in

Kementan Bersama BUMN Persiapkan Cetak Sawah 600.000 Hektare

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mempersiapkan kerja sama pembukaan lahan pertanian atau cetak sawah seluas 600.000 hektare yang akan digarap ber­sama Badan Usaha Milik Nega­ra (BUMN).

Menteri Pertanian (Men­tan), Syahrul Yasin Limpo, me­nyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo telah meminta agar BUMN dapat mengoptimalisasi lahan menjadi sawah sebagai antisipasi terjadinya kekeringan dan ancaman kelangkaan pa­ngan, seperti yang diperingat­kan Organisasi Pangan dan Per­tanian (FAO).

“Kurang lebih ada 600 hek­tare lahan yang disiapkan, ter­diri atas 400.000 hektare lahan gambut dan 200.000 hektare lahan kering,” kata Mentan se­perti dikutip kantor berita An­tara di Jakarta, Jumat (8/5).

Sebelumnya, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/ BPN) sedang menyiapkan la­han baku sawah untuk keta­hanan pangan nasional. Lahan itu berasal dari Hak Guna Usaha (HGU) yang habis, tanah tidak termanfaatkan, dan sebagian pelepasan izin tahun 2018-2019.

Berdasarkan data yang dimi­liki Kementerian ATR/BPN per 4 Mei 2020, terdapat beberapa potensi lahan untuk pemanfa­atan lahan tanaman pangan. Seperti lahan tanah terlantar yang menunggu ditetapkan sebagai Tanah Cadangan un­tuk Negara (TCUN) seluas 25.298,17 hektar dan potensi lahan tanah pelepasan seba­gian sejumlah 14.825,46 hektar. Selain itu, ada juga dari hasil pemantauan HGU habis, tanah tidak termanfaatkan, dan pele­pasan sebagian yang merupa­kan data dari tahun 2018-2019.

Menurut Mentan, per­mintaan Presiden Jokowi un­tuk melibatkan BUMN dalam pembukaan lahan sawah baru, yakni karena banyak lahan mi­lik BUMN yang belum diman­faatkan. Salah satu BUMN yang akan dimanfaatkan lahannya untuk ditanami tanaman pa­ngan yakni milik PT Perke­bunan Nusantara (PTPN). “Kita akan gunakan lahan-lahan itu bersama BUMN agar lahan yang belum ditanami, misalnya PTPN bisa diintervensi dengan (penanaman) jagung, padi, dan sebagainya,” kata Syahrul.

Mentan Syahrul menam­bahkan agar ekstensifikasi la­han sawah ini dapat direali­sasikan segera untuk mengejar musim tanam kedua setelah panen raya pada April hingga Juni mendatang.

Stok Beras Bertambah

Syahrul menargetkan pe­nambahan beras sebanyak 900.000 ton untuk menjamin ketersediaan pangan hingga 2021 melalui program cetak sawah baru di lahan marjinal atau optimalisasi lahan gam­but menjadi sawah.

Mentan menjelaskan se­tidaknya stok beras nasional harus mencapai minimal 3 juta ton, untuk memenuhi ke­butuhan pangan hingga tiga bulan pertama tahun 2021.

Pada musim tanam kedua atau musim gadu, Syahrul memperkirakan lahan eksist­ing yang ada hanya bisa dita­nami seluas 5,6 juta hektare, dengan produksi 5 ton hingga 6 ton per hektare.

“Kita butuh tambahan setara beras di atas 1 juta ton agar be­nar-benar aman. Hitung-hitun­gan kita, neraca akhir Desember masuk ke Januari hanya tersisa 1,8 juta ton beras,” kata Syahrul.

Syahrul menjelaskan de­ngan optimalisasi lahan marji­nal atau program cetak sawah seluas 600.000 hektare yang rencananya akan digarap ber­sama BUMN, setidaknya men­dapatkan produksi 1,8 juta ton gabah kering giling (GKG), atau dengan rendemen 50 persen, menghasilkan setara 900.000 ton beras.

Dalam rapat sebelumnya, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Sarwo Edhy, menyebutkan bahwa program pembukaan lahan atau cetak sawah baru di Kali­mantan Tengah yang men­jadi permintaan Presiden Joko Widodo, akan difasilitasi dan didanai oleh BUMN. ers/AR-2

What do you think?

Written by Julliana Elora

Doa Memindah Ibukota Negara

Mobil yang Angkut 30 Kg, Ganja Ternyata Dirental