in

Mega Jahat dan Sesat

Headlines Harian Padang Ekspres, Jumat, 10 Maret 2017 di bawah judul Nama besar yang diduga nikmati uang panas E-KTP dengan disertai memajang 14 orang foto diri mantan pejabat, anggota DPR RI yang sudah mantan ada juga masih aktif disebut namanya dalam tuntutan jaksa penuntut umum sidang pertama mega skandal korupsi e-KTP, ditambah lagi mengikuti pembahasan dialog pada TV swasta nasional dengan orang yang namanya disebut dalam kasus e-KTP ini, menjadikan penulis membatin sendiri. Sehingga memunculkan pertanyaan, apakah memang di negeri ini sudah menjadi mega (amat sangat besar) kejahatan dan kesesatan?

Pikiran awam publik rasanya sulit memahami mengapa kejahatan dan kesesatan besar begitu kuat mengema dua tahun terakhir ini? Coba ingat kembali, belum selesai kasus penistaan agama oleh pejabat negara yang akhirnya mengerus energi bangsa, kasus OTT (Operasi Tangkap Tangan) orang yang terhormat pejabat negara, Ketua DPD dan Hakim Konstitusi. Sebelumnya ada kasus Hambalang, melibatkan menteri dan ketua partai, lebih heboh lagi kasus “Papa Minta Saham” soal izin mega tambang Freeport, tunggakan kasus Century yang tak kedengaran nasibnya. 

Kini heboh dan gaduh pula dengan korupsi berjamaah e-KTP, banyak lagi kasus besar yang melibatkan gubernur, bupati, wali kota dan sederetan pejabat dan wakil rakyat, itu semua adalah dimuat di media cetak, elektronik, media sosial dan menjadi konsumsi publik dalam semua lapisan dengan segala komentar dan pandangannya.

Apapun keadaannya, negara ini tentu harus berjalan, sepertinya hidup juga tak boleh berhenti. Setiap anak bangsa dapat memberikan arti dan makna sesuai di lingkar mana ia berada. Jelas sekali dipertonton di meda elektronik mereka yang namanya disebut dengan enteng dan biasa saja menjawab pertanyaan pewawancara bahwa ia bersih dan tak sepeserpun menerima uang dari kasus itu. Ada pula yang sambil senyum simpul, merasa tidak berdosa saja, padahal namanya menjadi juru penentu, pengatur siasat untuk memuluskan anggaran antara eksekutif dengan legislatif. Pikiran sehat publik menjadi sakit saat melihat raut wajah, mimik muka dan tampilan diri mereka yang selama ini dianggap orang baik dan terhormat, lalu kini memakai baju oranye -baju khusus tahanan KPK- berjalan dengan santai dan cenderung merasa diri benar. Apakah ini kejahatan dan kesesatan? Bisa jadi memang, jahat dan sesat sudah berkolaborasi mendustai dan mencederai tujuh keturunan anak bangsa ini. 

Jejak Sejarah Jahat dan Sesat

Dalam kitab suci umat Islam, Al Quranul Karim, dimuat kisah dan sejarah umat masa lalu. Muhammad Syalthut ulama Mesir menyebut dalam kitabnya Al-Islam ‘Aqidah Wa Syariah bahwa lebih dari separuh pembelajaran yang diberikan kitab suci agama langit itu melalui kisah. Kisah umat dan pemimpin masa lalu menjadi bahan ajar yang mestinya lebih efektif dan mudah diterima, karena kejadian itu sudah berlangsung dengan segala akibat dan bahaya yang mengikutinya.

Mengajari manusia melalui sejarah harusnya lebih kuat pengaruhnya dibanding mengajarkan norma dan ajaran. Pesan dan sejarah yang harus dimengerti bahwa hancurnya bangsa lalu adalah ulah pemimpinnya yang jahat dan sesat.

Berkenaan dengan sejarah bangsa yang dikenal jahat dan sesat yang berkali-kali diulang dalam Al Quran adalah kaum Bani Israil, Yahudi. Sejarah kejahatan dan kesesatan bangsa Israel Yahudi di bawah pimpinan Raja Fir’aun telah menjadi lambang kejahatan dan kesesatan di dunia. Bangsa tiran, diktator, penjajah, dan koruptor dalam buku sejarah disejajarkan dengan sebut kaum Fir’aun dan bangsa Yahudi. Berita besar yang dibawa oleh kasus besar, mega skandal dan sejenisnya adalah semakna dengan mega sesat yang menghinggapi sendi dasar kehidupan bangsa. Sejarah menyebut bahwa Fir’aun adalah salah satu sumber kejahatan dan kesesatan mega. Seperti dimaksudkan Allah SWT artinya…”Pergilah kepada Fir’aun; dia benar-benar telah melampaui batas.”(QS. Thaha: Ayat 24). 

