JAKARTA – Presiden Joko Widodo meminta bantuan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Tun Mahathir Mohamad, agar dapat membangun pusat kegiatan belajar masyarakat atau Community Learning Center (CLC) di wilayah Semenanjung Malaysia. Hal itu disebabkan CLC di wilayah tersebut sangat penting bagi perkembangan pendidikan anak-anak Indonesia yang berada di Malaysia.
“Pagi sampai siang Presiden berada di Kuala Lumpur dan telah melakukan pertemuan bilateral dengan PM Malaysia. Beberapa hal yang dibahas antara lain diskusi mengenai Community Learning Center,” ujar Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, di Hotel Ritz Carlton Millenia, Singapura, Jumat (9/8), sebagaimana keterangan Biro Pers.
Menurut Retno, sejauh ini Indonesia telah memiliki beberapa CLC di wilayah Sabah dan Serawak. Namun, untuk wilayah Semenanjung Malaysia, hingga saat ini masih belum ada. “Isu ini sudah mulai dibahas oleh Presiden dan PM Malaysia sejak beberapa waktu yang lalu dan tadi pada saat pertemuan Presiden mengatakan bahwa Perdana Menteri Malaysia memberikan komitmen untuk memperhatikan permintaan Indonesia,” ucap Retno.
Selain itu, lanjut Retno, Presiden Jokowi dan PM Mahathir juga sepakat untuk bersatu dalam menghadapi diskriminasi produk kelapa sawit kedua negara oleh Uni Eropa. “Kedua pemimpin memiliki komitmen yang tinggi untuk meneruskan perlawanan terhadap diskriminasi sawit,” tutur Retno.
Retno menjelaskan, Indonesia dan Malaysia memiliki komitmen tinggi dalam isu pengolahan dan pengelolaan sawit yang berkelanjutan. Bahkan, Indonesia juga telah memiliki sertifikasi sawit dan data-data ilmiah yang dapat dipakai untuk perbandingan.
“Jadi, pendekatan kita adalah pendekatan yang terbuka. Mari kita bekerja sama. Tapi ya sekali lagi, kalau ajakan kerja sama itu tidak dan terus-menerus kita terdiskriminasi ya pastinya Indonesia dan Malaysia tidak akan diam. Kita akan melawan,” tegasnya.
Usai melakukan kunjungan ke Malaysia, Presiden dan Ibu Negara Iriana langsung bertolak ke Singapura memenuhi undangan perayaan hari nasional Singapura dari PM Singapura. fdl/AR-2