Hampir Terlempar karena Ledakan
Para anggota Brimob dari Kalimantan Barat yang tinggal di depan pabrik termasuk yang pertama melakukan evakuasi. Karena gerbang depan pabrik terkunci, mereka harus membuat lubang di tembok dengan martil.
Apel pagi baru saja dilakoni. Bharatu Armansyah pun bermaksud sedikit bersantai. Tapi, persis saat dia akan meletakkan tas, terdengar suara ledakan keras dari bangunan di seberang halaman. Tratak tak tak BLAR
Segera saja Armansyah bersama rekan-rekan anggota Brimob semburat keluar. Di seberang bangunan mes sementara yang mereka tempati di Kosambi, Tangerang, itu, terlihat pabrik kembang api PT Panca Buana Cahaya Sukses terbakar.
Asap mengepul dari atap bangunan pabrik yang kemudian diketahui membakar bahan-bahan pembuat kembang api. ”Ledakan-ledakan kecil tapi terus-terusan, kemudian ada ledakan besar,” tutur Armansyah kepada koran ini.
Armansyah dan rekan-rekan merupakan anggota Batalyon Pelopor Satuan Brimob Polda Kalimantan Barat. Mereka ditempatkan di sana untuk diperbantukan dalam operasi Bantuan Keamanan Operasi Polda Metro Jaya.
Tujuannya, mengamankan demo Undang-Undang Ormas yang baru disahkan. Dan, pada hari pertama berada di sana, mereka langsung menghadapi insiden yang menewaskan puluhan korban.
Begitu mengetahui apa yang terjadi, Komandan Batalyon AKBP Raymond Masengi pun segera memerintahkan anak buahnya bergerak melakukan penyelamatan. Mereka termasuk yang pertama melakukan evakuasi.
Tapi, lidah api besar menjilat-jilat gerbang besi pabrik. Tidak mungkin mendekat, terlalu berbahaya. ”Ada banyak ledakan kecil, terus-menerus, tapi yang besar dua,” tutur Raymond.
Raymond mengambil inisiatif untuk membuat jalan keluar di tembok sebelah barat dan utara. Dia pun memberikan perintah.
Armansyah dan sepuluh temannya segera merayap melewati sawah dengan berbekal tangga, besi bulat, dan martil pemberian warga.
Dari gerbang depan terdengar suara-suara menjerit histeris menggedor-gedor gerbang yang terkunci. Raymond berpikir jalan keluar satu-satunya adalah lewat tembok pabrik sebelah barat dan utara yang berbatasan langsung dengan sawah.
Armansyah menuturkan, sepuluh orang langsung bekerja bahu-membahu. Tangga dilemparkan ke dalam area pabrik. Beberapa pekerja sempat menyambut dan memasangnya ke tembok. Beberapa orang sempat berhasil naik dan melompat ke sawah.
Ledakan terus terjadi dan api semakin besar. Saat itu Iptu Dani Soeroso, komandan lapangan, berteriak, ”Sudah, jebol saja!”
Lengan kekar sepuluh anggota Brimob tersebut pun mengayunkan martil. Tembok batako perlahan retak dan pecah.
Hawa panas sontak menyeruak keluar. ”Kami hitung ada belasan orang yang berhasil keluar lewat lubang yang kami buat,” tutur Armansyah. Satu per satu karyawan yang terjebak meloloskan diri dari maut. Sementara itu, beberapa tampak melompat pagar lewat tangga. Proses evakuasi tengah berlangsung saat tiba-tiba terdengar ledakan kedua. Blaar!
Kepingan batako semburat ke udara. Ledakan kedua menjebol dinding utara pabrik sepanjang kira-kira 5 meter. Padi dan rumput di sawah roboh dan pohon-pohon pun meliuk hangus terkena panas. Api sudah memeluk seluruh pabrik. Armansyah dan kawan-kawan hampir-hampir terlempar karena ledakan kedua.
Lukas, penjaga gedung serbaguna yang ditempati Brimob, juga mental karena ledakan. Padahal, baru beberapa menit sebelumnya, dia melayani permintaan foto-foto para anggota Brimob.
Kini dia juga turut berjibaku dengan martil di tangan. Lukas masih ingat teriakan Raymond sesaat setelah ledakan kedua. ”Dia teriak kami disuruh tiarap,” tutur Lukas.
Raymond memutuskan penyelamatan tidak bisa lagi dilakukan. Dia memerintahkan anggotanya yang lain untuk mundur dan menarik para warga yang berhasil lolos keluar dari jangkauan panas.
Lukas menceritakan, dirinya dan para anggota Brimob merayap sepanjang sawah bergerak menjauhi pabrik. ”Kami merayap ratusan meter itu, sampai puskesmas sana,” katanya sembari menunjuk.
Raymond tidak punya pilihan lain selain menunggu bantuan datang. Membiarkan si jago merah menari-nari mencabuti nyawa di area pabrik. Hawa panas menyengat sampai radius puluhan meter dari tembok pabrik.
Pikiran Raymond saat itu juga mengirimkan dugaan bahwa ada beberapa genset dan alat mudah terbakar lain yang masih tersisa di dalam pabrik. ”Kalau kita maju terus, itu risiko bagi anggota,” katanya.
Armansyah mengungkapkan, kawan-kawannya melihat korban yang keluar dengan menderita luka bakar. Seorang ibu sempat terlihat keluar dari gerbang depan yang diselimuti api. Sekujur tubuhnya melepuh karena panas. ”Kulit-kulitnya sudah pada berjatuhan, ada pula yang sudah menyatu dengan tubuhnya,” tutur Armansyah.
Beruntung nasib sang ibu. Dia bisa meneruskan langkah berlari menuju seberang jalan tempat para anggota Brimob bersiaga. Para anggota pun meraihnya dan memasukkannya ke ambulans yang segera meraung menuju rumah sakit. Baru pukul 12 siang api bisa dipadamkan dan para personel Brimob di bawah pimpinan Raymond bisa bernapas lega. ”Sejak pagi memang sudah bau (bubuk mesiu, red),” ujar Armansyah. (*)
LOGIN untuk mengomentari.