(Gosip-gosip itu) boleh jadi motivasi tetapi jangan jadi halangan untuk maju
Jakarta (ANTARA) – Seniman lulusan Institut Teknologi Bandung Peter Rhian menghadirkan salah satu lukisan karya maestro Basoeki Abdullah ke dalam karakter ciptaanya, Redmiller Blood, melalui lukisan berjudul “Soaring in the sky”.
Karya ini dia pamerkan dalam “ArtMoments Jakarta”, sebuah acara tahunan yang menyatukan para penggemar seni dan kolektor dengan galeri-galeri ternama dan dijadwalkan berlangsung mulai hari ini hingga 20 Agustus 2023 di Grand Ballroom Hotel Sheraton Grand Jakarta Gandaria City.
“Ide utama sebagai tribute dari lukisan aslinya. Tetapi Redmiller ini memiliki kisahnya sendiri,” kata Peter di Jakarta, Jumat.
Baca juga: “Beyond The Limit”, ekspresi seniman lukis penyandang cerebral palsy
“Ketika aku riset untuk lukisan Basoeki Abdullah sebenarnya lukisan ini berkisah tentang perjuangan, proses kehidupan manusia yang relate dengan kehidupan Redmiller,” ujar Peter.
Karakter Redmiller Blood digambarkan sebagai sosok animasi menggemaskan dengan rambut merah dan mata besar yang sebenarnya merupakan refleksi dari hasrat manusia yang ingin dicintai, dianggap berani, dan diterima lingkungan masyarakatnya.
Tetapi kadang, manusia menggunakan topeng terlalu banyak agar bisa diterima lingkungan dan ini mengorbankan identitas sehingga berakibat ke kesehatan mentalnya.
Tetesan air mata pelangi ini menjadi penggambaran bahwa seterpuruk-terpuruknya hidup manusia, asalkan dia masih memiliki tekad, harapan pada Tuhan maka akan mendapat akhir bahagia.
“Ini menggambarkan kejiwaan Redmiller yang down, insecurity, depressed-nya yang terkadang itu kita rasakan tetapi tidak diceritakan pada orang,” tutur dia.
Dalam lukisan “Soaring in the sky” ciptaanya, karakter Redmiller Blood tampak ditemani bebek-bebek yang mencoba mengangkatnya dari atas burung kardus bertuliskan “fragile“.
“Burung kardus itu sebenarnya melambangkan kehidupan manusia yang sangat fragile, singkat. Tetapi apakah betul orang-orang di sekitar kita benar-benar menolong? Penggambarannya secara komedi bahwa kehidupan itu diketawain saja kalau ada sial-sialnya,” jelas Peter.
Melalui karakter ciptaannya itu, Peter ingin menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental sekaligus mengingatkan mereka agar jangan mudah menyerah.
Lukisan ini berkisah tentang proses perjuangan manusia baik yang sudah mencapai garis akhir ataupun belum.
Dalam lukisan, karakter Redmiller tampak berada di atas kuda yang sedang terjatuh. Di sekitarnya, tampak bunga-bunga dengan ekspresi wajah tertawa.
Baca juga: Memaknai hubungan alam dan ego manusia melalui karya “In Another Land”
Melalui lukisan ini, dia ingin menyampaikan pesan agar orang-orang sebaiknya jangan menganggap serius gosip-gosip tentang dirinya di luar sana.
“(Gosip-gosip itu) boleh jadi motivasi tetapi jangan jadi halangan untuk maju,” tutur Peter.
Peter mengatakan perlu waktu sekitar satu bulan untuk menyelesaikan kedua lukisannya. Dosen desain komunikasi visual di Universitas Kristen Maranatha itu telah berpartisipasi dalam sejumlah pameran di tingkat nasional dan berbagai negara seperti Hong Kong, Shang Hai, New York, Korea Selatan, Australia.
“Saya berharap Redmilller jadi movement, reminder bahwa masyarakat tidak men-defined siapa diri kalian tetapi kitalah yang memberi corak pada masyarakat tempat kita tinggal,” demikian kata Peter ketika ditanya harapan melalui karakter ciptaannya.
Sementara itu, selain lukisan karya Peter, pameran “ArtMoments Jakarta” juga menyajikan karya seniman-seniman ternama lainnya termasuk seniman Jepang Miwa Komatsu (disajikan oleh Whitestone Gallery), Arkiv Vilmansa (disajikan oleh G3N Project x Museum of Toys), seniman kontemporer Indonesia yang dikenal secara internasional Eko Nugroho dan Heri Dono (disajikan oleh The Columns Gallery).
Pameran yang menampilkan 25 galeri seni nasional dan internasional yang terkemuka itu terbuka untuk masyarakat umum pada 19 dan 20 Agustus 2023 dengan tiket masuk Rp100 ribu untuk umum dan Rp50 ribu untuk mahasiswa.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023