in

Kiprah KEP Nagari Batukalang: Bina Petani Bikin Produk Olahan Pepaya

KEP Nagari Batukalang baru berusia sekitar dua tahun. Namun, KEP sudah mampu melakukan pembinaan terhadap petani. Khsususnya kalangan ibu-ibu keluarga petani. KEP membentuk usaha kecil menengah (UKM), guna membina petani membuat produk olahan pepaya.

Pembinaan tersebut dilakukan agar ekonomi petani lebih meningkatkan dari perkebunan pepaya. Artinya, petani pepaya tidak hanya mengandalkan menjual hasil panen pepaya untuk sumber penghasilan.

“Kita kan dapat banyak pelatihan dari Dinas Pertanian. Hasil pelatihan itulah yang kini kami tindaklanjuti dalam kelompok ini,” ujar Ketua KEP Nagari Batukalang, Destinawati kepada Padang Ekspres, Rabu (11/10).

Wanita yang akrab disapa Des itu menjelaskan, terdapat beragam produk hasil olahan pepaya. Di antaranya dodol, wajik, saus, stik, dan keripik pepaya. Katanya, produk olahan pepaya tersebut dibuat di rumah produksi yang berbeda-beda. “Sekarang rumah produksi ini sedang kami urus izin kesehatannya di Dinas Kesehatan Padangpariaman,” kata Des.

Des mengakui, KEP Nagari Batukalang belum mampu maksimal dalam membantu petani membuat olahan pepaya. Sebab produk masih bersifat alami karena tidak menggunakan bahan pengawet. Sehingga, produk itu belum awet lama.

“Kami memiliki prinsip agar produk ini tetap mempertahankan kealamiannya, agar menjadi makanan yang sehat. Jadi, produk kami hanya dapat bertahan paling lama tiga hari,” ujarnya.

Kata Des, kondisi tersebut tentu menjadi kendala dalam memasarkan produk. Sebab, produk yang harus dipasarkan mesti mampu awet minimal setengah bulan. “Sekarang pemasaran kami lebih bersifat pesanan saja. Alhamdulillah cukup banyak peminitnya, khususnya dodol,” katanya.

Kendati demikian, Des memastikan terus berupaya bersama rekannya di KEP Nagari Batukalang, agar produk olahan pepaya tersebut dapat awet lebih lama, tanpa menggunakan bahan pengawet. Terlebih, pihaknya sudah mendapatkan pembinaan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Sukarela Palang  Merah Indonesia (KSR-PMI) Universitas Andalas.

“Sebenarnya kalau dimasukkan ke dalam kulkas, produk hasil olahan pepaya ini bisa bertahan maksimal satu bulan. Jadi untuk di pasaran, kami sekarang merumuskan cara pengemasan yang dapat membuat produk ini tetap awet,” ujarnya.

Bagi Des, pembinaan yang dilakukan KSR-PMI Unand terbilang mampu membantu pihaknya dalam mengembangkan produk olahan pepaya. Baik dari sisi memfasilitasi teknologi industri pertanian hingga pemasaran. Sebab, sekarang cukup banyak pemesan produk kalangan mahasiswa.

“Kami mendapat banyak ilmu dari adik-adik mahasiswa Unand. Semoga industri olahan pepaya ini bisa berkembang dan membantu perekonomian masyarakat Nagari Batukalang ke depan,” ujarnya.

Sedangkan Ketua Tim Program Optimalisasi Pengelolaan Pepaya Olahaan (OPPO) KSR-PMI Unand, Dwi Noviyani mengatakan, pihaknya mulai melakukan pembinaan terhadap petani pepaya di Nagari Batukalang sejak tahun 2016 lalu. Pembinaan itu dilakukan, karena KSR-PMI Unand terpilih dalam Program Hibah Bina Desa (PHBD) 2016 dari Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

“PHBD ini berupa kegiatan pemberdayaan masyarakat. Jadi dalam PHBD ini, kami mengusung program OPPO sebagai diversifikasi produk agrowisata di Nagari Batukalang itu,” ujarnya.

Kata Dwi, pihaknya memilih Nagari Batukalang sebagai tempat pelaksanaan program tersebut karena produksi pepayanya terbilang paling banyak di Padangpariaman.

Tidak hanya itu, kualitas buah pepaya di Nagari Batukalang juga terkenal memiliki rasa yang enak. “Pelatihan yang kami berikan kepada kelompok tani berupa strategi pemasaran, penggunaan alat dan penerapannya serta mutu produk,” ujar Dwi.

Dwi berharap, pelatihan itu terus dikembangkan oleh para petani, sehingga optimalisasi dalam memanfaatkan pepaya dapat dilakukan. Artinya, tidak ada lagi petani yang membiarkan buah pepayanya rusak atau terbuang karena tak laku di pasaran.

“Mulanya kami melihat, masih banyak petani yang membiarkan pepayanya membusuk di batang. Hal itu dikarenakan petani terlambat memetik atau buahnya tidak sesuai permintaan pasar. Mudah-mudahan, pembinaan pengelolaan pepaya terus dikembangkan di Padangpariaman,” tandasnya.

Terpisah, Wakil Bupati Padangpariaman, Suhatri Bur mengtakan, petani memang harus kreatif dalam mengembangkan hasil pertanian. Sehingga, petani tidak hanya mengharapkkan hasil panen, tetapi menjadikan hasil pertanian menjadi sumber pemnghasilan yang lebih besar.

Suhatri mengatakan, Pemkab Padangpariaman akan terus berupaya mensejahterakan petani. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Petani Hilang di Hutan Malampah

Agar Aneuk Kleung & Cempala Kuneng Unsyiah Tak Sekedar Seremonial