in

Kisah Jenderal Kiki yang Hampir ‘Berantem’ dengan Prabowo Subianto

Prabowo Subianto, mantan Pangkostrad ini sekarang kembali maju ke gelanggang pemilihan presiden setelah pada 2014 kalah di ajang yang sama. Letnan Jenderal purnawirawan ini bakal melawan calon yang sama yang pada pemilihan presiden 2014 mengalahkannya: Joko Widodo (Jokowi).

Sebagai mantan perwira tinggi, apalagi pernah menjadi lingkaran dalam kekuasaan di era Orde Baru, tentu banyak cerita tentang mantan menantu orang kuat di Indonesia mendiang Presiden Soeharto ini. Salah satunya kisahnya dengan Letnan Jenderal (Purn) Kiki Syahnakri.

Jenderal Kiki, adalah mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat. Ia senior Prabowo di TNI Angkatan Darat. Kiki perwira jebolan Akademi Militer tahun 1971, sementara Prabowo, alumni Akmil 1973 (tapi Prabowo telat lulus setahun, ia lulus Akmil tahun 1974). Saat bertugas di Timor-Timur, Kiki pernah bersinggungan langsung dengan Prabowo. Bahkan, hampir ‘berantem’.

Dikutip dari tulisan Petrik Matanasi, ”
Curhat Para Senior Akabri soal Prabowo yang Doyan Marah-Marah,” yang diunggah di  Tirto.id (14/3/2019) saat itu, Kiki lulusan Akabri 1971 masih berpangkat Kolonel. Ia kala itu memangku posisi sebagai Komandan Korem 164/Wiradharma yang bermarkas di Dili, Timor Timur.(Link sumber)

Ketika itu, Prabowo yang juga berpangkat Kolonel dan berdinas di Kopassus melancarkan Operasi Melati di Timor Timur. Prabowo saat itu masih berstatus sebagai menantu Presiden Soeharto. Operasi melati yang hendak dilakukan Prabowo sendiri adalah operasi khusus dengan cara membentuk massa tandingan untuk membendung gejolak aksi demonstrasi yang terjadi Timor Timur.

Prabowo beranggapan operasi itu diperlukan, setelah opsi otonomi khusus ditolak Soeharto. Tujuannya dengan adanya massa tandingan, maka TNI (ABRI saat itu) tak perlu lagi harus susah payah hadapi demontran. Cukup dengan massa tandingan bentukan operasi Melati.

Tapi cara Prabowo membentuk massa tandingan itu ditolak Kiki. Bahkan Kiki menilai cara Prabowo itu ceroboh, tidak Arif dan dangkal. Bahkan berbahaya. Karena akan menimbulkan konflik horisontal antar masyarakat. Korban akan jatuh dan yang akan disalahkan akhirnya TNI juga.

Menurut Kiki, lebih baik cara humanis dengan cara mendekati dan berkomunikasi dengan masyarakat yang harus dipilih. Termasuk kepada yang bersebrangan. Itu lebih bagus. Maka kepada Panglima Kodam Udayana yang saat itu dijabat Mayor Jenderal Adang Ruchiatna dan perwira menengah lain di Kodam Udayana, termasuk Prabowo, Kiki mengungkapkan ketidaksetujuannya atas model operasi Prabowo Subianto. Kiki berkilah bisa terjadi perang saudara jika massa tandingan dibenturkan dengan kelompok yang bersebrangan.

Tapi Prabowo yang diprotes, tidak terima. Prabowo berkata, tetap keukeuh dengan pendiriannya ingin menggelar operasi Melati. Kiki dibuat jengkel. Ia pun bertanya, siapa yang akan bertanggung jawab jika terjadi benturan lalu jatuh korban.

” Tetap saya yang bertanggung-jawab, bukan kamu,” kata Kiki tak kalah sengit.

Menurut Kiki, Prabowo tak selalu ada di Timor Timur. Maka kalau terjadi bentrok dan Prabowo tak ada, ia selalu sendiri yang sehari-hari ada di Timor Timur yang tetap harus tanggungjawab. Tapi, Prabowo tak  mau kalah. Ia malah tambah sengit.

