Jakarta – Video istimewa kelas dunia membuka Forum Tematik Bakohumas di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata, Rabu (10/5). Selama 3 menit 36 detik, seluruh audience yang terdiri dari Humas Kementerian dan Lembaga Negara dibuat terpukau. Semua dibuat terbengong-bengong saat menyaksikan keindahan alam dan budaya yang menarik, serta keramah tamahan penduduk Indonesia. “Ini video istimewa. Video ini juara di International Tourism Film Festival 2017 di Bulgaria. Mengalahkan 91 video lain dari 18 negara,” tutur Menpar Arief Yahya, di Balairung Soesilo Soedarman, Rabu (10/5).
Lantas apa yang dibidik menteri asal Banyuwangi di Forum Tematik Bakohumas? Mengapa juga harus repot-repot memutar video berjudul “Wander Your Way to Wonderful Indonesia” dengan background vokal Louis Amstrong di depan Forum Bakohumas? Rupanya, sang menteri ingin menanamkan mental juara. Ingin mendorong seluruh lini untuk menjadi bangsa pemenang. Dan semua itu, sangat mungkin bisa dicapai dengan semangat Indonesia Incorporated. Semua lini kerja keroyokan membangun pariwisata.
Tanpa basa-basi, Arief Yahya mengupas habis dari hal yang paling fundamental, yakni portofolio bisnis. Di hadapan corong sumber informasi goverment ke publik itu, Arief Yahya memaparkan mengapa seluruh lini, termasuk Bakohumas harus ikut bergotong royong membangun pariwisata! “Pertama, trend pariwisata terus meningkat dalam 5 tahun terakhir, dan melejit dalam dua tahun terkhir ini. Datanya bisa dilihat,” jelas Arief.
Tahun 2015, kata Arief Yahya, Travel & Tourism secara langsung menyumbangkan USD 2,4Triliun pada PDB. Nilai itu dua kali lipat dibandingkan industry otomotif dan hampir 50% lebih besar dari industry kimia global. “Kontribusi total pariwisata dunia terhadap PDB Dunia selalu meningkat setiap tahun. Tahun 2015 naik 4,3%, 2016 naik 4,7%, dan selama 10 tahun ke depan akan naik 4,5%,” ungkapnya.
Coba bandingkan dengan devisa dari Minyak dan Gas (oil and gas): Tahun 2013 sebesar USD 33M, tahun 2014 turun USD 30M, dan di 2015 tinggal USD 18,9M. Bandingkan juga dengan batubara (coal): Tahun 2013 masih USD 25M, tahun 2014 menjadi USD 21M, dan tahun 2015 tinggal USD 16M. Begitu pun CPO atau minyak kelapa sawit, tahun 2013 masih USD 16M, tahun 2014 sempat naik USD 17M, tahun 2015 turun jadi USD 15M. “Kalau trend turunnya konstan, dan pariwisata naik konstan, sudah bisa ditebak, 2019 nanti angka PDB pariwisata sudah bisa ketemu dengan minyak bumi dan gas,” bebernya.
Alasan lain, Arief Yahya mengajak flash back di revolusi industri. Menyimak kembali pikiran-pikiran Alvin Toffler. Dia membagi revolusi ke dalam 3 fase gelombang. Yakni agriculture, manufacture, teknologi informasi, saat ini ada sudah masuk ke era cultural industry. “Pariwisata ada di gelombang ke empat, yakni cultural industry atau creative industry,” ungkap Marketeers of The Year 2013 versi MarkPlus itu.
Yang tak kalah pentingnya, Presiden Jokowi sudah menetapkan pariwisata sebagai DNA bangsa ini. Hanya sektor inilah yang yang membuat Indonesia juara dunia. “Agriculture sulit mengejar reputasi menjadi juara dunia. Manufacture, juga sulit melawan dominasi China. Teknologi Informasi, kita juga tertinggal dari Amerika, Jepang, Korea. Hanya pariwisata yang bisa membuat kita juara dunia!” ujar Arief Yahya, Menpar RI.
Dan dia tak asal bicara. Sepanjang 2016, Wonderful Indonesia sudah menyambar 46 award kelas dunia dari 22 negara. Kemenangan itu menurut pandangan Mantan Dirut PT Telkom ini, adalah saat yang paling tepat untuk mengukur 3C. Calibration, Confidence, dan Credibility! “Juara itu pasti akan semakin dekat dengan kriteria ideal yang dipatok sesuai standar dunia. Gambar ideal inilah yang dimaksud dengan calibration, standar global yang dijadikan bentuk ideal. Bukan terbaik menurut siapa, tapi terbaik menurut standar dunia,” kata pria lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris dan Program Doktoral Unpad Bandung itu.
Hasilnya? Country branding Wonderful Indonesia yang semula tidak masuk ranking branding di dunia, melesat lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47, mengalahkan Truly Asia Malaysia (ranking 96) dan Amazing Thailand (ranking 83). Indeks daya saing Indonesia juga naik dari 50 ke 42 dunia. Namun, itu dinilai belum cukup. Ada 14 pilar yang harus terus dibenahi untuk menaikkan peringkat dunia Wonderful Indonesia.
Ke-14 pilar yang kita harus bersaing di dunia itu antara lain, business environment, safety and security, health and hygiene, human resources and labour market, prioritization of travel and tourism, international openness, price competitiveness, ICT readiness, environmental sustainability, air transportation infrastructure, ground and port infrastructure, tourist service infrastructure.
Natural resources dan cultural resources and business travel. “Rata-rata domainnya ada di luar Kemenpar. Jadi kami perlu bantuan seluruh lini, termasuk Bakohumas untuk memperbaiki itu semua. Hanya dengan memperbaiki 14 pilar itulah Indonesia bisa bersaing,” ucapnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.