in

Komunikasi dan Citra Diri

Larry King menulis,  “Baik atau buruk seseorang adalah apa yang dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya. Cara berkomunikasi yang digunakan menentukan status sosial dan kesuksesan seseorang.” 

Teringat dengan cerita teman yang pernah memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan seorang guru besar yang mengeluarkan kata-kata tidak pantas, bahkan terkesan merendahkan. Padahal, sang guru besar tentunya bukanlah tidak tahu cara berkomunikasi yang baik. 

Namun, dengan rasa kecewa teman tersebut sudah menilai buruk sang guru besar. Barangkali banyak juga yang memiliki pengalaman buruk dengan cara berkomunikasi seseorang. Sehingga, tepatlah apa yang dikatakan Larry King di atas. Kita akan mengatakan seseorang itu orang baik dari apa yang dikatakan dan cara bicaranya meski baru pertama bertemu. 

Sebaliknya, kita akan mengatakan seseorang tidak menyenangkan atau kurang baik hanya ketika seseorang bicara dan memperlihatkan wajah kurang menyenangkan pada kita. Memang begitulah proses komunikasi, dia akan dimaknai “terserah” oleh komunikan atau oleh lawan bicara.

Lantas, apa sebetulnya komunikasi yang dampaknya begitu besar terhadap cara kita menilai seseorang, bahkan penilaian terhadap sebuah organisasi, perusahaan, institusi, daerah, wilayah bahkan negara. Sehingga siapa saja yang dapat mengoptimalkan dan menjadikan komunikasi sebagai aset, maka akan menghasilkan kesuksesan dan kemajuan bagi individu, organisasi, perusahaan  dan daerah. 

Sebetulnya komunikasi merupakan potensi lahiriyah atau fitrah Yang Maha Kuasa diberikan kepada setiap makhluk bernyawa. Dengan komunikasilah manusia dan makhluk lainnya itu ada dan dapat bertahan. 

Dalam hal ini kita hanya menyoroti komunikasi yang dilakukan manusia, karena manusia diberikan kelebihan akal dan pikiran untuk dapat mengoptimalkan aspek komunikasi. 

Ketika kita sedang berkomunikasi dengan orang lain, kita berharap apa yang kita katakan atau sampaikan dapat diterima dengan baik. Sebaliknya, lawan bicara kita juga melakukan umpan balik yang sama. Namun, komunikasi tidak hanya sekadar tersampaikan dan diterima lawan bicara. Komunikasi harus menyentuh sampai ke aspek bagaimana pesan yang kita sampaikan menyenangkan bagi yang mendengarnya. Artinya, tidak hanya sekadar sampai, namun juga menyenangkan. Di sinilah orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi akan dapat menentukan kualitas seseorang.

Kualitas seseorang dalam berkomunikasi tidak dapat ditentukan oleh usia, jabatan, status bahkan keturunan. Dia akan terasah oleh kemauan untuk senantiasa menghargai orang lain tanpa pandang bulu. 

Ada formula sederhana yang bisa diikuti siapapun untuk dapat mewujudkan citra diri yang baik, sehingga komunikasi akan efektif dan menyenangkan bagi yang mendengarnya. 

Formula ini, pertama respect kepada lawan bicara. Artinya kita menghargai dan memiliki rasa hormat pada siapapun, baik kita sebagai orang yang berbicara (komunikator) maupun sebagai pendengar (komunikan) tanpa membeda-bedakan siapa yang kita hadapi. 

Menghargai dan rasa hormat akan tampak dari cara bicara, dan tentunya harus selaras dengan bahasa tubuh. Terkadang formula pertama ini banyak menyebabkan kegagalan berkomunikasi, sehingga menimbulkan kesan baik atau malah sebaliknya terhadap seseorang. 

Kedua, empati kita bangun untuk dapat lebih memahami dan berusaha memosisikan diri dalam posisi orang lain atau orang yang sedang kita ajak bicara. Tanpa empati kita terkesan memaksakan diri dan tidak mengetahui kondisi lawan bicara. 

Cara yang ampuh membangun empati dengan lebih banyak mendengar dan memberi solusi tepat, sehingga lawan bicara mendapatkan kenyamanan ketika berbicara dengan kita. 

Ketiga, audible yang artinya pesan yang disampaikan harus dapat didengar dengan baik tidak harus dengan suara keras. Namun, suara dapat terdengar dan nyaman bagi yang mendengarnya, sehingga lawan bicara dapat menangkap semua informasi yang disampaikan. 

Berhati-hati dengan suasana bising dan ramai, karena bisa mengganggu penyampaian pesan. Jangan percaya sepenuhnya dengan anggukan lawan bicara terkadang belum sepenuhnya mereka paham dengan apa yang kita sampaikan.

Keempat, clarity yang artinya pesan yang disampaikan harus jelas, baik makna maupun cara menyampaikannya sehingga mudah dipahami bagi yang mendengarkan. Upayakan tidak berbelit-belit. Kita juga harus hati-hati dengan ucapan “cukup jelaskan”, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi yang mendengarkan.

Kelima, humble. Artinya, kita memiliki sikap rendah hati, santun dan ramah. Tentunya lawan bicara akan merasa nyaman, dihargai dan mengingat kita sebagai sosok yang menyenangkan. Hal ini dapat tergambar dari cara kita bicara, pilihan kata-kata yang tidak menyakitkan atau menyinggung, sikap kita saat bicara, cara kita memposisikan lawan bicara dan dukungan dari seluruh anggota tubuh. 

Keramahan akan sangat terlihat dari wajah, karena wajahlah muara dari segala pikiran dan hati. Lawan bicara akan cepat memaknai sesuatu dari wajah orang yang dihadapinya. Agar formula ini dapat maksimal awali dengan niat yang baik. Tanpa niat, semuanya akan sia-sia dan tampak seperti tidak alamiah, sehingga  komunikasi yang kita bangun akan menunjukkan siapa kita.

Tidak untuk menyenangkan lawan bicara, dan tidak untuk menarik simpati. Harapannya komunikasi yang kita lakukan merupakan cerminan diri. Tentunya cerminan diri yang baik akan dapat tergambar dari  komunikasi yang baik pula. 

Lagi-lagi mengutip kata-kata bijak “Berhati-hatilah dengan kata-kata dan perbuatan. Jika sudah melukai hati seseorang bagaikan sebuah paku yang menancap pada kayu meskipun sudah dicabut tetap meninggalkan bekas.” 

Sadar atau tanpa kita sadari meski sudah meminta maaf, namun kata-kata tersebut akan terus diingat betapa dahsyat kekuatan komunikasi. Dia ibarat dua mata pisau, bisa digunakan melejitkan dan menyukseskan siapapun, namun juga bisa jadi malapetaka bagi yang mengabaikan dan tidak mempergunakan dengan tepat. 

Tentunya, pilihan ada pada kita semua, sisi mana yang mau dipakai. Karena tidak ada seorangpun yang tidak melakukan komunikasi. Komunikasi akan senantiasa ada dalam setiap denyut kehidupan kita. Komunikasi tidak hanya sekadar pemenuhan kebutuhan hidup, namun dapat melejitkan bahkan menyukseskan seseorang. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Kabar Gembira! Penerbangan Rute Tanjungpinang-Melaka Sudah Dibuka

Pemerintah Ancam Blokir WhatsApp