in

Kevin Liliana

Ajang kecantikan skala nasional, apalagi skala internasional mungkin menjadi salah satu “mimpi” sekaligus keinginan bagi kaum perempuan di Tanah Air. Pada ajang ini, penilaian bukan hanya tertuju pada kecantikan fisik semata, tapi juga kecerdasan serta wawasan seorang putri terhadap banyak hal.

Ajang kecantikan skala nasional dan internasional ini juga menjadi salah satu mimpi dan cita-cita Kevin Liliana, Puteri Indonesia yang belum lama ini mewakili Indonesia di ajang pemilihan putri kecantikan internasional. Pada ajang tersebut, Kevin berhasil meraih Miss International. Untuk mengetahui pengalaman dan kiat-kiat yang dimiliki ketika mengikuti ajang Puteri Indonesia dan Miss International di Jepang, wartawan Koran Jakarta, Frans Ekodhanto, berkesempatan mewawancarai peraih mahkota Miss International 2017, Kevin Liliana, di Jakarta, dalam beberapa kesempatan terpisah. Berikut petikan selengkapnya.

Kenapa Anda mengikuti ajang Puteri Indonesia? Awal mulanya saya memang ingin menjadi Puteri Indonesia dan di rumah, bersama Ibu suka menonton ajang Puteri Indonesia. Untuk ajang ini selalu saya ikuti, mulai tahun 2010. Pada 2015 mulai ikut, seperti follow Instagram-nya, dan lain-lain. Kemudian pada 6 Februari 2017, saya mengikuti audisi Puteri Indonesia ke Jakarta, dan terpilih menjadi Puteri Indonesia Lingkungan di tanggal 30 Maret 2017. Selanjutnya yang membuat bangga adalah merasa bahwa selama ini saya dapat banyak pembelajaran di ajang Puteri Indonesia.

Saya bisa menjadi orang yang dapat berpenampilan sebaik mungkin, namun tetap menjadi diri saya. Saya tahu bagaimana cara mem-pressure diri di depan umum, berbicara sesuatu tentang yang positif di muka umum. Semua itu saya dapatkan ketika proses menjadi Puteri Indonesia. Sebelum berangkat ke ajang internasional, saya kerap diundang jadi pembicara sebagai Puteri Indonesia. Hal ini pula yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi ajang latihan, terutama cara menghadapi ketegangan. Semua hal yang saya dapatkan ini sangat berguna ketika berada dalam karantina. Pada ajang tersebut, banyak saingan yang berat dan setiap hari ketika upload foto dan update sosmed dapat dukungan banyak dari warga negara Indonesia.

Bagaimana bentuk dukungan orang tua Anda terhadap hal ini? Banyak sekali dukungan dari orang tua. Salah satunya, ketika hendak berangkat, pesawatnya di-delay, orang tua terus mendukung dan memberikan ketenangan kepada saya. Katanya, tetap tenang dan percaya diri, sebab persiapan yang saya miliki sudah matang dan maksimal. Di sana, kamu harus menjalani semuanya dengan tenang dan baik.

Cerita menarik apa yang bisa dibagi selama karantina? Ketika karantina dan interview, saya menjawabnya lama. Pada saat itu saya harus menjawab dalam bahasa Indonesia, kemudian saya terjemahkan ke bahasa Inggris sehingga saya menjawab lama. Video ini sempat tersebar di Facebook, kemudian membuat saya down dan menangis. Pada saat semacam ini, saya sempat merasakan titik jenuh dan lelah. Kemudian saya cerita ke Ibu, kemudian Ibu memberitahukan, malam ini saja nangisnya, besok harus semangat lagi. Malam itu benar-benar dikeluarin nangisnya dan besoknya sudah segar dan semangat lagi.

Ada cerita lucu ketika karantina? Ada. Saya sempat jatuh. Sebab, kursi Jepang itu melipat sendiri, seperti kursi di bioskop. Ketika itu saya lagi ibantuin teman untuk membagikan ke teman yang belum dapat minuman. Ketika itu saya duduk, tidak tahu kalau kursinya sudah melipat sendiri. Orang yang di sebelah saya kebetulan Miss International tahun lalu kaget dan berhenti makan, kemudian membantu saya untuk berdiri. Pada saat itu semua kontestan pada kaget, sakitnya tidak seberapa, tapi malunya yang luar biasa. Malamnya susah tidur, sampai jam 2 belum bisa tidur, dan berpikir besok sudah final.

