Untuk mengantisipasi kecelakaan di laut selama libur lebaran Idul Fitri 1444 H, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Teluk Bayur, menggelar Sosialisas Keselamatan Pelayaran Pada Kapal Wisata Tradisional Dalam Rangka Menghadapi Liburan Idul Fitri 1444 H di Wilayah Provinsi Sumatera Barat, Jumat (14/4/2023).
Bertempat di Ballroom Hotel Mercure, sosialisasi tersebut dibuka oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, dan diikuti oleh puluhan pengusaha kapal laut tradisional yang beroperasi di sekitar pantai barat Sumbar, mulai dari Pessel hingga ke perairan Air Bangis, Pasaman Barat.
Sosialisasi yang tutur dihadiri perwakilan Direktorat Polisi Air dan Udara Polda Sumbar, serta instansi terkait lainnya itu, diawali pembagian life jacket secara simbolis kepada pengusaha kapal laut tradisional oleh Gubernur Mahyeldi, Kepala KSOP Teluk Bayur, Wigyo S Sos MH, perwakilan Polda Sumbar dan sejumlah pejabat terkait lainnya.
Gubernur Mahyeldi menyampaikan bahwa sosialisasi kepada pengusaha-pengusaha kapal ini perlu dilakukan, karena sebentar lagi akan memasuki libur lebaran. Dan, tentunya tahun ini, jumlah kunjungan ke lokasi wisata kepulauan seperti di Pariaman dan Pessel, akan meningkat dibanding tahun 2022 lalu.
Mahyeldi berharap angkutan kapal di kepulauan di perairan Sumbar harus lebih safety dalam hal menjamin keselamatan penumpang. Pemprov Sumbar pun bertekat mewujudkan zero accident di tempat-tempat wisata kepulauan selama masa libur lebaran taun ini.
“Jangan sampai pengalaman tahun lalu terulang. Karena, pernah terjadi beberapa kejadian di perairan Sumbar. Bahkan, sampai ada korban jiwa. Maka dari itu, kita tidak ingin adanya kecelakaan lagi di laut, apalagi sampai menyebabkan korban jiwa. Makanya, sosialisasi ini penting dilakukan. Kami pun, mengapresiasi KSOP Teluk Bayur yang telah menggelar sosialisasi ini,” kata Mahyeldi.
Kepala KSOP Teluk Bayur, Wigyo mengatakan sosialisasi keselamatan pelayaran pada kapal wisata tradisional ini merupakan tindaklanjut dari arahan Gubernur, bagaimana Sumbar bisa mewujudkan zero accident pada lokasi wisata kepulauan. Untuk itu, gubernur pun meminta pihak terkait, termasuk KSOP Teluk Bayur, ikut terlibat dalam mewujudkan zero accident tersebut.
“Arahan Pak Gubernur ini, tentunya juga menjadi tugas dari KSOP Teluk Bayur yang bertanggung jawab juga untuk menciptakan pelayaran yang aman, efisien sesuai amanat UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. Maka dari itu, kami akan fokus pada angkutan kapal wisata tradisional sesuai dengan arahan Pak Gubernur dalam hal mewujudkan zero accident,” katanya.
Dalam mewujudkan zero accident itu, KSOP Teluk Bayur, sebut Wigyo, membagikan sebanyak 300 life jacket kepada pengusaha kapal tradisional. Pembagian left jacket secara gratis ini dilakukan dengan harapan, dapat membangun budaya keselamatan pelayaran. Baik oleh para pengusaha kapal tradisional, maupun operator kapal-kapal yang melayani para wisatawan yang berkunjung ke tempat-tempat wisata kepulauan.
“Budaya keselamatan pelayaran ini, sebenarnya bukan hanya memenuhi aspek formal saja, tetapi adalah kewajiban dan kebutuhan kita bersama. Memang, pembinaan-pembinaan perlu dilakukan kepada pengusaha kapal maupun operator kapal-kapal tradisional. Karena, setiap kapal dalam berlayar minimal harus memiliki alat-alat keselamatan seperti left jacket, radio komunikasi, pompa air dan alat pemadam kebakaran,” ujarnya.
