Jakarta (ANTARA News) – Survivor kanker payudara Tuty Effendy mengaku merasa terpukul saat mengetahui dirinya didiagnosis mengidap kanker payudara.
Tuty divonis kanker payudara di awal umur 30 tahun, tepatnya pada 2010, saat berada di puncak karir. Saat itu dia merasa “ada duri dalam dagingnya”, kemudian dia memeriksakan diri ke dokter.
“Shock pas pertama kali didiagnosa kanker payudara, kenapa saya yang kena,” ujar dia dalam sesi sharing Garda Medika Octobreast di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Kamis.
Dia baru bisa menerima diagnosa dokter sebagai pengidap kanker payudara dengan stadium 2B saat melihat tantenya yang juga merupakan survivor kanker payudara.
“Saya mendapat pengalaman dari tante saya yang juga pernah menderita kanker payudara.Saya melihat perjuangan tante saya yang selamat dari kanker payudara,” kata Tuty.
Tuty kemudian berobat ke Singapura dan menjalani kemo 12 kali yang membuat “rambut rontok dan kurus”. Dia juga harus menjalani mastektomi (operasi pengangkatan payudara) untuk payudara sebelah kiri.
“Puji Tuhan dukungan dari keluarga sangat membantu. Mereka selalu ada buat saya. Walaupun demikian, saya tetap merasa sendiri karena mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan,” ujar Tuty.
Pada 2013, dia mengetahui Love Pink dari temannya. Dia merasa perlu untuk bergabung dengan organisasi gerakan sosial yang mendukung para penderita kanker payudara itu.
“Karena saya pernah merasakan betapa berat menjadi seseorang yang pernah didiagnosa seperti itu,” kata dia mengungkapkan sebagai relawan.
“Karena semua orang yang terkena kanker tidak semua berujung mati,” tambah dia.
Editor: Monalisa
COPYRIGHT © ANTARA 2016