in

Massa Aksi

Massa aksi yang terjadi Jumat (4/11) banyak pihak yang mengatakan itu adalah aksi terbesar sepanjang sejarah kemerdekaan bangsa ini. Entah iya, entah tidak. Namun, sejumlah referensi sejarah memang menempatkan aksi kemarin terbesar, aksi yang melibatkan lebih sejuta orang.

Merunut pada sejarah panjang bangsa ini, aksi massa menjadi corong dalam memperjuangkan sesuatu yang dianggap benar. Sejak tahun 1908, saat Boedi Oetomo menjadi wadah perjuangan pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.

Kehadiran Boedi Oetomo, IndischeVereeninging, dan lainnya pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya.

Yang pertama dalam sejarah Indonesia: generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan di kalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Dan, banyak lagi aksi-aksi massa yang menyebabkan perubahan, temasuk kemerdekaan.

Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan ’66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. 

Angkatan ’66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan ’66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru.

Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.

Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktik kekuasaan rezim Orde Baru.

Nah, pada tahun 1998, gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya “KKN” (korupsi, kolusi dan nepotisme). Aksi dengan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya.

Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II, Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999. Inilah, tonggak reformasi. 

Memang, setiap aksi massa akan menentukan sejarahnya sendiri. Hanya saja, aksi kali ini diawali dengan aksi koboi Ahok yang dianggap telah menistakan agama. Inilah, yang tak diterima. Massa marah. Inilah konsekwensi yang harus dipikul Ahok, dipikul pemerintah. Pemerintah harus tegas. Terapkan hukum pada si penista agama. Itu saja. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Habib Syech dan Syechermania Doakan Dahlan

Kapal Pesiar Terbakar di Bungus