Meski rela jauh dari keluarga, tidak menghalanginya untuk tetap berkomitmen terhadap pekerjaan yang dilakoni, bahkan dengan berbagai tantangan yang dilalui. Ia masih bisa sukses, baik sebagai pegawai BPJS Kesehatan maupun sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya…
Neri Eka Putri, saat ini menempati posisi sebagai Kepala BPJS Kesehatan Cabang Solok. Sebuah hal yang tidak sedikit pun Ia bayangkan ketika saat masa sekolah dulu. Neri muda malah mengimpikan untuk menjadi dokter.
Selepas tamat SMA, Ia bahkan mencoba mendaftar di fakultas kedokteran, tapi hal itu tidak terwujud lantaran gagal dalam tes masuk perguruan tinggi negeri. Ia akhirnya lulus di jurusan Farmasi Unand.
“Tahun berikutnya, saya coba lagi tes masuk kedokteran, tapi gagal lagi, dan itu benar-benar membuat saya down, saya kemudian meminta nasehat orangtua, kata beliau cobalah fokus dan berikan yang terbaik pada apa yang ditempuh saat ini,” ujarnya saat berbincang dengan Padang Ekspres, Kamis (2/3/2023).
Kata-kata dari orangtuanya itu benar-benar melekat pada Neri. Ia pun membuang angan-angan untuk menjadi dokter, dan mencoba fokus pada kuliahnya, dan mendapatkan gelar sarjana setelah menjalani studi selama empat tahun dua bulan.
Setelah itu, Ia melanjutkan pendidikan Apoteker di Universitas Indonesia, menyelesaikannya dalam 1 tahun. Kemudian, Ia mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan farmasi di Jakarta. Namun, itu tak bertahan lama, sebab Ia tidak mencintai bekerja di kota besar itu.
“Saya ternyata tidak mencintai bekerja di perusahaan besar, karena tingkat stresnya begitu tinggi, dan saya memutuskan untuk pulang ke Padang,” ujar wanita kelahiran 11 April 1980 tersebut.
Saat pulang ke Padang, tentu Ia harus mengambil risiko kehilangan pekerjaan dan harus memulai untuk mencari pekerjaan lagi. Tahun 2005, Ia mendaftar di BPJS Kesehatan (saat itu masih bernama PT ASKES), dan juga melamar di salah satu bank.
Neri berhasil lulus baik di Askes maupun bank. Atas saran orangtuanya, Ia menambatkan pilihan untuk bekerja di Askes, terlebih itu juga selaras dengan latar belakang pendidikannya.
“Apapun yang saya hadapi, saya selalu meminta saran dan mendengarkan apa yang dikatakan orangtua saya, saya sangat percaya nasehat-nasehat yang diberikan orangtua, dan itu selalu menjadi pegangan saya,” jelasnya mengisahkan.
Lalu, Ia memulainya dengan magang di Askes Cabang Padang, dan kemudian diangkat menjadi pegawai tetap pada Januari 2006 sebagai staf verifikator di Askes Cabang Bukittinggi.
Saat menjalani profesi tersebut, Ia ingat benar kata-kata orangtuanya, agar selalu memberikan yang terbaik terhadap apa yang sedang dijalani. Karena selalu memberikan 100 persen terhadap pekerjaan, Neri pun langsung naik jabatan menjadi kepala seksi setelah hanya 1 tahun saja menjadi staf.
Jauh dari Keluarga
Satu tahun menjadi staf, Ia promosi menjadi Kasi pada tahun 2007 dan ditempatkan di Cabang Solok. Diceritakannya, tahun 2007 itu menjadi tahun dengan rezeki yang bertubi-tubi, Ia menikah, hamil, dan promosi jabatan di saat yang sama.
“Suami saya di Padang, dan saya di Solok, saat itu saya harus terus bolak-balik Padang Solok setiap harinya,” kenangnya.
Kemudian tahun 2011 Ia pindah ke Cabang Padang, namun suami bekerja di Kota Bukittinggi. LDR tidak mengurangi semangat suami istri tersebut untuk bertemu “homebase” di Kota Padang.
Kemudian Tahun 2015, Ia pindah ke Kantor Cabang Utama Pekanbaru dan bolak balik sekali seminggu Pekanbaru-Padang. Nah, titik itu merupakan salah satu titik jenuhnya, sebab Ia baru saja melahirkan anak ketiganya, sementara harus pindah ke tempat yang lebih jauh dari keluarga.
