Indonesia mulai memegang keketuaan Group of Twenty (G20) melalui serah terima keketuaan G20 dari Italia kepada Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia, tanggal 31 Oktober 2021. Periode Keketuaan G20 Indonesia berlangsung selama satu tahun, mulai dari 1 Desember 2021 sampai dengan 30 November 2022. Indonesia menjadi negara berkembang pertama yang dipercaya untuk menjadi ketua pertemuan-pertemuan di forum G20.
Keketuaan Indonesia pada forum G20 mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger” yang sesuai dengan konteks permasalahan dunia menghadapi pandemi COVID-19 dan adanya rivalitas kekuatan besar yang mengancam pemulihan pascapandemi. Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu dan saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan. Sebagai Ketua G20, Indonesia menegaskan perlunya mengedepankan multilateralisme, partnership, dan inklusivitas. Keketuaan Indonesia menargetkan ekonomi dunia yang lebih terbuka, adil, dan saling menguntungkan. Untuk tujuan tersebut, Keketuaan Indonesia mengusung tiga agenda prioritas: (i) Arsitektur Kesehatan Global; (ii) Transisi Energi Berkelanjutan; dan (iii) Transformasi Ekonomi Berbasis Digital.
Keketuaan Indonesia pada forum G20 dihadapkan pada setidaknya beberapa tantangan sebagai berikut: i) perlunya kerja keras untuk membangun common interest dan network independence di antara anggota G20; ii) adanya peningkatan beban utang publik selama masa pandemi COVID-19, yang berakibat pada sulitnya mobilitas capital power untuk program-program yang dicanangkan; dan iii) adanya tantangan geopolitik, khususnya konflik Rusia-Ukraina dan persaingan Amerika Serikat (AS)-Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Tulisan ini akan menggambarkan tentang penyelenggaraan KTT G20 secara umum, keberhasilan Keketuaan Indonesia pada forum G20, dan langkah selanjutnya yang perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Penyelenggaraan KTT G20 secara Umum
Keketuaan Indonesia pada forum G20 telah berhasil melaksanakan 438 kegiatan di 25 kota di Indonesia, yang terdiri dari pertemuan Engagement Group, pertemuan Working Group, pertemuan tingkat deputi/sherpa, pertemuan tingkat menteri, hingga KTT. KTT G20, yang merupakan rangkaian pertemuan puncak kepala negara/pemerintahan anggota G20, telah terselenggara di Hotel Apurva Kempinski, Bali, pada 15-16 November 2022.
Di tengah-tengah menjalankan peran keketuaan G20, Indonesia harus mempersiapkan diri untuk merespons perhatian dunia yang tertuju kepada Indonesia ketika Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Konflik Rusia-Ukraina, pada perkembangannya, telah menimbulkan krisis pangan dan energi global. Oleh karena itu, Indonesia memutuskan untuk melakukan penyesuaian terhadap agenda prioritas guna membahas masalah tersebut.
Pada penyelenggaraannya, KTT G20 terbagi dalam tiga sesi utama, yaitu: Ketahanan Pangan dan Energi; Kesehatan; dan Transformasi Digital. Pada tiap sesi tersebut, Presiden RI telah menekankan beberapa hal penting, antara lain: seruan untuk mengakhiri perang yang memperburuk keadaan krisis pangan, energi, dan keuangan; komitmen 50 juta Dolar AS dari Indonesia untuk Dana Pandemi (Pandemic Fund); mendorong transformasi digital untuk percepatan pemulihan global; dan pentingnya kesetaraan akses digital, literasi digital, penguatan kapasitas digital bagi negara berkembang, dan lingkungan digital yang aman.
KTT G20 dihadiri secara fisik oleh 17 kepala negara/pemerintahan anggota G20, yakni Afrika Selatan, AS, Arab Saudi, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Prancis, RRT, Turki, dan Uni Eropa; 7 kepala negara undangan, yakni Belanda, Suriname, Singapura, Persatuan Emirat Arab, Rwanda, Senegal, dan Spanyol; serta 10 pimpinan organisasi internasional, yakni Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Asian Development Bank (ADB), International Labour Organization (ILO), Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), World Bank, World Health Organization (WHO), International Monetary Fund (IMF), World Trade Organization (WTO), Financial Stability Board (FSB), dan Islamic Development Bank (IsDB). Sementara itu, Presiden Ukraina hadir secara virtual.
Di akhir hari kedua KTT, Presiden RI secara simbolik telah menyerahkan palu kepemimpinan G20 kepada Perdana Menteri India, Narendra Modi. Keketuaan India pada forum G20 akan dimulai pada tanggal 1 Desember 2022 dan berakhir pada tanggal 30 November 2023.
