Bangkok, Thailand (ANTARA) –
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pentingnya menumbuhkan kepercayaan strategis (strategic trust) untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Laut China Selatan (LCS).
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-22 ASEAN-China di IMPACT Arena, Nonthaburi, Thailand, Minggu.
Menurut Jokowi, saling percaya akan terwujud jika semua pihak mengutamakan dialog dan penyelesaian sengketa secara damai, dan menghormati serta mematuhi hukum internasional termasuk UNCLOS 1982.
Presiden Jokowi juga telah mencermati pengajuan dalam negosiasi tata perilaku (Code of Conduct) antara China dan anggota negara ASEAN, yaitu untuk menyelesaikan negosiasi dalam waktu tiga tahun. Tempo waktu tiga tahun tersebut disepakati saat ASEAN menyelenggarakan konferensi bisnis dan investasi di Singapura, pada November 2018.
“Yang Presiden inginkan adalah agar sentimen positif yang tercipta dalam meja perundingan melalui first reading negosiasi untuk CoC juga tercermin di situasi lapangan yakni di Laut China Selatan,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang mendampingi Presiden Jokowi dalam KTT ASEAN-China di Thailand.
First reading negosiasi CoC telah dilaksanakan oleh China dan negara-negara ASEAN pada Juli lalu, dan akan segera dilanjutkan dengan second reading pada 2020.
CoC yang merupakan penyempurnaan dari Deklarasi tentang Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan (Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea/DOC) diharapkan bisa lebih kuat dan berkualitas—untuk mengatur tata perilaku setiap negara yang berbatasan dengan wilayah perairan tersebut, agar tidak memicu konflik atau sengketa.
Jika negosiasi CoC selesai, kata Menlu Retno, diharapkan konflik atau sengketa yang dipicu aksi saling klaim oleh negara-negara yang berbatasan dengan Laut China Selatan, tidak akan terulang.
Selama proses negosiasi berlangsung, dibutuhkan kepercayaan strategis yang harus terus dibangun dengan mengajak seluruh pihak untuk menahan diri, tidak menggunakan kekuatan militer, serta menciptakan situasi yang kondusif di Laut China Selatan.
Pihak China sendiri menyambut positif upaya untuk melanjutkan negosiasi CoC dengan negara anggota ASEAN, untuk mewujudkan Laut China Selatan yang aman, stabil, dan semakin baik untuk kerja sama ke depan.
“Kami bersedia bekerjasama dengan ASEAN, berdasarkan konsensus yang telah dicapai, untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas jangka panjang di Laut China Selatan, sesuai dengan jadwal yang ditetapkan selama tiga tahun,” kata Perdana Menteri China Li Keqiang yang menghadiri KTT ASEAN-China di Thailand.
Laut China Selatan merupakan wilayah perairan strategis yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Singapura.
China mengklaim hampir seluruh wilayah perairan ini sebagai bagian dari teritorialnya. Namun, hal itu ditentang oleh negara-negara ASEAN.
Aksi saling klaim sempat menimbulkan ketegangan dan berpotensi memicu konflik, demikian dilaporkan Reuters.