Palembang (Antarasumsel.com) – Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Palembang Zulfikri Kadir mulai bergerak sosialisasi untuk maju pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2018 nanti.
Untuk pencalonan kepala daerah, baik itu gubernur, wali kota maupun bupati bagi PDI Perjuangan adalah persoalan harkat, martabat dan harga diri partai bukan persoalan menang dan kalah, kata Zulkifli Kadir saat ditanya mengenai banyak stiker dirinya bertulisan “Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat” di Kota Palembang, Selasa.
Menurut dia, PDI Perjuangan merupakan partai besar, partai kader, partai lama dan pemenang pemilu.
Ia menuturkan, untuk dapat dipilih tentunya harus ada beberapa hal yang dimiliki, popularitas, elektabilitas, kompetensi dan jaringan di luar partai.
Ia merasa tidak rela kalau partai ini dimanfaatkan orang yang hanya ingin maju dan menjadikan perahu belaka.
Menurutnya, ada tiga kader di partai itu yang pertama kader biologis atau yang trah, itu keluarga Bung Karno, kemudian kader ideologis partai dan ketiga kader kos-kosan.
Dirinya tidak ingin ini terjadi, jangan sampai partai dimanfaatkan orang untuk kepentingan sesaat saja.
“Oleh karena itu, ia baru bergerak, sebelumnya saya tidur. Saya maju juga karena keinginan dan dorongan teman-teman saat diskusi informal dan itu bukan tidak ada alasan, dimana dirinya 10 tahun menjadi pengurus cabang DPC PDI Perjuangan kemudian kader senior dan anggota DPRD Sumsel.
“Saya menjadi ketua partai bukan ingin ini, tetapi mau membesarkan partai. Kemudian dorongan seperti kata saya tadi membuat saya harus bergerak dan partai juga sudah mempersilahkan semua kadernya bergerak bersosialisasi,” ujarnya.
PDI Perjuangan memiliki sembilan kursi di DPRD Kota Palembang, sementara untuk mencalonkan butuh 10 kursi. Jadi, hanya butuh satu kursi lagi partai tersebut dalam mencalonkan.
Dengan 50 kursi DPRD Kota Palembang sekarang ini berarti maksimal bisa lima pasangan calon nantinya.
Sementara terkait dengan tagline yang diusung, ia menyatakan, bukan tanpa makna tapi kata-kata ini diambil dari perkataan Megawati.
Makna tertawa dan menangis adalah akrab, tidak ada yang mau menangis dan tertawa bersama bila tidak akrab.
“Ini bermakna saya ingin dekat dengan masyarakat,” katanya.
Editor: M. Suparni
COPYRIGHT © ANTARA 2017