KPK, kita tahu kependekan dari Komite Pemberantasan Korupsi. Gal Gadot, bagi yang belum terlalu akrab, adalah nama artis pemeran film Wonder Woman. KPK dan Gal Gadot kini lagi ramai dibicarakan, dengan dua persamaan :
keduanya seksi dan sekaligus sakti. Keseksian Gal Gadot , kita tahu, bisa terlihat karena bentuk tubuh pemain yang bisa main silat dan sekaligus model ini memang gambaran ideal tokoh perempuan yang mengagumkan.
Termasuk keberanian dan kesaktiannya. Tokoh Wonder Woman tak terlalu asing, karena tokoh yang nama aslinya Diana Prince ini, sudah hadir dalam bentuk kartun di layar televisi sekitar tahun 90an.
Komik produksi DC Comics ini jauh lebih awal menyapa pembaca. Keseksian KPK terutama karena daya tariknya. Kiprahnya memerangi korupsi dengan ott—operasi tangkap tangan, banyak disorot.
Demikian juga nama-nama yang berhasil dibuka kedoknya yang berasal dari berbagai kalangan para pesohor dan pejabat, membuat KPK makin dibicarakan. Termasuk belakangan ini ketika ada panitia angket dari anggota legislatif yang mempermasalahkan keberadaan KPK.
Yang dikemukakan adalah untuk penguatan peran dan posisi KPK, namun sebagian masyarakat tidak mempercayai. Justru sebaliknya sebagian masyarakat tadi menganggap ini pelemahan atas KPK. Sebagian dari mereka ini menyampaikan dukungannya dengan mendatangi gedung KPK di daerah Kuningan, Jakarta.
Sebagian dari mereka diterima pimpinan KPK, dan menyatakan pendapat masing-masing. Sebelum akhirnya menemui wartawan. Saya termasuk yang ikut, dan masih bertemu beberapa teman setelah sekian tahun lalu, sejak KPK “jilid satu”. Sebagian sudah pensiun. Dan suasana masih sama.
Halaman depan dipenuhi berbagai massa, berbagai kepentingan. Terutama para wartawan yang dengan kamera dan lampu dan sangat sigap pada tamu undangan—yang datang sebagai saksi atau terdakwa.
Mereka selalu bergegas, dan warna serta suasana itulah yang selalu terlihat di televisi,atau potret adegan di koran. Selebihnya—dan ini cukup banyak, yang datang untuk kepentingan pribadi: berpotret bersama, bertemu dan ikut dalam arus.
KPK sejak lama menjadi sumber berita, dan masih selalu diperhatikan siapa yang datang sebagai apa, dan keluar lagi masih sama atau dengan jaket yang menandai sebagai terdakwa. Suasana tergesa, wartawan dengan kamera juga cahaya, kerumunan banyak , tak berubah sejak dulu.
Agaknya masih akan begitu. Atau diharapkan masih selalu ada berita dari KPK, termasuk adanya istilah “Jumat keramat”, mereka yang diperiksa pada hari Jumat tak bisa pulang ke rumah. Bukan karena kita suka ada koruptor tertangkap, melainkan karena ternyata upaya penangkapan masih terus berlangsung.
Sampai di sini, keberadaan KPK terasa positif di masyarakat. Tidak persis sama kehadiran tokoh yang diperankan Gal Gadot juga positif. Gadis cantik yang bisa aman tentram hidupnya memilih menjadi penyelamat peperangan—perang kelas dunia.
Dan film Wonder Woman ini nyatanya laris manis di seantero jagat—termasuk di sini. Dari segi kesuksesan ini mudah diperkirakan akan menyusul “jilid dua”, “jilid tiga”, atau sequel-sequel lainnya, sebagaimana judul lain yang sukses seperti Rambo, Spider Man, Superman, atau berbagai super hero.
Dan tidak kehabisan cerita, karena permasalahannya selalu ada—selalu masih ada.
Demikian juga KPK yang masih bisa terus beraksi, karena tindak korupsi masih saja ada. Dan selama “aksinya” baik dan benar di mata masyarakat, ia akan didukung.
Seperti yang terjadi Kamis (15/6/17) kemaren, dan berharap pada hari-hari berikutnya. Kita masih memerlukan jagoan, jawara, ketika keadaan kurang aman dan kurang nyaman. Dalam kenginan seperti pada film, atau pada kenyataan.