Keberhasilan Keketuaan Indonesia pada Forum G20
Keberhasilan yang telah dicapai Indonesia pada KTT G20 tahun 2022, antara lain:
1. Disepakatinya “G20 Bali Leaders’ Declaration” yang terdiri dari 52 paragraf dan menegaskan beberapa komitmen strategis, di antaranya: terbentuknya Dana Pandemi/Pandemic Fund, Resilience and Sustainability Trust (RST), dan komitmen dalam penanganan krisis iklim.
2. Beberapa komitmen investasi yang juga dihasilkan melalui G20 Bali Leaders’ Declaration, antara lain:
– Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) sebesar 600 miliar Dolar AS dari Pemerintah AS, dan Just Energy Transition Partnership (JETP) sebesar 20 miliar Dolar AS dari Group of Seven (G7).
– Komitmen investasi dari Jepang, Inggris, dan Korea Selatan untuk pengembangan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta; dan kerja sama dengan Turki untuk pembangunan jalan tol Trans-Sumatera.
– Kerja sama dengan Arab Saudi dalam 1) pengadaan proyek penyediaan hidrogen dan amonia; dan 2) penyediaan pembangkit tenaga listrik, uap dan air pada proyek Grass Root Revinery and Petrochemical (GRR&P) di Tuban, Jawa Timur.
– Kerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) untuk membantu percepatan penghentian PLTU Cirebon-1 yang berkapasitas 660 megawatt.
3. Disahkannya Annex G20 Action for Strong and Inclusive Recovery, yang berisi daftar concrete deliverables berupa 226 proyek/program/inisiatif yang bersifat multilateral dan 140 proyek yang bersifat bilateral dengan nilai total 71,49 miliar Dolar AS. Daftar proyek kerja sama konkret di atas merupakan kejadian pertama kali di dalam penyelenggaraan G20.
Di samping capaian-capaian pada KTT tersebut, terdapat juga beberapa concrete deliverables lain yang telah dihasilkan selama Keketuaan Indonesia pada forum G20:
1. Terbentuknya Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform di Indonesia; Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions (Bali COMPACT); dan Asia Initiative Bali Declaration.
2. Program restrukturisasi utang negara miskin dan berkembang melalui Common Framework for Debt Treatment; peningkatan kapasitas pendanaan Multilateral Development Banks (MDBs); dan penguatan ketahanan keuangan dan Global Financial Safety Net (GFN).
Para pemimpin dunia dalam berbagai kesempatan dan platform juga telah menyampaikan apresiasi atas keberhasilan Indonesia sebagai Ketua G20 di tengah tantangan geopolitik dan krisis global akibat pandemi. Pujian dan apresiasi juga secara khusus disampaikan, baik secara langsung maupun melalui surat, oleh para tamu negara atas penyelenggaraan KTT G20 dan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Untuk kepentingan dalam negeri, Keketuaan Indonesia pada forum G20 telah memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Penyelenggaraan KTT telah berkontribusi sekitar 533 juta Dolar AS atau sekitar Rp7,4 triliun bagi Produk Domestik Bruto (PDB), termasuk peningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun, dan menyerap tenaga kerja sebesar 33 ribu orang.
Langkah Selanjutnya
Pemerintah Indonesia tentunya tidak boleh berpuas diri dan berhenti berupaya karena telah dinilai berhasil dalam menjalankan peran keketuaan G20 tahun 2022. Perlu langkah selanjutnya, sebagaimana menjadi arahan Presiden RI dalam Rapat Terbatas tanggal 28 November 2022, yaitu Pemerintah RI harus terus mengawal dan memastikan keberlanjutan dan implementasi berbagai komitmen dan concrete deliverables yang telah dihasilkan selama Keketuaan G20 Indonesia. Di tingkat nasional, perlu dilakukan koordinasi dan sinergi seluruh kementerian/lembaga terkait di bawah koordinasi Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengingat concrete deliverables yang bersifat lintas sektor. Koordinasi tersebut dapat diwujudkan dengan membentuk Tim Nasional Tindak Lanjut KTT G20 sebagaimana telah diusulkan oleh Menko Perekonomian. Di tingkat internasional, pemerintah Indonesia juga perlu memastikan concrete deliverables tersebut dapat juga ditindaklanjuti pada Keketuaan G20 India dan keketuaan-keketuaan G20 selanjutnya.
(Tim Asisten Deputi Bidang Hubungan Internasional, Kedeputian Polhukam, Sekretariat Kabinet)