in

Mahasiswa KKN Unand, Lestarikan Kareh-kareh Desa Lunto

Oleh: Yarsi Wulandari (Pendidikan Dokter Gigi Unand) dan Dessi Rahmaputri (Hukum Unand)

Bagian dari pengabdian terhadap masyarakat dalam rangkaian program Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa beberapa Fakultas Universitas Andalas (Unand) bersama masyarakat Desa Lunto Barat, Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto, lestarikan makanan khas daerah setempat.

Makanan tradisional yang dikenal dengan sebutan Kareh-kareh, merupakan cemilan yang kerap disajikan pada momentum tertentu seperti suasana hari lebaran. Makan yang merupakan warisan nenek moyang sejak lama itu, terus dilestarikan hingga saat ini dan menjadi sajian wajib pada saat lebaran.

Ibu Linda yang menjadi mentor mahasiswa KKN mempelajari proses pembuatan Kareh-kareh, menyebut makanan khas Lunto Barat itu memiliki keunikan. Proses pengolahan hingga jadi, memiliki daya tarik tersendiri bagi mahasiswa KKN untuk melakukan pembuatan makan tradisional tersebut, Sabtu 12 Agustus 2023 lalu.

Makanan Kareh-kareh, terbuat dari bahan dasar tepung beras dan gula pasir yang kemudian diaduk menjadi adonan. Memanfaatkan alat tradionsional unik berupa tempurung kelapa yang sudah dilubangi, merupakan pemandangan yang memberikan ketertarikan tersendiri terhadap 26 orang mahasiswa KKN.

Adonan dimasukkan ke dalam alat unik ini, pada posisi menggantung di atas wajan berapi sedang. Proses pembuatannya pun begitu menarik, dengan mengetuk-ngetuk tangkai alat pencetaknya agar adonan bisa mengalir masuk ke wajan dan dapat dibentuk dengan rapi. Bunyinya pun menjadi musik tersendiri pada proses pembuatan.

Selain proses pembuatan yang sangat menarik perhatian, bentuk dari makanan ini pun sangat menggugah selera. Bentuk khas dari makanan ini adalah seperti sarang burung yang berlapis ranting halus dengan warna khas karamel gula, kecoklatan. Tekstur yang renyah serta rasa yang manis menambah kelezatan makanan ini.

Bentuknya pun beragam, ada yang bulat dan tidak dilipat, ada yang dilipat sehingga berbentuk seperempat lingkaran, serta ada pula yang digulung, tergantung pada permintaan. Pembuatannya membutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk memperoleh bentuk Kareh-kareh yang baik.

Tidak hanya itu, ternyata selain dimakan saat bertekstur renyah, makanan ini juga memiliki rasa yang unik saat bertekstur “liyok” (Tekstur lembek dalam bahasa setempat). Penyimpanan Kareh-kareh pun tidak memerlukan perlakuan yang khusus.

Kareh-kareh dapat bertahan lama, hingga satu tahun setelah proses produksi.
Pelestarian makanan tradisional terutama di daerah-daerah seperti Desa Lunto Barat dan desa lainnya di Sumatera Barat, sangat penting agar generasi muda tetap bisa mengetahui betapa kaya dan beragamnya budaya negerinya.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN Unand berupaya untuk bisa melestarikan dan memberdayakan keanekaragaman budaya terutama makanan khas Nagari Lunto berupa Kareh-Kareh.

Selain itu, melalui kegiatan ini juga, diharapkan dapat membantu masyarakat untuk berperan aktif dalam pelestarian budaya setempat serta dapat menjadikan makanan ini menjadi salah satu peningkat perekonomian masyarakat. (*)

What do you think?

Written by Julliana Elora

BRI Simpang Empat Salurkan Dana Bantuan 1.096 Warga Korban Gempa Pasbar

Rumah Dibedah Semen Padang, Marlis Warga Lubukkilangan Berurai Air Mata