Kementerian Perindustrian berharap tingkat suku bunga kredit bisa diturunkan demi memperkuat pertumbuhan industri dan iklim investasi. Dengan tingkat suku bunga rendah, kalangan industri bisa mendapatkan pinjaman yang lebih murah. Staf Khusus Menteri Perindustrian Benny Soetrisno mengatakan, penurunan suku bunga seharusnya bisa dilakukan karena tingkat inflasi sepanjang 2017 dianggap stabil.
Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi tahun kalender (year-to-date) Januari hingga April 2017 sebesar 1,28 persen. Angka ini memang lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 0,16 persen. “Dengan tingkat suku bunga rendah, kalangan industri akan mendapatkan pinjaman yang lebih murah, sehingga mampu meningkatkan daya saing di tingkat internasional,” ujar Benny melalui siaran pers dikutip Senin (8/5), dilansir dari CNN Indonesia.
Ia pun membandingkan tingkat suku bunga kredit di China dan Singapura yang bisa mencapai 4 hingga 5 persen. Sementara di Indonesia, rata-rata suku bunga berada di angka 9 hingga 11 persen. “Bahkan, negara lain bisa sampai 3 persen tingkat suku bunga kreditnya,” paparnya. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman juga mengatakan hal yang sama.
Suku Bunga Tinggi
Menurutnya, suku bunga kredit yang terlampau tinggi sangat memberatkan industri skala menengah ke bawah. “Ke depan, perbankan Indonesia bisa semakin efisien dalam mengelola biaya operasional. Artinya, pelaku industri meminta suku bunga kredit bisa turun dan jaraknya dengan suku bunga deposito tidak terlalu jauh,” terang dia.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menuturkan, suku bunga perbankan yang tak kunjung turun akan menahan pelaku usaha untuk melakukan ekspansi. Di sisi lain, penurunan suku bunga diperlukan untuk mendongkrak daya beli masyarakat.
Menurut data BPS, saat ini konsumsi rumah tangga menyumbang 56,94 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang kuartal I 2017. Angka ini lebih kecil dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 57,7 persen. “Yang penting adalah mendorong peningkatan pasar atau konsumsi rumah tangga di berbagai sektor,” imbuh Hariyadi.
Di sisi lain, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menambahkan, penurunan suku bunga saja tidak cukup mendongkrak pertumbuhan industri nasional. Diperlukan langkah lain, seperti stabilitas harga dan pasokan bahan baku industri. Meski demikian, ia tetap semringah pertumbuhan industri dalam negeri membaik pada kuartal I tahun ini. Menurut data BPS, pertumbuhan industri mencapai 4,71 sepanjang tiga bulan pertama tahun ini atau lebih baik dibanding tahun sebelumnya 4,51 persen.
LOGIN untuk mengomentari.