Palembang, BP
Terkait pemberian label pada koleksi di di Museum Kerajaan Sriwijaya di di Taman Pariwisata Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Sumsel maka anggaran yang akan di gunakan menggunakan anggaran tahun 2020 dimana Sumatera Selatan (Sumsel) mendapatkan dana alokasi khusus non fisik terkait keuangan museum.
Turut hadir diantaranya arkeolog Sumsel Sondang M Siregar SS MSi , sejarawan Sumsel Kemas Ari Panji, Pencinta Sejarah Palembang Rd Moh Ikhsan, Pencinta sejarah Palembang Wanda Lesmana dan Merry Hamraeny Spd, MM serta Dra Nurhayati M Pd.
“Apalagi kita ada sekitar 400 peninggalan kerajaan Sriwijaya yang disimpan di Taman Pariwisata Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Sumsel bakal beri label (labelisasi),” kata Kepala UPTD Taman Pariwisata Kerajaan Sriwijaya, Agustinus Anthoni dalam rapat kajian Menelusuri Jejak Keagamaan Sriwijaya di Taman Pariwisata Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Sumsel, Senin (30/9).
Menurutnya, jumlah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ada di museum TPKS mencapai 600 jenis, namun sebanyak 400 diantaranya belum memiliki label.
” Pelabelan ini akan kita kebut dalam waktu dekat,” katanya.
Pelabelan dilakukan sebagai langkah untuk mempermudah masyarakat dalam mempelajari sejumlah peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Menurut Anthoni, usai dilakukan pelabelan, sejumlah peninggalan bersejarah tersebut akan dipajang di museum TPKS dan bisa dipelajari masyarakat dengan mudah. Pihaknya sedang melakukan pembangunan panggung yang akan digunakan untuk menggelar seni budaya sebagai upaya manarik minat masyarakat ke museum.
“Kita lihat selama ini untuk pengunjung sudah banyak, namun lebih ke taman. Sedangkan ke museumnya masih minim. Dalam satu minggu saja berkisar hanya 500 orang saja yang didominasi anak-anak muda,” katanya.
Dalam proses pelabelan sendiri, pihak Pengelola TPKS bakal melibatkan sejumlah akademisi dan penggiat sejarah dan budaya di Sumsel.
Selain itu pihaknya juga meminta masukan pihak terkait kegiatan Museum yang diminta jangan sifatnya monoton.
“Saya lihat seperti kita miskin kegiatan itu sedangkan pusat gregetnya agak besar dengan memberikan bantuan ke museum.Saya harap museum kita bisa rame dan menjadi lokasi orang belajar, kita harus tahu nilai sejarah yang kita miliki,” katanya.
Sedangkan sejarawan Sumsel , Kemas Ai Panji menyambut baik upaya yang dilakukan pihak pengelola TPKS. “Memang harus diberi label agar masyarakat bisa mempelajari sejarahnya. Pelabelan menjadi kunci utama dalam menularkan sejarah Sriwijaya kepada generasi muda.
“Tentu didukung dengan konsep yang milenial atau zaman kekinian. Bisa saja membuat pergelaran seni, namun bisa juga dengan menyedikan spot foto agar anak muda tertarik untuk berkunjung ke museum dan mempelajari sejumlah koleksinya,” katanya.#osk