in

Khawatir Rudal Korut Picu Perang Dunia

Indonesia Desak Pyongyang Patuhi Resolusi PBB

Korea Utara kembali melepaskan sebuah rudal balistik. Kali ini, rudal yang diperkirakan diluncurkan tidak jauh dari Pyongyang itu melintas di wilayah Jepang sebelum mendarat di Samudera Pasifik, kemarin (29/8) pagi waktu setempat.

Seperti dilansir Kyodo News, rudal tersebut menjadi rudal Korut pertama yang melintasi wilayah udara Kepulauan Jepang sejak April 2009 ketika Pyongyang melepaskan misil Taepodong-2.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan bahwa misil tersebut diluncurkan sekitar pukul 05.58 pagi waktu setempat dan jatuh ke laut 1.180 kilometer sebelah timur Tanjung Erimo di Pulau Hokkaido. 

Perdana Menteri Shinzo Abe mengkritik tembakan rudal itu. Dia berjanji akan mengambil tindakan penuh untuk memastikan keamanan orang-orang Jepang dan menganalisis maksud Pyongyang di balik tindakan terakhirnya itu. 

Keberadaan rudal Korut itu, dilaporkan memicu berbunyinya alarm bahaya Jepang. Sebagian penduduk Kota Sapporo (salah satu kawasan yang dilalui rudal tersebut) yang masih tertidur, dikejutkan dengan bunyi sirene tanda bahaya. Dalam telepon genggam mereka muncul pesan tertulis yang masuk berbarengan dengan suara alarm yang menunjukkan adanya bahaya tersebut sekitar pukul 06.30 waktu setempat. 

”Sebuah rudal baru saja melintas.” Demikian tulisan yang terbaca di layar telepon genggam Hiroyuki Iwafune, salah seorang pejabat perikanan di Sapporo. Dia langsung gemetar. Dia khawatir rudal milik Korut itu akan memicu perang dunia berikutnya. Kekhawatiran yang sama dirasakan para penduduk Sapporo lainnya.

”Beberapa waktu lalu, sebuah rudal melintasi wilayah kita. Jika Anda menemukan benda yang mencurigakan, tolong jangan didekati. Segera telepon polisi atau petugas pemadam kebakaran. Segeralah berlindung di basement atau tempat yang kukuh dan aman,” kata Iwafune membacakan serangkaian pesan tertulis yang bertubi-tubi masuk ke telepon genggamnya. 

Di stasiun kereta api dan terminal bus, papan peringatan menyala dengan tulisan serupa dengan pesan pendek yang masuk ke telepon genggam warga. Hampir seluruh transportasi umum tidak beroperasi setelah terdengar bunyi sirene. 

Amerika Geram

Provokasi Korut tidak lama setelah latihan militer gabungan AS dan Jepang berakhir itu membuat Washington geram. Presiden Donald Trump pun langsung mengambil sikap tegas. Dia menyatakan bahwa rezim Korut telah mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada para tetangga dan seluruh anggota PBB. Korut juga sudah terang-terangan melanggar hukum internasional dan tidak menghormati resolusi PBB.

”Ancaman dan provokasi hanya akan membuat rezim Korut semakin terkucil di kawasan (Asia) tersebut dan dijauhi masyarakat internasional. Segala opsi untuk menyelesaikan krisis ini masih terbuka lebar,” jelas Trump. Sebelumnya, taipan 71 tahun itu sudah menegaskan bahwa AS tidak akan segan melancarkan aksi militer ke Korut jika Kim Jong-un terus melawan. 

Kemarin (29/8), rudal yang diyakini sebagai ICBM alias intercontinental ballistic missile tersebut memang tidak mengarah ke Kepulauan Guam. Sebelumnya, Korut selalu mengancam bakal menembakkan rudal ke kepulauan yang berjarak sekitar 3.500 kilometer dari wilayahnya itu. Meski letaknya di Asia, Guam masuk wilayah AS. Di kepulauan yang dihuni sekitar 160.000 orang tersebut, AS memiliki pangkalan militer.

