Kuliah Seperti S2, Dibekali Lima Disiplin Ilmu
Menjadi ulama bukan sekadar menyampaikan ilmu agama di tengah masyarakat, tapi juga dituntut menjadi contoh yang diteladani. Seperti yang dilakukan Pusat Pengkaderan Ulama Muhammadiyah (PPUM) Sumbar. Seperti apa?
Seorang pria terlihat tengah memberikan pelajaran kepada sejumlah pemuda. Pria yang sebagian rambutnya telah memutih itu berapi- api dalam memberikam materi. Para pemuda juga tak kalah antusias mengikutinya.
Pria itu, Bakhtiar namanya. Ia merupakan Wakil Ketua Pimpinan Muhammadiyah Sumbar. Bakhtiar tengah memberikan perkuliahan pada calon ulama yang dididik PPUM Sumbar.
Para calon ulama mengikuti pendidikan sama layaknya perkuliahan di universitas pada umumnya. Mereka harus mengikuti pendidikan selama empat tahun. Setelah itu baru mendapatkan sertifikat yang dikeluarkan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Perekrutan kader (calon ulama) berdasarkan rekomendasi dari kampus Muhammadiyah. Selama kegiatan, tidak dipungut biaya.
Selama pendidikan, para kader akan mempelajari lima mata kuliah wajib yang merupakan lanjutan mata kuliah yang diperoleh selama perkulihan di kampus masing-masing. Yakni, ilmu bahasa, usul fiqih, ilmu tafsir, mahaj tarjih (perumusan hukum, red), sosiologi dan psikologi masyarakat. Ilmu-ilmu tersebut sangat berguna bagi ulama ketika mengabdi di tengah masyarakat kelak.
“Bagi kader yang sedang berkuliah dan mendapat rekomendasi dari pihak kampus boleh mengikuti pendidikan.
Karena ditargetkan setelah tamatnya dari pendidikan formal di kampus, kader juga menamatkan pendidikan di PPUM Sumbar.
Sehingga dapat langsung mengabdikan diri kepada masyarakat,” ujarnya.
Kali ini, merupakan tahun ke II PPUM Sumbar melakukan perekrutan kader. Sebanyak 25 orang kader ulama tengah mengikuti pendidikan di tempat itu. Perekrutan dilakukan sekali dua tahun. Alasannya, pendanaan yang kurang membuat PPUM Sumbar harus memberi jarak penerimaan kader dan membatasi jumlahnya.
“Selama ini, dana diperoleh dari gotong- royong dan dana umat sehingga terbatas. Dan membuat kami harus membatasi kader yang ingin menimba ilmu di PPUM,” ucapnya.
Ia berharap dapat merekrut mahasiswa setiap tahunnya agar mampu melahirkan ulama terdidik yang dapat menjadi contoh bagi masyarakat. Serta para kader yang terpilih mampu bersungguh-sungguh selama menempuh pendidikan.
Saat ini, PPUM Sumbar telah mencetak 18 ulama. Mereka umumnya telah bekerja dan mengabdikan diri di tengah masyarakat. Mereka mampu menjadi contoh ulama yang dapat mengontrol perilaku penyimpangan dalam masyarakat.
Aya S. Miza, salah satu alumni tingkat I di tahun 2014, mengaku beruntung mendapat kesempatan menempuh pendidikan di tempat tersebut. Karena diajar langsung oleh para-pakar dan guru besar agama Islam.
Meskipun, belum menamatkan pendidikan formal di kampusnya, ia sudah merasakan kuliah dijenjang S2. Karena mata kuliah yang diajarkan merupakan pendalaman ilmu yang ia dapat dari perkuliahan di kampus. “Sistem pembelajarannya hampir sama dengan kuliah, namun tidak formal,” terang pria yang aktiv di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar itu.
Adanya krisis ulama menjadi motivasinya untuk menempuh pendidikan di PPUM. Banyak dampak positif yang ia rasakan setelah mengikuti pendidikan di tempat itu. Salah satunya, ia tak canggung ketika berada di suatu organisasi masayarakat (ormas) Islam dan dapat mengamalkan ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan formal dan di PPUM. Salah satunya dengan aktif di MUI Sumbar saat ini. (*)
LOGIN untuk mengomentari.