Kegaduhan mega korupsi atau skandal korupsi e-KTP triliunan melibatkan orang penting dan  “yang terhormat” adalah bentuk nyata mega sesat itu.  Mencermati kejadian tersebut, dapat dilihat sebagai sumber malapetaka kejahatan. Ada tiga pandangan hidup dan perilaku menyimpang yang menjadi pangkal dan sumber hadirnya kejahatan dan kesesatan baik kecil, menengah dan apalagi mega. 

Pertama: Perilaku thagha (kelewat batas). Pemimpin  sikap dan keputusan amat menentukan dalam mencapai tujuan kolektif bangsa. Fir’aun Raja Mesir disebut Al Quran sebagai sosok pemimpin  thagha artinya kelewat batas. Artinya, aturan adalah apa maunya bukan konsensus bersama. Sebutan thagha dilekatkan karena kejahatan  keputusannya dicatat sejarah kejam dan tidak manusiawi. Kejahatan membunuh massal anak laki-laki. Menolak kebenaran ilahi yang disampaikan Nabi Musa. Memerintah dan atau menghancurkan tatanan nilai melalui Samiry yang membuat Tuhan tandingan. Kelewat batas, tirani, arogan dan diktator rezim Fir’aun kini sudah menjadi simbol terhadap penguasa yang menjalankan kekuasaan melawan hukum dan mengabaikan suara rakyat.  

Gaduh, kisruh dan heboh yang menyita energi bangsa sehingga terlambat untuk maju, itu lebih disebabkan masih kuatnya dominasi Fir’aun kecil di pucuk kekuasaan dan lapis pendukung. Lihat saja kasus korupsi yang dalam BAP-nya menyebut puluhan orang-orang yang kelihatan di muka baik dan terhormat, di belakang tak jauh beda dengan strategi yang dikenal jahat dan sesat Fir’aun.

Kedua: Dhalla (sesat/mafia hukum). Jenis penyebab kejahatan dan kesesatan yang tak kalah bahayanya adalah kesesatan yang dilakukan aparat hukum, sebutan mafia hukum, jual beli hukum dan perilaku tidak menghormati hukum. Sebutan dhalla yang tertera dalam kitab suci adalah semakna dengan kejahatan dan kesesatan yang diatur, diskenariokan oleh pihak yang memegang hukum, pembuat hukum, penegak hukum dan  bentuk mencari celah hukum dan melawan hukum. Hukum yang disusun untuk melindungi hak masyarakat diterabas, diselewengkan untuk memperkaya diri dan atau korporasi. 

Kejahatan dhalla adalah kesengajaan untuk merusak masyarakat. Korupsi, komisi dan apapun bentuk kejahatan yang melawan hukum bukan karena bodoh, tapi lebih karena sesat. Sesat pola pikir, gaya hidup dan tentu pula karena sesat sistem yang mengharuskan mereka menjadi orang jahat dan sesat. Sesat dan jahat yang berkalaborasi adalah ancaman serius yang akan memundurkan bangsa ini jauh ke belakang. Jahat dan sesat adalah virus mematikan peradaban bangsa.
Ketiga: Ghawa (motif dan niat jahat).  Sumber kejahatan dan kesesatan yang sangat halus dan berbahaya adalah niat dan motif. Kejahatan dan kesesatan sekecil apapun, apalagi kejahatan super besar atau  mega pastilah dimulai dari niat jahat yang direncanakan. Lihat saja skandal e-KTP yang melibatkan puluhan birokrat dan politisi, jalan ceritanya berliku, penuh intrik, politik dan bisik-bisik manusia ghawa. Ghawa diartikan juga keliru niat, motif dan itikad mengemuka adalah sumber malapetaka jika ia bersarang dipikiran dan hati mereka yang punya kewenangan besar dan luas cakupannya. Contoh nyata tipe makhluk ghawa, dapat ditemukan pada sosok terpidana Nazaruddin dalam kasus mega. Ketika ia menjadi pembuka kotak Pandora “menyanyikan” nama gerombolan koruptor mega proyek Hambalang, e-KTP dan seterusnya. 

Orang awam semakin bingung mendengar kata dan nama-nama yang disebut pewarta disebut berulang kali dalam skandal mega proyek, misalnya dalam kasus “papa minta saham” kasus Freeport, kata sebagai pengatur strategi anggota DPR RI untuk meloloskan proyek e-KTP. Sebutan orang kuat yang selalu lepas dalam jejaring korupsi mega proyek. Orang biasa akan terus geleng-geleng kepala tanda tidak habis pikir pernyataan Menteri Polhukam Wiranto bahwa akan ada “bom” lebih besar melebihi e-KTP. Begitu buruk, jahat dan endemiknya korupsi yang diinisiasi oleh orang terhormat dengan fasilitas uang rakyat, seperti pejabat, legislatif, penguasa dan semua pihak yang terlibat? Nauzubillahi minzalik. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Elite Parpol Mulai Menyerang

Teguh Setiawan, Owner Mormo Word Wide