13 Pendaki Asal Riau Terjebak, Warga Dilarang Keras Berada di Radius 3 Km
Aktivitas erupsi Gunung Marapi memperlihatkan peningkatan. Sehari kemarin (4/6), gunung setinggi 2.891 mdpl itu teramati empat kali letusan. Sebanyak 13 pendaki dilaporkan masih terjebak di gunung yang berada di Kabupaten Agam dan Tanahdatar itu.
Ke-13 pendaki (kesemuanya laki-laki) yang berasal dari Riau itu, sebagian terjebak di hutan dan sebagian lagi masih di cadas. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah mengeluarkan peringatan dini melarang keras warga berada di radius 3 km dari puncak gunung.
Dari informasi yang dihimpun BNPB, letusan pertama terjadi pada pukul 10.01. Tampak semburan abu tebal dengan tekanan sedang mengepul dari puncak gunung. Tinggi kolom abu diperkirakan mencapai ketinggian 300 meter.
Tak berselang lama, erupsi kembali terjadi pada pukul 10.22. Kali ini, gerumur dan dentuman terasa lebih kencang. Dentuman tersebut terdengar hingga Pos Marapi di Kota Bukittinggi yang berjarak 14 km dari puncak. Tinggi kolom pun jauh lebih tinggi, hingga mencapai 700 meter dari puncak gunung.
Usai erupsi kedua, ternyata Marapi belum menunjukkan sudah berada dalam kondisi tenang. Pasalnya, sejam berselang, kembali meraung. Letusan tercatat sekitar pukul 11.56. Marapi kembali bergejolak kembali setelah sebelumnya meletus pada Februari 2014 lalu.
Akibatnya, sejumlah wilayah mengalami hujan abu. Seperti, wilayah Nagari Situmbuk, Salimpaung, Rawang Madailing Kecamatan Salimpaung dan Raorao di Kecamatan Sungaitarab, Kabupaten Tanahdatar.
Pj Wali Nagari Raorao, Kecamatan Sungaitarab, Pendri kepada Padang Ekspres menyebutkan bahwa debu dari asap gunung merapi mengenai tanaman masyarakat.
Untuk mengatasi dan mencegah Ispa (infeksi saluran pernapasan akut), pihaknya sudah meminta pimpinan Puskesmas Sungaitarab I Raorao membagikan masker kepada masyarakat.
“Andai kata persediaan masker terbatas di puskesmas, maka segera diminta ke kabupaten. Kami berharap agar kita senantiasa bersabar menerima ujian ini dan menyerahkan keselamatan, serta perlindungan kepada Allah SWT,” ujar dia.
Sementara BNPB menyebut bahwa hingga saat ini belum ada pengungsian. Kendati demikian, BPBD Tanahdatar dan BPBD Agam terus berkoordinasi dengan aparat setempat untuk menyiapkan langkah antisipasi.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, erupsi kali ini termasuk tipe vulkanik kecil, berupa lontaran bom vulkanik yang menyebar sekitar kawah. Kondisi ini disertai kepulan abu hitam tebal yang menyebar mengikuti arah angin menuju Timur.
“Erupsi ini merupakan ciri khas Marapi. Erupsi disertai awan panas dan letusan berlangsung dalam waktu singkat,” tuturnya di Jakarta, kemarin (4/6). Menurutnya, letusan yang terjadi ini pun wajar terjadi. Karena hingga kini, status Marapi masih Waspada. Status ini ditetapkan sejak tanggal 3 Agustus 2011
lalu. “Tidak ada peningkatan status. Kondisi saat ini sudah tenang pascaletusan tadi. Masyarakat dihimbau tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu menyesatkan,” ujarnya.
13 Pendaki Terjebak
Sampai tadi malam (4/6), ke-13 pendaki yang dilaporkan terjebak masih dalam pencarian. Randi, salah seorang pendaki yang sempat bertemu dengan ke-13 pendaki asal Riau ini mengatakan, mereka mendaki gunung pada Sabtu (3/6).
“Kami sempat ngomong sama mereka sebentar sebelum erupsi. Katanya, mereka mahasiswa dari Riau. Mahasiswa kampus mana saya tidak tahu. Tapi, asalnya dari Teluk Kuantan,” kata dia saat dihubungi, Minggu (4/6). Randi sendiri sampai di kaki gunung sekitar pukul 18.00.
Randi menambahkan, pendaki asal Riau tersebut memasang tenda di dekat cadas. Sedangkan dia bersama tiga temannya memasang tenda di puncak Merpati. Nah, saat ada bunyi ledakan, dia langsung berkemas dan menuju ke bawah. “Pas kita ke bawah, mereka (pendaki asal Riau, red) berada di taman,” ujar Randi yang sudah melaporkan kejadian itu kepada pos Gunung Marapi.
Mendapat laporan itu, tim dari pos pendakian langsung melakukan pencarian. Ada tujuh orang tim pencari yang mendaki gunung guna mencari pendaki asal Riau itu.
“Tadi mereka (pendaki Riau) sempat menghubungi petugas lewat telepon bahwa mereka baik-baik saja. Kita lihat dari bawah ada bendera merah putih berkibar, tanda mereka selamat,” kata mahasiswa IAIN Bukittinggi itu.
Sementara Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bukittinggi kembali mengimbau warga agar mematuhi rekomendasi yang telah dikeluarkan. Dalam rekomendasi tersebut, masyarakat dan pendaki tidak diperbolehkan mendaki Gunung Marapi pada radius tiga kilometer dari kawah atau puncak.
Aki Pos Pengamatan Dicuri
Di sisi lain, data realtime seismik Pos PGA Marapi di Belakang Balok Bukittinggi terganggu. Pasalnya, dua unit aki kering 70 ampere milik Pos PGA Marapi di Pos Pengamatan Data Gunung Api Marapi di Jorong Pasanehan, Nagari Lasi, Kecamatan Canduang dicuri orang tak dikenal, Senin (29/5) sekitar pukul 11.30.
“Sekitar pukul 11.30, data seismik untuk Stasiun Lasi terputus. Setelah kami cek, ternyata akinya sudah hilang,” jelas Hartanto, tadi malam (4/6). Padahal, sebut Hartanto, aki itu berada dalam box stasiun yang telah digembok. Lokasinya juga berada dalam hutan di atas perkebunan warga, di ketinggian 1.482 mdpl.
Di box tersebut, tambah dia, tertulis “Alat pemantau Gunung Api Marapi, jangan diganggu”. “Ini bukan pertama kalinya. Tahun 2008 dan 2012 lalu, akinya juga dicuri,” sambung Hartanto. Dengan terputusnya data seismik Stasiun Lasi, maka data catatan seismik pendukung jadi berkurang.
“Hingga hari Minggu (kemarin, red), data seismik Stasiun Lasi masih terputus karena akinya belum diganti,” ujar Hartanto. Pihaknya juga sudah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian sektor Canduang Ampek Angkek.
Di lokasi berbeda, peningkatan aktivitas vulkanik juga terjadi pada Gunung Sinabung. Gunung yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara terpantau terus meletus.
Hingga siang kemarin, tercatat lima kali letusan yang terjadi sejak pukul 02.14 hingga 12.21. Pos Sinabung PVMBG mengamati, tinggi kolom abu vulkanik yang disemburkan Sinabung mencapai 2.500 meter. (*)
LOGIN untuk mengomentari.