barnier, melakukan rembuk dengan dubes UE.
Beberapa detail yang bocor dari kesepakatan Brexit yang baru menerangkan bahwa telah terjadi kompromi mengenai perbatasan Inggris-Irlandia yang akan membiarkan sebagian dari wilayah Irlandia Utara tetap bisa menerapkan aturan kepabean UE. Kompromi masalah perbatasan ini akan diulas tuntas di Brussels dan di parlemen Inggris dan masih perlu persetujuan dan kejelasan dalam beberapa hari mendatang.
Perjuangan PM Johnson terhadap kesepakatan Brexit baru ini dilakukan setelah ia berjanji tak akan menunda untuk ke-3 kalinya pelaksanaan Brexit. Jika janjinya itu dilanggar, maka Johnson akan menghadapi tuntutan dilakukannya kembali pemilu ulang yang diprediksi bisa dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.
Tak Mudah
Saat PM Johnson bertemu dengan PM Varadkar pada Kamis lalu, PM Irlandia itu mengisyaratkan dukungan terhadap diintensifkan perundingan lebih lanjut setelah batas waktu 31 Oktober jika saja bisa terlaksana Brexit dengan kesepakatan.
Inggris bisa menghindari perceraian dengan kekacauan dengan mitra dagang dekatnya jika saja kesepakatan Brexit disetujui oleh parlemen di London. Sebelumnya parlemen Inggris telah menjegal 3 kesepakatan Brexit yang saat itu diperjuangkan oleh mantan PM Theresa May.
Untuk meloloskan kesepakatan Brexit yang baru di parlemen tidak mudah karena PM Johnson memimpin minoritas dan ia harus bisa mendapatkan dukungan dari anggota Partai Konservatif yang saat ini terpecah belah, namun juga sokongan dari partai kecil dari Irlandia Utara, Partai Demokratik Persatuan (DUP).
Karena sulit, sekutu Johnson menyerukan pada anggota legislatif agar memberikan PM Inggris itu kesempatan. Jika hingga akhir pekan ini belum ada tanda-tanda bisa tercapai Brexit dengan kesepakatan, maka PM Johnson harus tunduk atas undang-undang yang telah diloloskan parlemen untuk menunda pelaksanaannya. SB/AFP/I-1