“Sempat kepikiran untuk resign, karena anak-anak masih kecil, beruntung suami saya memberikan pengertian, dan memberikan support penuh,” tambahnya.
Beberapa tahun di Pekanbaru, tahun 2017 Ia pindah lagi ke Kantor Cabang Padang, namun hanya bertahan 3 bulan saja, saat itu ada restrukturisasi di BPJS Kesehatan, dan jobdesk yang Ia pegang itu dihapuskan. Artinya harus pindah ke bagian lain dan memulai lagi dari awal.
“Saat itu saya sempat drop, karena harus pindah lagi, seperti biasa, saat drop saya selalu meminta nasehat orangtua dan suami, dengan support keduanya, alhamdulillah semua masalah bisa saya hadapi,” jelas ibu dari 3 orang anak tersebut.
Beranjak dari itu, Ia memantapkan untuk meniti karir lebih tinggi lagi, dengan mengikuti assessment menjadi Kepala Cabang. Setelah mengikutinya sebanyak 3 kali, akhirnya Ia promosi menjadi Manajer pada 2019, namun ditempatkan di Aceh.
Meskipun jauh dari keluarga, Ia tetap bisa mengemban tanggung jawab mendidik ketiga anak-anaknya, mengurusi keluarga, karena Ia menolak untuk menjadikan jarak sebagai alasan. Dengan memanfaatkan teknologi, Ia selalu memberikan perhatian kepada anak-anak dan suami.
“Alhamdulillah ketiga anak saya memiliki prestasi yang sangat baik di alademik, selain selalu jadi juara kelas anak-anak saya juga ke-3nya hafizh alquran saat ini 5 juz, juga beberapa kali ikut lomba tahfizh Quran dan lomba akademik sampai ke tingkat Nasional dan alhamdulillah juga sering juara. Saya sangat bersyukur, dan jarak bukanlah hal yang harus dikeluhkan, selama kita punya niat yang baik dan semangat berusaha sekuat dan seikhlasnya, semua akan baik-baik saja di bimbing oleh Nya,” cetus Neri sang juara kelas juga sejak SD sampai SMA.
Membaur dengan Tim
Setelah 2 tahun 2 bulan di Aceh, banyak pengalaman berharga yang didapat di provinsi “Serambi Mekah” tersebut, di sana Ia merasakan titik balik mental secara agama, dengan maksimal mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa terutama 2 tahun terkurung masa pandemi di sana.
Maret 2021 ia di beri amanah kembali menjadi Kepala Cabang Muara Bungo, 2 tahun di Muara Bungo, kebiasaan bolak-balik setiap Minggu Padang-Muara Bungo kembali dijalaninya. Pada Januari 2023 Ia ditempatkan di Cabang Solok sebagai Kepala Cabang, sebuah hal yang sangat Ia syukuri, setidaknya sudah lebih dekat dengan keluarga.
Dalam memimpin sebuah cabang, Ia selalu memberikan rasa kekeluargaan, membaur dan berteman dengan tim di kantor cabangnya. Menurutnya, Ia tidak ingin mengatakan “ayo lakukan itu”, tapi lebih suka mengatakan “Mari kita lakukan itu”.
“Selama saya meniti karir semenjak dari bawah, saya selalu memperhatikan cara kerja senior atau atasan saya, artinya di posisi sekarang saya juga akan menjadi contoh bagi tim saya, dan oleh karena itu, saya ingin memberikan contoh yang terbaik,” ungkapnya.
Ia selalu berusaha untuk membaur dengan tim yang Ia pimpin, dengan tetap memberi arahan terhadap kerja dan kinerja tim, menjadi bagian dari tim, menjadi teman sekaligus tempat berdiskusi tentang berbagai persoalan kerja.
“Saya selalu berpesan kepada tim saya, untuk mencintai suatu bidang, dan bekerja sungguh-sungguh di dalamnya, dan menjadi yang terbaik di situ,” tegasnya.
Lebih lanjut, baginya belajar dan berinovasi merupakan dua hal yang harus dilakukan secara konsisten, dalam hal apapun itu seluruh individu yang Ia pimpin, selalu Ia tekankan untuk bekerja sungguh-sungguh dan menjadi yang terbaik di bidangnya.
Menurutnya, ada tiga poin penting dalam menjalani hidup, yakni jangan lupakan restu orangtua, restu suami/istri bagi yang sudah bekeluarga, dan jangan tinggalkan ibadah. Tiga hal itu menjadi pegangannya dan juga hal yang selalu Ia sampaikan kepada timnya. (frk)