Jakarta (ANTARA News) – Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian tengah mengkaji berbagai isolat lokal dari produsen vaksin sebagai bahan dasar vaksin terbaik untuk mengatasi penyakit unggas, seperti flu burung, yang akan diproduksi secara masal.
“Kita mengumpulkan isolat dari para produsen vakin nanti akan kami seleksi mana yang terbaik yang dipakai sebagai bahan vaksin nasional. Harus yang terbaik, karena percuma produksi masal nasional tapi dari bibit yang tidak bagus,” kata Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fajar Sumping usai menghadiri diskusi di Jakarta, Selasa (18/7).
Fajar mengatakan produksi vaksin terbaik untuk flu burung tersebut direncanakan pada September 2017.
Di sisi lain, ia menanggapi penurunan tingkat produksi ternak ayam petelur sejak beberapa bulan terakhir karena terserang virus flu burung dengan jenis H9N2 tersebut. Namun, Dinas Peternakan di sejumlah daerah belum mampu menyediakan vaksin yang mampu mencegah penyebarannya.
Ada pun virus flu burung atau avian influenza (AI) dengan jenis H9N2 dapat mengancam populasi ternak ayam petelur. Virus ini tidak memiliki risiko kematian yang tinggi, namun berpengaruh pada turunnya produksi ternak.
Sebagai langkah antisipasi penyebaran, Fajar mengimbau agar peternak tetap menjalankan semua program vaksin yang ada, seperti vaksin flu burung H5N1, melakukan tindakan “bio security” (pembersihan), disinvektan (penyemprotan), pemberian vitamin untuk kekebalan tubuh hewan ternak serta mencukupi nutrisi pakan.
“Ditambah lagi kalau ada menggunakan imuno stimulan, yaitu obat-obat yang bisa merangsang pembentukan antibodi. Jadi daya tahan tubuh meningkat, diharapkan bisa mengurangi risiko terkena virus,” kata dia.
Fajar menjelaskan jika ternak sudah terserang virus H9N2, akan sulit untuk meningkatkan produksinya. Jika virus menyerang saat pertumbuhan, daya tahan tubug masih bisa ditingkatkan lagi sehingga pada masa produksi tidak terlalu turun.
Sementara itu jika terserang virus saat masa puncak produksi, ternak tersebut akan sulit meningkatkan produksinya.
Ia menegaskan bahwa virus ini tidak menyerang manusia dan hanya berpengaruh pada tingkat produksi ternak ayam petelur.
“H9N2 bahayanya berpengaruh ke produksi, tidak menyerang ke manusia, hanya memang H9N2 mempunyai gen sebagai pemicu perubahan pada virus yang lain,” ungkapnya.
(T.M053/B012)
(Baca: Khawatir flu burung, Afrika Selatan larang impor unggas dari Zimbabwe)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2017