* Dampak Sistemik Kehidupan Masyarakat Sipil
Jakarta ( Berita ) : Konflik di berbagai belahan dunia telah berada pada situasi sangat memprihatinkan karena melibatkan banyak pihak yang saling berebut pengaruh dan kepentingan sehingga mengakibatkan dampak sistemik dalam kehidupan masyarakat sipil.
“Saya melihat bahwa kini konflik di berbagai kawasan melibatkan bukan lagi dua atau tiga pihak, tapi berupa kelompok-kelompok yang terdiri atas 15, 20 bahkan 40 pihak. Dan ini menunjukkan kecenderungan yang memprihatinkan,” kata Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Peter Maurer pada diskusi dengan media di Jakarta, Selasa [21/3].
Dia menjelaskan bahwa ICRC yang kini berusia 150 tahun telah melewati berbagai peristiwa konflik dan perang, mulai dari Perang Dunia I dan II, pembantaian etnik di sejumlah negara, perang kemerdekaan, konflik di Rwanda dan lainnya. “Saya jarang melihat banyak konflik yang terjadi dalam waktu yang sama, yang melibatkan banyak negara seperti yang terhadi di Syria,Yaman, Ukraina, dan Myanmar,” kata Peter.
Dia menjelaskan bahwa dalam sudut pandang hubungan internasional, konflik dan peperangan yang kini pecah di berbagai kawasan telah membagi kekuatan diplomatik dan politik global yang memunculkan “super power”, yakni Amerika Serikat, China dan Rusia. Sementara di kawasan Timur Tengah ada Turki, Mesir, Arab Saudi dan Iran.
Karena itu, kekuatan dunia kini telah terbagi-bagi yang semakin memperumit konflik dan menyebabkan dampak yang lebih besar bagi masyarakat sipil. “Konflik dan perang telah menyebabkan dampak sistemik pada pendidikan dimana banyak anak-anak yang tidak dapat pergi ke sekolah dan masyarakat tidak mendapat pelayanan kesehatan yang layak,” ujar Peter.
Selain itu, konflik dan perang semakin rumit karena telah merambah ke daerah perkotaan seperti yang terjadi di Kota Aleppo di Suriah dan Kota Sana’a di Yaman. Akibatnya banyak bangunan vital seperti rumah sakit dan pembangkit listrik hancur sehingga masyarakat tak lagi bisa menggarap ladang pertanian karena sistem pengairan tidak dapat dijalankan.
Presiden ICRC berkunjung ke Indonesia guna menjajaki kerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam bentuk yang berbeda dari sebelumnya. Lembaga internasional ini akan belajar banyak dari pengalaman Indonesia dalam menyelesaikan konflik dan mengatasi dampaknya di masyarakat.
Peter Maurer ke Indonesia bersama Kepala Delegasi Kawasan ICRC untuk Indonesia dan Timor Leste, Christoph Sutter. ICRC merupakan organisasi kemanusiaan independen yang menjalankan misi bantuan dan perlindungan bagi korban konflik dan tindak kekerasan lainnya yang terjadi di seluruh dunia, sesuai yang dimandatkan pada Konvensi Jenewa 1949. (ant )