” Kan implementasinya bisa diatur! Bisa dikendalikan! Korem harus bisa mengendalikan! Abang selama ini telah gagal. Saya justru mau membantu abang,” cetus Prabowo.

Mendengar Prabowo mengatakan ia gagal, Kiki naik pitam. ” Apa? Saya gagal? Wo, mana mungkin dikendalikan kalau sudah jatuh korban, pasti perkelahian akan meluas bahkan akan menjalar ke daerah lain!”kata Kiki dengan emosinya.

Loading…

Keduanya berdebat sengit. Sementara  Panglima Kodam diam saja. Tapi Kiki sudah bulat, tak mau mengalah, apalagi  menuruti kehendak menantu Soeharto itu. Sampai kemudian, Ketua Bapennas Ginandjar Kartasasmita dan Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief berkunjung ke Dili. Dalam kunjungan itu ikut pula  Prabowo.

Di sela acara makan siang yang dihadiri Gubernur dan Wakil Gubernur Timor Timur, Prabowo kembali meradang. Penyebabnya adalah rencana penerbitan surat kabar harian yang telah lama diupayakan oleh Korem Dili bersama Pemda Timor Timur. Rencana itu berbenturan dengan rencana Prabowo yang akan menerbitkan penerbitan buletin yang merupakan bagian dari Operasi Melati.

Padahal rencana penerbitan surat kabar itu sudah lama digagas sejak  Komandan Korem masih dijabat Jonhny Lumintang. Bahkan, perencanaan sudah matang tinggal pengajuan izin penerbitan di Departemen Penerangan. Rupanya Prabowo tak suka rencana itu. Maka ‘meledaklah’ Prabowo di acara makan siang itu. Ia pun berkata dengan keras dan emosional.

“Ini apalagi? Korem selalu ingin menggagalkan apa yang kami lakukan!” kata Prabowo dengan ketus seperti dikutip dari Tirto.id.

Kiki yang juga hadir dan berdiri tak jauh dari Prabowo merasa tersengat mendengarnya.” Ada apa lagi, Wo? Memang Korem mau menggagalkan apa lagi?” kata Kiki.

Prabowo menjawab tidak kalah sengit. ” Korem mau bikin surat kabar baru, itu untuk apa?”

Kiki pun menjelaskan bahwa rencana penerbitan surat kabar itu sudah digagas lama. Dan sudah disusun matang. Bahkan jauh sebelum operasi Melati ada.  Tapi Prabowo tak mau terima. Keduanya pun akhirnya berdebat dengan sengit.

Sampai kemudian Asisten Teritorial TNI Mayor Jenderal Tamlicha Ali membawa  Kiki menjauh. Jenderal Tamlicha Ali pun menasehati Kiki dengan bijak.

” Kamu hati-hatilah sama dia. Kamu, kan, tahu dia siapa dan akan jadi apa ke depan,” kata Tamlicha saat itu. Tapi Kiki, yang masih panas, kembali berkata. Katanya, ia memang tahu siapa dan akan jadi apa Prabowo.

”  Tapi enggak bisa dong dia bertindak seperti itu. Ini masalah prinsip. Lagipula, masalah tadi cuma salah pengertian. Mestinya dia bertanya atau berbicara secara baik-baik dengan saya dulu sebelum cas cus di depan umum.” Kata Kiki dengan kesalnya.

Dua minggu kemudian setelah adu mulut di acara makan siang itu, Kiki dicopot dari jabatannya  sebagai Komandan Korem di Dili. Karier Kiki agak meredup di TNI saat itu. Tapi setelah Soeharto turun, bintang Kiki kembali bersinar, sampai ia terakhir jadi Wakasad. Sementara karir Prabowo yang sempat melesat, akhirnya jatuh begitu Soeharto lengser. Bahkan Prabowo diberhentikan dari dinas militer karena kasus penculikan para aktivis.

Tags: Prabowo Subianto, Prabowo, Kopassus, Kiki Syahnakri, Militer, Tni

Loading…

What do you think?

Written by Julliana Elora

Tanaman ADAS Tak Sekedar pewangi Obat, berikut Manfaat Adas untuk Kesehatan

Hadiah Mainan Untuk yang Paling Patuh