in

Luas Lahan Bawang Putih di Solok Berkurang

Ilustrasi.(Jawapos)

Sebagai daerah yang didapuk sebagai sentra pertanian bawang, pembudidayaan bawang putih masih kurang di Kabupaten Solok. Ini berbanding terbalik dengan bawang merah. Hal ini harus disikapi Pemkab Solok.

“Kita sedang mengupayakan mengembangkan bawang putih khususnya di kawasan potensialnya, seperti di Lembah Gumanti dan Danau Kembar,” ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Kenedy Hamzah.

Dari tahun ke tahun, luas lahan bawang putih tahun 2021, sebesar 102 hektare dengan produksi sebanyak 1.101 ton. Namun, tahun 2022 turun hingga 97 hektar dengan jumlah produksi hanya 905 ton.

“Data 2023 masih direkap, tapi kurang lebih sama dengan tahun 2022, karena tidak ada penambahan lahan yang signifikan,” jelasnya.

Berkurangnya lahan tanam bawang putih, tentu cukup disayangkan. Karena selama ini beberapa kawasan di Kabupaten Solok khususnya di pegunungan, sangat cocok untuk budidaya bawang putih. Seperti Kecamatan Lembang Jaya, Lembah Gumanti dan Danau Kembar.

“Kita membantu bibit dengan varietas Lumbu Hijau dan plastik mus untuk budidaya bawang putih, dan saat ini prosesnya sedang berjalan,” tambahnya.

Kemudian, ia juga berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya, untuk memberikan bantuan melalui pemerintah nagari berupa bibit, mulsa, pupuk, pestisida, rumah pengeringan bawang, dan traktor untuk mengolah lahan. Serta peralatan pascapanen dan pelatihan tentang tata cara pemanfaatan teknologi dalam bertani.

Adapun kurangnya minat petani dalam menanam bawang putih merupakan salah satu kendala yang dihadapi Pemkab Solok saat ini. Alasan kenapa petani enggan budidaya bawang putih yakni panen bawang putih mencapai empat bulan, lebih lama dari bawang merah.

Untuk menumbuhkan minat petani agar menjalankan program pemerintah dalam keseluruhan komoditi, pihaknya selalu mengupayakan memperkenalkan hasil penelitian dari badan penelitian terkait perihal penggunaan teknologi pertanian, sebab pertanian di Kabupaten Solok saat ini sudah masuk ke zona industri.

Ia mengakui, hasil penelitian dari Badan Litbang itu sebenarnya masih belum banyak diketahui masyarakat, terutama tentang benih unggul produk hortikultura lainnya. Akibatnya masyarakat petani masih banyak yang menggunakan bibit secara serampangan dan tentu saja hasilnya tak maksimal.

“Sesuai arahan bupati, kita akan memaksimalkan pemberdayaan petani tahun ini dengan pelatihan langsung kepada berbagai kelompok tani, kita sudah lakukan pendataan dan pemetaan komoditi juga,” tukasnya. (frk)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Bawaslu Minta APK Dipasang Sesuai Zonasi

BPBD Muara Enim dirikan 45 posko banjir layani warga