Kepala Biro Keuangan Pemprovsu Agus Triyono (dua kanan), Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Ahmad Soekro Tratmono (dua kiri), Kepala Kantor Regional (KR) 5 OJK Sumbagut Lukdir Gultom (kiri) dan Ketua Forum Komunikasi (Forkom) Industri Jasa Keuangan (IJK) Sumut Edie Rizlyanto (tiga kanan) pada pembukaan Fun Walk di acara “Aku Cinta Keuangan Syariah” di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) Jalan Gatot Subroto Medan Sabtu (19/11). ( beritasore/laswie)
MEDAN (Berita): Gubernur Sumatera Utara HT Erry Nuradi menegaskan perkembangan industri jasa keuangan dan perbankan syariah di daerah ini belum optimal, masih lebih rendah dari konvensional, padahal kualitas keduanya sekarang sama.
Hal itu diungkapkan Gubsu dalam sambutan tertulis dibacakan Kepala Biro Keuangan Pemprovsu Agus Triyono ketika membuka kegiatan “Aku Cinta Keuangan Syariah” dengan tema “Berbagi Berkah Bersama Keuangan Syariah” di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) Jalan Gatot Subroto Medan Sabtu (19/11).
“Karena keuangan dan perbankan syariah belum optimal sehingga masyarakat masih dominan menggunakan produk-produk jasa keuangan konvensional,” tegas Gubsu. Kegiatan itu diselenggarakan Kantor Regional 5 OJK Sumbagut didukung perbankan dan Industri Jasa Keuangan (IJK) Syariah di daerah ini.
Hadir di sana Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Ahmad Soekro Tratmono, Kepala Kantor Regional (KR) 5 OJK Sumbagut Lukdir Gultom, Ketua Forum Komunikasi (Forkom) Industri Jasa Keuangan (IJK) Sumut Edie Rizlyanto, Direktur Kepatuhan Bank Sumut Yulianto Maris, Direktur Operasional Didi Duharsa, Kepala Pusat Informasi Go Publik Medan M Pintor Nasution dan IJK lainnya seperti Pegadaian Medan serta masyarakat keuangan dan perbankan di daerah ini.
Gubsu menilai belum optimalnya perkembangan keuangan syariah di daerah ini perlu dicermati lebih serius lagi karena Sumut sebagai pusat layanan keuangan syariah di
wilayah bagian barat.
Saat ini kondisi keuangan dan perbankan syariah tak seperti diharapkan dimana aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tak sesuai, sehingga perlu segera didorong peningkatannya. “Mencermati keuangan saat ini di Medan tentu layanan jasa syariah dapat bersaing dengan konvensional,” tegas Gubsu.
Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Ahmad Soekro Tratmono mengatakan kegiatan dalam upaya meningkatkan keuangan syariah ini perlu diapresiasi dan dibanggakan. Literasi keuangan masih rendah sehingga kegiatan ini diharapkan mampu menumbuhkan semangat untuk meningkatkan keuangan syariah.
Soekro menyebut per 2 September 2016 total aset perbankan syariah nasional Rp 331 triliun, mampu melampaui 5,13 persen industri syariah. “OJK akan terus mendorong industri jasa keuangan syariah seperti perbankan, Industri Keuangan Non Bank atau IKNB dan pasar modal,” kata Soekro.
Dalam roadmap yang ada, jelasnya, share bank umum Syariah, Unit Usaha Syariah diharapkan tercapai 10 persen pada tahun 2018. Jadi seperti Bank Syariah Bank Sumut harus punya aset minimal 10 persen dari induknya.”Ini perlu didorong agar perbankan syariah bisa solid,” katanya.
Soekro menyebut BPD Aceh kini telah dikonversi menjadi Bank Umum Syariah (BUS), provinsi-provinsi lain juga menyusul untuk mengkonversi bank daerah menjadi bank syariah.
Kini di Indonesia ada 13 BUS (termasuk setelah BPD Aceh dikonversi jadi BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 165 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). “Kami harapkan ada asosiasi bank syariah di Sumut,” katanya.
Soekro berharap semoga industri bank syariah di Sumut menjadi industri terbesar di Indonesia dan memberikan kontribusi yang besar pula.
Data dari Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumut yang diterima Berita Sabtu (19/11) nenyebutkan total aset bank syariah di Sumut per September 2016 sebesar Rp11,55 triliun, DPK Rp9,65 triliun, total pembiayaan Rp 8,87 triliun dengan financing deposit ratio (FDR) sebesar 91,93 persen. Angka itu bertambah dari Agustus 2016 yakni aset Rp10,53 triliun, DPK Rp9,10 triliun, pembiayaan Rp7,87 triliun dan FDR 86,53 persen.
Kepala Regional 5 OJK Sumbagut Lukdir Gultom menambahkan dalam survei 20.000 responden di delapan provinsi di Indonesia, terungkap literasi keuangan hanya 20 persen saja. “Literasi keuangan masih sangat kecil sekali,” jelas Lukdir.
OJK Sumbagut menurutnya terus meningkatkan literasi keuangan dengan berbagai cara antara lain menggelar Pasar Keuangan Rakyat pada 26-27 Oktober 2016 di Medan, sosiasiliasi pasar modal dengan tema “Yuk Nabung Saham” dan “Aku Cinta Keuangan Syariah” (ACKS) ini yang ketiga di penghujung tahun. “Kami terus mendorong tumbuhnya literasi keuangan, termasuk peningkatan keuangan syariah,” tegas Lukdir.
Acara “ACKS” ini berlangsung hingga 20 Nopember 2016. Sabtu pagi diawali dengan fun walk mengitari Jalan Gatot Subroto, Jalan Merak, Jalan Rajawali dan kembali ke PRSU Jalan Gatot Subroto. Juga sosialisasi dengan keuangan syariah. (wie)