Kenyataan selama ini di lapangan, kata Wigyo melanjutkan, pada umumnya di kapal-kapal tradisional yang tersedia hanya life jacket. Sedangkan untuk radio komunikasi, operator kapal hanya menggunakan handphone. Padahal, handphone blank area dan di laut terdapat banyak spot-spot kosong.
“Makanya, dalam sosialisasi kami di KSOP Teluk Bayur, mendorong bagaimana kapal-kapal tradisional ini memiliki alat-alat keselamatan yang harus dipenuhi. Dan, sosialisasi ini juga sangat bermanfaat bagi pengusaha maupun operator kapal tradisional, terutama dapat menambah pemahaman mereka,” ungkap Wigyo.
Wigyo juga mengimbau para wisatawan yang datang ke lokasi wisata pulau di Sumbar, untuk dapat menolak kapal yang tidak memenuhi syarat. Pilihlah kapal yang memenuhi syarat. Karena ini juga bagian dari proses pembinaan dari masyarakat untuk mengubah budaya keselamatan berlayar.
Imbauan ini disampaikan, karena risiko berlayar di Sumbar ini cukup tinggi. Karena Sumbar lautan lepas, Samudera Hindia. gelombang haluannya cukup tinggi, meskipun ombaknya tak seekstrim di Bengkulu atau di Selatan Pulau Jawa. Tapi alunnnya di Sumbar cukup mematikan.
“Banyak kapal kecil tenggelam, dan itu bukan karena gelombang tinggi, tapi karena patahan alunnya itu. Ini yang harus diwaspadai,” bebernya.
Ia mengatakan, ada beberapa daerah di Sumbar yang berpotensi terjadi accident, yaitu di Pariaman, Mandeh di Pessel dan Pasaman Barat. Di Pariaman, jelas Wigyo , dari 2 tempat sandar menuju tempat wisata Pulau Angso Duo, ombaknya cukup ekstrem dan ketersediaan alat keselamatan minim. Salah satunya, life jacket.
“Makanya, peserta sosialisasi ini juga ada pengusaha kapal di Pariaman. Dan, kita pun juga bagikan kepada mereka left jacket. Jika terjadi musibah seperti kapal tenggelam, paling tidak ada upaya penyelamatan yang bisa dilakukan, sebelum upaya evakuasi dilakukan,” katanya.
Kemudian di Pasaman Barat, yaitu di Air Nangis, potensi kecelakaan disebabkan oleh alunnya yang luar biasa. Apalagi, di Air Nangis itu juga ada Pulau Panjang yang berpenghuni, dan banyak masyarakat di pulau itu yang memanfaatkan kapal tradisional untuk menopang kegiatan sehari-sehari masyarakat, seperti sekolah, ke pasar dan lain sebagainya.
Selanjutnya, di Mandeh yang menjadi tempat kunjungan wisata kepulauan yang begitubprimadona selain Pariaman, pada umumnya kapal-kapal tradisional yang digunakan untuk wisatawan, sebetulnya kontruksi kapal tersebut adalah kapal nelayan yang didesain untuk mengangkut penumpang, dan ini diwaspadai juga oleh alat-alat keselamatannya.
“Untuk itu, jelang lebaran ini, kami dari KSOP akan cek ke lapangan untuk mengetahui sejauhmana kesiapan di masing-masing tempat yang berpotensi accident tersebut. Dan kita, juga cek semua peralatannta, SDM operatornya, sampai koordinasi dengan instansi terkait, selain institusi penyelamat seperti SAR, Pol Air, TNI AL yang selama ini telah menopang dan membantu di dalam evakuasi kapal,” pungkasnya.(*)