Kebiasaan masyarakat menamai sebuah objek, seperti buah-buahan, berdasarkan bentuknya juga terjadi di Kabupaten Limapuluh Kota. Di sana, ada buah durian yang dinamai dengan durian timbago (tembaga) dan durian cik kudo (tahi kuda). Seperti apa rasa dan keunikannya?
Deretan penjual durian berjejer di sepanjang jalan pusat Kota Payakumbuh hingga ke jalan-jalan utama di Kabupaten Limapuluh Kota. Hal itu penanda bahwasanya musim durian telah tiba.
Beragam durian dengan cita rasa yang khas menghadirkan kepuasan bagi para penikmatnya. Ada yang suka dengan durian yang manis ada yang juga suka dengan rasa manis sedikit sepat atau ada pahit-pahitnya.
Tidak hanya buah durian, kebiasaan masyarakat di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota (Luak Limopuluah, red), memakan buah durian dengan lemang, berupa beras ketan yang dimasak dalam ruas pohon bambu dengan cara memanggang hingga matang. Biasanya pedagang lemang juga mendapatkan kesempatan mencicipi berkah musim durian.
Lemang yang dimasak dalam buluh bambu sepanjang sekitar satu meter itu, nantinya akan dijual secara terpisah dalam potongan-potongan sesuai permintaan pelanggan. Harganya mulai dari ukuran paling kecil sekitar 15-20 centimeter sekitar Rp15 ribu hingga Rp20 ribu.
Kembali pada buah durian, pedagang menawarkan dengan berbagai jenis durian. Namun tidak ada yang tahu persis seperti apa rasa dari masing-masing buah durian. Namun sebagian masyarakat yang piawai dalam menandai buah yang manis, setidaknya mampu menebaknya.
“Kadang juga tidak tepat perkiraannya, ada yang kurang manis, hambar dan bahkan ada yang busuk. Namun cara paling aman membeli durian dengan membuka dan memakannya di tempat penjual. Sehingga saat membuka, jika isinya tidak manis atau busuk, si penjual biasanya akan menggantinya dengan yang lain,” kata Romizal, penikmat dan sekaligus pemilik pohon durian.
Secara umum, durian yang jatuh dari pohon karena sudah matang rasanya sudah pasti manis dan memiliki cita rasa yang khas. Bahkan, untuk durian yang banyak ditanam masyarakat, perbedaan rasa buahnya karena berbeda pohon saja.
Berbeda dengan durian bawor atau musang king yang saat ini banyak dibudidayakan, durian yang ada di Payakumbuh dan Limapuluh Kota sudah sangat memuaskan bagi masyarakatnya. “Durian timbago dan durian mentega, Masya Allah, rasanya benar-benar lezat,” kata Romizal.
Durian timbago, warna daging buahnya seperti mendekati warna tembaga keemasan dengan tekstur yang lembut dan kental dengan kadar air yang sedikit. Kemudian, ada durian lilin dengan warna lebih putih bersih dengan rasa manis dan kadar air yang lebih tinggi atau lebih encer.
Selanjutnya, ada juga durian yang dinamai durian mentega, seperti mentega, lembut dan sangat manis. Banyak lagi nama-nama durian, selain dari rasa juga dari bentuk buah. Durian jantuang misalnya, durian ini bentuk buahnya menyerupai jantung pisang, lebih panjang dan besar.
“Ada juga durian cik kudo, yang ukurannya kecil, bijinya kecil, daging buahnya juga sedikit, namun manisnya luar biasa. Begitulah sejumlah rasa dan nama durian yang kita kenal dari masyarakat secara turun temurun,” sebut pria yang biasa disapa Ombak ini.
Tidak sampai di situ, di sepanjang jalan perbatasan Limapuluh Kota dan Kabupaten Agam, persisnya di sepanjang jalan Payakumbuh-Bukittinggi di Jorong Piladang, Nagari Koto Tangah Batu Ampa, Kecamatan Akabiluru, terlihat lapak-lapak kecil dari kayu di pinggir jalan membuka lapak durian.
Durian yang dijual di pinggir jalan ini, memang harganya sudah sedikit lebih mahal dibandingkan dibeli langsung kepada pemilik pohonya. Hanya saja, akan sulit mengetahui dimana saja pohon durian sedang musim. Namun bagi masyarakat di Limapuluh Kota, biasaya kantong-kantong penghasil durian tentu saja sudah diketahui dengan pasti.
Durian mudiak misalnya, asal durian dari Kecamatan di Suliki, Guguak, Bukit Barisan dan sejumlah daerah lainnya di kawasan utara Limapuluh Kota. Kemudian ada durian loban di Kecamatan Lareh Sago Halaban, durian situjuah di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan nagari-nagari lainnya yang masih memiliki banyak pohon durian.
Tidak hanya dipasarkan di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, saat musim durian, pedagang juga menjualnya hingga ke Pekanbaru, Provinsi Riau. “Berangkat malam ini, besok pagi sampai di Pekanbaru,” ucap Mardi salah seorang pedagang durian di Situjuah Limo Nagari. (***)