Kenapa dalam pidato Anda perlu menyampaikan filosofi Bhinneka Tunggal Ika? Sebelum berangkat, memang banyak draf pidatonya, kemudian pidatonya dibedah bersama lagi, dan di situ saya pikir, saya memilih yang ini. Saat itu sudah kebanyakan ide. Pada ide inilah, saya bisa memperkenalkan filosofi negara kita yang kemudian lebih mudah diingat juri. Karena mungkin orang lain bicaranya sama, yaitu tentang pertukaran budaya, tapi mereka tidak satu pun memiliki hal atau sesuatu yang membuat juri ingat.

Selama karantina, yang paling dekat dengan Anda, kontestan dari mana? Dari Hong Kong, karena di awal saya dipanggil dengan kontestan dari Hong Kong dan Korea. Begitu juga ketika karantina juga lebih dekat dengan Hong Kong. Sampai sekarang masih sering WhatsAppan dan saling memberi komentar terhadap foto masing-masing yang di-posting di Instragram. Dengan kontestan lain hanya sekilas saja.

Di karantina, pasti sering berbincang dengan sesama peserta. Apa yang sering diobrolkan ketika bicara soal Indonesia? Ya, mereka sering bertanya tentang Indonesia. Yang membuat saya sedih, mereka tidak tahu, Indonesia itu di mana? Selalu saya kaitkan dengan Bali, karena mungkin banyak yang tahu Bali. Di saat itulah saya jelaskan bahwa Bali itu bukan negara, melainkan salah satu pulau di Indonesia. Indonesia memiliki banyak pulau yang indah, cantik serta sempurna seperti Bali. Saya juga menjelaskan kalau Indonesia itu negara yang memiliki banyak budaya, bahasa, serta agama yang berbeda-beda.

Menurut Anda, apa kunci keberhasilan yang Anda raih saat ini? Saya punya strategi yang mungkin pada suatu ketika orang menilai saya buntu dan tidak tahu harus ke mana dan saya terlihat diam. Akan tetapi, di balik diam itu, saya memiliki strategi. Intinya, ketika banyak orang memberikan arahan dan masukan, saya tetap fokus pada strategi saya. Yang paling penting, tetap percaya diri terhadap strategi yang saya miliki. Melalui strategi ini, saya akan berhasil. Yang tak kalah pentingnya, strategi yang saya miliki hasil sharing dengan orang-orang yang sudah punya pengalaman sebelum saya di ajang ini.

Ada cerita unik dari efek terpilihnya Anda sebagai Miss International, terutama pada keluarga? Pernah, waktu itu ada yang mengira kalau dirinya sedang chat dengan Papa saya. Terus saya bilang, kalau ini dengan saya (anaknya), tapi orang tersebut bukan nanya ke saya, malah minta nomor Papa saya agar bisa wawancara dengan saya, ha… ha… Selain itu, folowers Papa saya naik drastis. Selain itu, setiap update foto, komentarnya sangat banyak. Adik saya juga followersnya meningkat pesat, tapi tidak sebesar Papa. Mereka sekarang jadi lumayan terkenal.

Semisal dalam kompetisi ini Anda tidak menang, apa yang Anda lakukan? Hal itu sempat saya rasakan ketika pemanggilan lima terbaik. Saya sempat hampir meneteskan air mata. Saya meyakinkan diri, meski saya tidak menang, saya telah melakukan yang terbaik untuk diri saya dan untuk Indonesia, serta tetap merasa kalau masyarakat Indonesia, apa pun yang terjadi, akan tetap mendukung saya. Ketika nama saya dipanggil, sempat lemas dan ingin menangis serta langsung menutup muka karena tidak mau kelihatan menangis. Di sana saya merasa bahwa selama ini orang-orang mendukung saya.

