Demonstrasi Lancar, setelah Bubar justru Ricuh
Unjuk rasa untuk mengawal fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berakhir melegakan. Mediasi di kantor Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), petang kemarin (4/11), menghasilkan keputusan untuk mempercepat proses hukum terhadap Ahok. Disepakati kasus dugaan penistaan agama itu dituntaskan polisi dalam dua pekan ke depan.
Mediasi yang dipimpin JK itu turut dihadiri sejumlah menteri. Di antaranya, Menkopolhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sektetaris Kabinet Pramono Anung, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Mereka muncul dengan golfcar dari depan Istana Merdeka.
Sedangkan perwakilan pendemo ada tiga orang. Yakni, Ketua Majelis Syura FPI KH Syeikh Misbahul Anam At-Tijani, Ketua Umum Wahdah Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin, dan Pimpinan Ar Rahman Quranic Learning (AQL) Center Bachtiar Nasir. Mediasi yang dimulai pukul 17.30 itu berakhir sekitar pukul 18.10.
Usai mediasi, JK menyatakan proses hukum Ahok diupayakan selesai dalam waktu cepat. “Kapolri dijanjikan selesai dalam dua minggu pelaksanaan hukum yang cepat itu,” ungkapnya. Tapi, proses hukum yang cepat itu tetap harus sesuai aturan berlaku. Dijanjikan pula akan diusut dengan tegas.
Nasir menuturkan, yang menjadi salah satu tuntutan para pendemo adalah penuntasan proses hukum yang cepat dan tegas. Jaminan itu sudah disampaikan dan dipenuhi dalam mediasi. Tapi, itu bukan berarti tidak ada aksi lagi setelah dua pekan ke depan. “Nah itu (aksi lagi, red) saya belum bisa bicara sekarang,” ujarnya.
Wiranto berharap setelah permintaan demonstran dipenuhi, diharapkan pendemo bisa membubarkan diri. Wiranto mengingatkan para pengunjuk rasa tidak boleh bertahan. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meminta seluruh demonstran membubarkan diri usai pukul 18.00.
Mediasi merupakan jalan tengah, setelah perwakilan massa tidak ditemui Presiden Joko Widodo. Presiden kemarin mengunjungi proyek kereta api bandara di kompleks Bandara Soekarno-Hatta. Awalnya, sekitar pukul 15.30, Bachtiar Nasir, perwakilan pendemo, masuk ke halaman selatan Setneg yang bersebelahan dengan Istana Merdeka.
Di situ sudah ada Menkopolhukam Wiranto, Menag Lukman Hakim Saifuddin dan sejumlah menteri lain. Dia menanyakan apakah perwakilan pendemo bisa menemui Presiden.
Dijawab Wiranto, Presiden sedang tidak berada di tempat karena tugas. “Kami diperintahkan mewakili secara resmi,” ujar Wiranto. Bachtiar pun kembali ke barisan. Hasilnya, para pendemo menolak untuk ditemui menteri. Mereka inginnya ditemui oleh Presiden.
Akhirnya, pukul 17.20, perwakilan pendemo dipersilakan masuk ke dalam area Istana menggunakan boogie car. Mereka tidak menuju Istana Kepresidenan, melainkan menyeberang ke Kantor Wapres di sisi timur Istana. JK menjadi jalan tengah bagi keinginan pendemo bertemu pucuk pimpinan pemerintah.
Istana dijaga ketat paspampres. Seluruh area tidak lepas dari penjagaan. Termasuk, pintu masuk setneg yang berjarak sekitar 400 meter dari akses masuk ke kompleks istana.
Sebelumnya, suasana mencekam menyeruak di layar-layar kaca televisi, karena tumpahnya belasan ribu massa menyerukan tuntutan penistaan. Media sosial dibanjiri beragam foto kerumunan massa yang membuat merinding sekaligus bertanya-tanya, apakah ibu kota aman?
Namun siapa yang menyangka, di tengah jalan-jalan utama jantung ibu kota yang sudah dipenuhi lautan manusia, terselip seorang menteri. Sang menteri mengenakan baju putih. Membaur bersama masyarakat yang tengah mencari mufakat.
Sesaat sebelum keluar dari kantornya di Medan Merdeka Barat, orang nomor satu di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan ini mengucapkan salam pada para demonstran.
Menko Polhukam Wiranto kemudian melanjutkan perjalanannya berjalan kaki, menyeberang jembatan penyeberangan, dan melanjutkan rute hingga pintu Monas.
Bukan hanya Menko Polhukam, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim juga terjun ke lapangan untuk bertemu langsung para demonstran. Aksi berlangsung relatif lancar hingga usai pukul 18.00. ketegangan justru terjadi setelah jam tersebut. Saat massa bubar, sebagian memutuskan tetap bertahan. Aparat pun membubarkan massa, sehingga pecah bentrokan. Aparat menembakkan gas air mata ke arah sejumlah demonstran.
Wiranto yang kecewa bergegas kembali ke arah massa untuk menenangkan. Karena sejumlah massa mengenal dia, maka mereka segera ditenangkan. Aparat pun berhenti menembakkan gas air mata. “Itu seharusnya tidak terjadi (semprot gas air mata) kalau santun, ikut aturan, jam enam bubar. Ternyata nggak bubar, malah menyerang petugas,” keluh Wiranto.
Semakin larut, suasana demo berubah menjadi bergejolak. Pihak kepolisian melepaskan gas air mata untuk meredam. Akibatnya, banyak pendemo dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Jakarta.
Salah satunya Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Kepala IGD RSPAD A Hamid Rhocanan menuturkan, hingga pukul 22.00 kurang lebih ada 29 orang korban yang dilarikan di sana. Termasuk salah satunya, seorang petugas kepolisian.
Hamid mengungkapkan, belum ada inventarisir untuk detail setiap pasien. Namun, sejauh ini didominasi patah tulang, terkena gas air mata dan luka-luka. Tidak ada korban tembak. “Korban sebagian besar patah tulang. Jatuh setelah manjat. Ada juga yang kena gas air mata,” tuturnya.
Demo di Padang
Di Padang, puluhan pendemo dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Padang mendatangi DPRD Sumbar, kemarin (4/11). Ada empat pokok pernyataan mahasiswa. Pertama, meminta Presiden Jokowi tegas, adil dan bijaksana dengan tidak melindungi Ahok atas kasus penistaan agama.
Lalu, meminta Polri melakukan proses penindakan hukum. Selanjutnya, meminta pejabat publik menjadikan kasus ini pembelajaran. Terakhir, meminta masyarakat tetap tenang. (*)
LOGIN untuk mengomentari.