Jika Korut menembakkan rudalnya ke Guam, sudah pasti Jepang akan kena imbasnya. Sebab, untuk mencapai Guam, rudal tersebut harus menerbangi Negeri Sakura lebih dulu. Maka, saat Pyongyang mengumumkan rencana untuk merudal Guam, Tokyo meradang. Saat itu, Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe pun langsung berkoordinasi dengan AS. 

Kali ini Tokyo kembali mengontak Washington terkait dengan uji coba rudal Korut yang mengancam keamanan Jepang kemarin. ”Ini ancaman yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan mengandung pesan yang sangat serius dan fatal,” ungkap Abe. Bersama Washington, Tokyo lantas mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menggelar rapat darurat. Sebab, Korut tidak bisa dibiarkan. Australia pun mendukung usul tersebut. 

Bagi Robert Wood, perwakilan permanen AS pada Conference on Disarmament, peluncuran rudal balistik Korut itu sangat provokatif. ”Peluncuran rudal tersebut harus direaksi dengan sangat tegas,” tuturnya dari markas salah satu organisasi PBB itu di Jenewa. Namun, Tiongkok tidak sepakat dengan keinginan AS dan Jepang untuk meningkatkan tekanan terhadap Korut. Sebab, semuanya bisa makin runyam.

Sebenarnya, sebelum kemarin, rudal Korut pernah melintasi wilayah Jepang, dua kali malah. Yakni, pada 2009 dan 1998. Dalam dua kesempatan itu, Pyongyang menegaskan bahwa mereka tidak menembakkan rudal. Mereka mengaku meluncurkan satelit ke luar angkasa. Tetapi, Washington dan sekutu-sekutu Asianya, termasuk Jepang dan Seoul, tidak percaya begitu saja pada klaim Pyongyang. 

Pada 2009 AS yakin bahwa yang Korut tembakkan melintasi langit Jepang adalah rudal jenis ICBM. Sementara itu, pada 1998, Washington menyebut rudal Korut tersebut sebagai Taepodong-1. Kali ini para pakar di Seoul menyatakan, rudal yang ditembakkan dari Sunan adalah Hwasong-12 yang kali pertama dipublikasikan dalam pameran dan parade militer April lalu. Sebulan kemudian, rudal itu sukses diujicobakan di laut. 

Patuhi Resolusi PBB

Menanggapi peluncuran rudal Korut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menyampaikan bahwa Indonesia mengecam uji coba peluncuran rudal tersebut. ”Itu sudah melewati ruang udara negara lain dan membahayakan jalur penerbangan,” kata pria yang akrab disapa Tata itu kemarin. 

Tata juga menegaskan bahwa tindakan uji coba tersebut bertentangan dengan kewajiban Korea Utara terhadap resolusi DK PBB terkait, khususnya resolusi 2270/2016, 2321/2019, 2356/2010, dan 2371/2017. Dia juga mengatakan, Indonesia mendesak Korea Utara agar sepenuhnya memenuhi kewajiban internasionalnya. Termasuk melaksanakan sepenuhnya resolusi-resolusi DK PBB. 

”Indonesia menegaskan kembali bahwa stabilitas di semenanjung Korea sangat penting artinya. Untuk itu, Indonesia mengajak semua negara untuk berkontribusi terhadap penciptaan perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea,” kata Tata. 

Ditemui pada kesempatan lain, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengutuk keras tindakan Korut. Menurut dia, Indonesia tidak pernah sepakat dengan agenda provokasi apapun. ”Upaya memprovokasi suatu kawasan itu tidak dibenarkan dan kita (Indonesia) tidak setuju itu,” kata dia ketika diwawancarai di kantor Kemenko Polhukam kemarin. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

PDAM Serahkan 49 Hewan Kurban

Razia Kaca Film, Tiga Angkot Dikandangkan