Menurut Anda, proses yang paling sulit itu apa? Saya itu cenderung introved, saya susah ketika lagi materi kelas, ingin bertanya, tapi takut. Padahal, saya sudah punya pertanyaan yang oke, akan tetapi ragu dan didahului kontestan yang lebih cepat. Akan tetapi, saya terus mencoba dan berusaha. Setiap saya bertanya tidak pernah ke ekspos sama media. Hal inilah yang kemudian, mungkin oleh masyarakat Indonesia dilihat, selama karantina, Kevin, ngelelap. Akan tetapi, ketika saya bertanya tidak ada yang mengekspos dan ketika saya diam, banyak yang mengekspos. Ketika itu saya merasa introved saya semakin kelihatan dan bagaimana caranya untuk tenang. Lama kelamaan, saya merasa diperhatikan dan tetap percaya diri.

Bagaimana cara Anda menumbuhkan dan menjaga rasa percaya diri itu? Saya punya tekad kuat. Ketika orang masih tidak percaya, dan saya mempercayakan ketidakpercayaan mereka, itu yang membuat saya down. Akan tetapi, ketika saya berpikir saya punya potensi, memiliki kemampuan yang cukup kuat, buat apa saya mesti takut. Di sana pun, bukan hanya yang cantik dan pintar saja yang dilihat serta dinilai, tapi bagaimana caranya bisa diajak kerja sama oleh Miss International Organization. Hal itulah yang saya tekankan, bagaimana saya bisa menunjukkan ke mereka, kalau mereka bisa bekerja sama dengan saya selama satu tahun. Saya itu orangnya lebih hati-hati, dan lebih help full.

Kenapa help full? Saya tidak tahu persisnya. Ketika di sana, saya tidak sadar kalau saya sering menolong orang. Menurut saya, itu budaya Indonesia pada umumnya. Contohnya, ketika ada orang yang lebih tua tidak dapat tempat duduk, saya memberikan tempat duduk saya. Ketika orang kesusahan terhadap barangnya, saya bertanya, apakah ada yang bisa saya bantu. Itu suatu hal yang umum banget di negara kita, akan tetapi di sana saya disebut yang paling help full. Itu menjadi suatu hal yang menonjol karena care dengan yang lain. Saya juga menekankan bahwa sifat itulah yang membuat orang suka pada saya. Sifat itulah yang harus kita jaga terus sampai kapan pun.

Selama di Jepang, tempat yang paling berkesan apa? Tempat yang paling berkesan buat saya Fukushima, karena daerah itu merupakan salah satu wilayah yang terkena tsunami, dan recovery-nya pun cukup cepat. Sekarang, masyarakat Jepang masih tinggal di situ meski masih ada radiasi. Yang membuat saya tertarik lagi, suasananya yang bagus, di Indonesia tidak ada seperti itu, karena tempatnya, danaunya, dan lain-lainnya cantik.

Makanan apa yang sangat Anda ingin makan ketika tiba di Tanah Air? Saya tiba di Jakarta pada 23 tengah malam dan tidak dibuat welcomming seperti tahun lalu karena difokuskan pada acara jumpa pers. Selama 3–4 bulan sebelum keberangkatan hingga pulang ke Indonesia tidak makan nasi putih. Ketika pulang, saya langsung minta ke Ibu untuk dibuatkan makanan ayam balado.

Atas prestasi yang telah diraih, apa yang ingin Anda sampaikan kepada masyarakat Indonesia? Terima kasih kepada semua masyarakat Indonesia atas dukungan dan doanya. Berkat dukungan dan doa masyarakat Indonesialah maka mahkota ini bisa saya raih dan bawa pulang ke Tanah Air.

Apa saran untuk calon Miss International berikutnya? Buat Puteri Indonesia tahun depan dan akan mewakili Indonesia di ajang Miss International, jangan jadikan mahkota ini sebagai beban. Jangan pernah takut merancang strategi sendiri. Hanya kamu yang tahu apa yang harus kamu lakukan. Hanya kamu yang tahu di sana suasananya seperti apa. N-3

What do you think?

Written by Julliana Elora

Astaga! Tak Pernah Lakukan Hal Ini Saat Hamil, Seorang Wanita Kaget Lahirkan Bayi ‘Putri Duyung’

25 Delicious Things To Cook In September